Sayang, meski dikenal sebagai center yang jago mencetak angka, seperti halnya Walker, Kanter dikenal kurang jago bertahan dan jadi pemain yang selalu diincar pemain Heat andai mereka sedang ingin menyerang, baik itu lewat tusukan atau kerja sama satu-dua dengan Bam Adebayo.
Di sisi lain, meski jago melakukan tusukan ke pertahanan lawan, Kemba Walker tetaplah terlalu mungil untuk trio pemain bertahan utama Heat. Meski beberapa kali lolos dari kawalan atau berhasil membuat ruang tembak sendiri, pergerakan Kemba mampu ditutup Butler, Crowder, atau Herro yang defense-nya belum sebagus seniornya.
Dua pemain Celtics yang lain pun yaitu Brown dan Tatum, meski jago menusuk ke pertahanan lawan, dribel Tatum dan Brown belum seluwes Walker atau Smart.
Ketika ditempel ketat pemain bertahan seberpengalaman Crowder atau Butler, alih-alih mengumpan ke playmaker dan bergerak dinamis tanpa bola menuju pertahanan lawan, keduanya justru lebih suka mengeksekusi tembakan sendiri di bawah kawalan satu lawan satu pemain Heat.
Pergerakan dinamis tanpa bola inilah yang berkali-kali diterapkan Heat saat menghadapi lawan-lawan mereka. Terlebih mereka punya para shooter yang bukan hanya siaga menunggu, tapi siap menunggu umpan matang dari Adebayo, Butler, Herro , Iguodala, atau Dragic yaitu Duncan Robinson, Kelly Olynyk, Kendrick Nunn, raja slam dunk Derrick Jones Junior, atau Meyers Leonard, starter yang posisinya digantikan oleh Crowder begitu Crowder masuk.
Bukan hanya Leonard saja yang posisinya di barisan starter tergantikan pemain lain, tetapi juga Nunn. Semenjak terkena Covid, posisi Nunn digantikan dengan sangat baik oleh Dragic bahkan ketika Nunn sudah pulih.
Terlepas dari posisinya yang masih tergantikan, seperti juga Lakers, memiliki setidaknya 3-4 pemain yang sama-sama layak jadi starter apabila bermain di tim lain. Kedalaman komposisi pemain inilah yang membuat, Heat maupun Lakers mampu tampil luwes dan beradaptasi dengan berbagai lawan yang berbeda sejauh ini.
Dari segi peluang bermain di final, Heat sendiri boleh jadi sedikit diuntungkan karena mereka punya Eric Spoelstra, pelatih yang pernah menjadi juara NBA 2 kali bersama LeBron James beberapa musim yang lalu. Salah satunya dengan mengalahkan tim Frank Vogel, Indiana Pacers.
Terlebih, Spoelstra dikenal punya koleksi taktik beragam dalam bertahan. Ketika melawan Bucks yang amat mengandalkan Giannis, Spoeltra sengaja menginstrusikan pemainnya untuk menjadikan dinding berlapis untuk meredam pergerakan eksplosif dan umpan Giannis.
Ketika menghadapi Indiana Pacers, Spoeltra meminta para pemain bertahannya untuk siap mengawal siapa pun dan siap bertukar tugas menjaga pemain lain apabila dibutuhkan.
Pada putaran terakhir, kita tahu skema apa yang lebih sering digunakan Spoeltra meredam pergerakan pemain Celtics.Â