Dalam sejarah akuntansi modern, nama Paton dan Littleton sering kali muncul sebagai tokoh legendaris yang meletakkan dasar-dasar penting bagi praktik akuntansi historis yang hingga kini masih digunakan secara luas. Kedua akademisi ini menulis sebuah monograf penting pada tahun 1940 yang berjudul An Introduction to Corporate Accounting Standards, di mana mereka dengan tegas mengusulkan penggunaan biaya historis sebagai prinsip utama dalam pengukuran aset dan pelaporan keuangan. Pada masa itu, dunia akuntansi sedang mencari dasar yang solid dan dapat diandalkan untuk menyajikan informasi keuangan yang obyektif dan mudah diverifikasi. Paton dan Littleton menawarkan sebuah pendekatan yang menjadikan biaya perolehan asli aset sebagai nilai dasar, menghindari fluktuasi nilai pasar yang dinilai dapat menimbulkan ketidakpastian dan kebingungan bagi pengguna laporan keuangan.
Baca juga: Plant, Property, Equipment (PPE) dalam Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
Monograf mereka tidak hanya memberikan kerangka teori, tetapi juga menegaskan konsep perusahaan sebagai going concern, di mana aset dicatat bukan berdasarkan nilai pasar sesaat, melainkan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh aset tersebut. Pendekatan ini menjadi landasan penting yang memungkinkan akuntansi historis berkembang dan diadopsi sebagai standar praktik baik yang konsisten dan dapat diandalkan di banyak negara, termasuk Indonesia dan negara-negara dengan sistem akuntansi yang mapan. Meski dalam beberapa dekade terakhir muncul kritik terhadap metode biaya historis yang dianggap kurang mencerminkan nilai ekonomi terkini, kontribusi Paton dan Littleton tetap menjadi tonggak fundamental bagi akuntansi keuangan.
Selain itu, warisan Paton dan Littleton juga membuka jalan bagi diskusi lebih luas mengenai peran akuntansi dalam mendukung transparansi dan akuntabilitas di sektor publik maupun privat. Prinsip historical cost yang mereka anut memudahkan pengawasan dan audit karena didasarkan pada transaksi nyata dan bukti dokumen yang kuat. Dalam konteks pemerintahan, penerapan prinsip ini membantu menjaga integritas pelaporan aset tetap dan memastikan penggunaan anggaran yang dapat dipertanggungjawabkan. Dengan demikian, meskipun era modern akuntansi terus berkembang dengan berbagai inovasi pengukuran seperti nilai wajar dan pendekatan berbasis pasar, pengaruh Paton dan Littleton tetap hidup sebagai pondasi yang kokoh dalam dunia akuntansi historis.
Memahami peran dan pemikiran Paton dan Littleton penting bukan hanya untuk kalangan akademisi dan praktisi akuntansi, tetapi juga bagi siapa saja yang ingin mengenal bagaimana informasi keuangan dihasilkan dan mengapa prinsip biaya historis masih dipertahankan hingga saat ini. Kedua tokoh ini bukan hanya sekadar penulis buku teori akuntansi, melainkan juga pionir yang membentuk cara kita melihat dan menilai aset dalam laporan keuangan, memastikan bahwa informasi tersebut dapat diandalkan dan berguna bagi pengambilan keputusan ekonomi. Oleh sebab itu, julukan "legenda akuntansi historis" sangat layak disematkan kepada Paton dan Littleton sebagai pelopor utama yang warisannya terus dikenang dan dihargai dalam praktik akuntansi kontemporer.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI