Mohon tunggu...
ruslan effendi
ruslan effendi Mohon Tunggu... Pengamat APBN dan Korporasi.

Lulusan S3 Akuntansi. Penulis pada International Journal of Public Administration, Frontiers in Built Environment, IntechOpen, Cogent Social Sciences, dan Penulis Buku Pandangan Seorang Akuntan: Penganganggaran Pendidikan Publik Untuk Kualitas Dan Keadilan (Pengantar Prof. Indra Bastian, MBA., Ph.D.)

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

BUMN dan Swasta Maju Bersama (Bag.1)

3 Mei 2025   18:42 Diperbarui: 3 Mei 2025   18:42 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
full-shot-volunteers-with-food-donations/Image by freepik

Pendahuluan

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) telah lama menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia, menguasai sektor-sektor strategis seperti energi, telekomunikasi, transportasi, dan perbankan. Namun, ketika dominasi BUMN semakin kuat, muncul pertanyaan, apakah ini menjadi ancaman bagi perusahaan swasta atau justru peluang bagi pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif?

Beberapa negara, seperti Tiongkok, mengalami tantangan besar ketika BUMN mendominasi pasar dan menghambat pertumbuhan usaha swasta. Sebaliknya, negara seperti Singapura mampu menyeimbangkan peran BUMN dan sektor swasta secara harmonis, menciptakan lingkungan bisnis yang kompetitif namun tetap stabil. Artikel ini akan membahas dampak dominasi BUMN terhadap sektor swasta, baik dari sisi tantangan maupun potensi manfaat yang bisa dioptimalkan, serta bagaimana Indonesia bisa belajar dari Singapura dalam menciptakan keseimbangan ekonomi.

Dampak Negatif (Ancaman bagi Sektor Swasta)

1. Berkurangnya Ruang bagi Usaha Swasta

Salah satu dampak utama dominasi BUMN adalah semakin menyempitnya ruang bagi perusahaan swasta untuk berkembang. Di sektor-sektor yang dikuasai oleh BUMN, perusahaan swasta sering kali mengalami kesulitan dalam mendapatkan akses pasar, karena kehadiran BUMN yang memiliki modal besar dan dukungan pemerintah. Persaingan menjadi tidak seimbang, terutama bagi usaha kecil dan menengah (UKM) yang ingin berkompetisi di bidang yang sama.

2. Distorsi dalam Kompetisi Pasar

BUMN sering kali mendapatkan berbagai fasilitas istimewa dari pemerintah, seperti kemudahan akses permodalan dari bank BUMN, monopoli di sektor tertentu, hingga perlindungan dari kebijakan regulasi. Hal ini menciptakan persaingan yang tidak sehat, di mana perusahaan swasta harus berjuang lebih keras tanpa adanya perlakuan yang setara dalam pasar.

3. Inovasi Terhambat

Dalam ekonomi yang kompetitif, perusahaan swasta cenderung lebih inovatif karena mereka harus terus beradaptasi dengan perubahan pasar untuk bertahan. Namun, jika dominasi BUMN terlalu besar, ruang bagi inovasi swasta menjadi terbatas. Kurangnya persaingan dapat menyebabkan stagnasi dalam pengembangan produk dan layanan, karena tidak ada dorongan bagi BUMN untuk meningkatkan kualitas atau efisiensi.

4. Ketergantungan Terhadap Anggaran Negara

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun