Mohon tunggu...
Ruslan Effendi
Ruslan Effendi Mohon Tunggu... Akuntan - Pemerhati Anggaran, Politik Ekonomi, Bahasa

Penulis pada International Journal of Public Administration

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Praxeology: Menafsirkan Sejarah Tindakan Birokrat

6 Agustus 2020   12:20 Diperbarui: 6 Agustus 2020   12:18 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Pernahkah Anda merenungkan bagaimana birokrat bertindak dalam penganggaran? Hal ini menarik karena para birokrat adalah makhluk yang unik. Mereka berada dalam economies of scope. Artinya mereka bekerja pada sebuah lembaga yang mengurusi berbagai tujuan yang saling bertentangan.

Selain itu birokrat berada dalam No-Win Situation, memiliki kontraktual rendah, dan sedikit bahasa gaul, un-pecat-able. Berbagai stereotype telah melekat pada birokrat antara lain sebagai pemaksimal ukuran biro, pemaksimal anggaran, pemaksimal diskresi, red-tape, lambat, bertele-tele. Dengan stereotype ini tidak serta merta memperbaiki logika birokrat untuk memperbaiki diri dalam menghapus stereotype tersebut.

Max Weber dengan legal-rasionalnya telah menekankan perlunya ketaatan atas aturan untuk menjalankan birokrasi. Max Weber memiliki perbedaan pandangan yang tajam dengan Ludwig von Mises tentang alasan keberadaan birokrasi, namun ada irisan pandangan diantara keduaanya. Mereka berbagi pandangan yang sama tentang control.

Peran aturan dan hirarki dalam teori birokrasi Max Weber sama maknanya dengan Control and Command  dalam teori birokrasi Mises, sehingga kedua tatanan itu yang menggerakkan dan membatasi tindakan birokrat. Dengan Control and Command ini, diharapkan ada kesamaan tindakan antara birokrat dalam hirarki paling atas hingga paling bawah. Namun ternyata, dalam praktiknya tidak demikian. Karena Control and Command ini mungkin terlalu luas, atau umum sehingga sulit dipahami oleh birokrat pada level di bawahnya Nah untuk melihat apa tindakan birokrat, mari kita ulas dengan Praxeology.

Terminologi Praxeology

Sederhananya, Praxeology adalah ilmu universal atas tindakan manusia. Praxeology merujuk pada karya Mises, meskipun istilah ini pertama dimunculkan oleh Alfred Espinas tahun 1890. Mari kita lihat konsep Praxeology ini.


Pertama, Praxeology menggunakan penalaran deduktif dan mengenalkan penalaran pada aksioma aksi. Dalam aksioma aksi disebutkan bahwa hanya ada satu logika tentang tindakan manusia, yaitu menghilangkan uneasiness (gelisah, galau, tidak nyaman), melalui penggunaan sarana (means) dalam mencapai tujuan (ends).

Dalam pandangan Mises, dalam keadaan emosipun, sarana dan tujuan tetap digunakan. Inilah yang disebut a priori dalam Praxeology. Dengan menggunakan metodologi a priori, Praxeology tidak bergantung pada pengamatan dan uji empiris, tetapi dengan menggunakan penalaran. Praxeology membantu menafsirkan sejarah. Angka-angka yang timbul dalam tindakan individu merupakan fakta sejarah, bukan untuk memprediksi tindakan.

Kedua, tindakan manusia adalah pilihan subyektif individu. Oleh karenanya tindakan individu adalah hasil dari pemilihan dari berbagai pilihan yang memiliki skala nilai tertinggi. Mises menggunakan Teori Nilai-Subyektif Carl Menger.

Menurut Carl Menger, nilai atribut ekonomis individu untuk suatu barang sama dengan pentingnya kepuasan tertentu yang tergantung pada keinginan atas barang tersebut. Nilai subyektif adalah apa yang kita sebut utilitas dan bukan sebagai pengukuran. Nilai subyektif hanya menunjukkan urutan.

Menafsirkan Sejarah tindakan Birokrat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun