Mohon tunggu...
Hadi Saksono
Hadi Saksono Mohon Tunggu... Jurnalis

Historia Magistra Vitae (Sejarah adalah guru bagi kehidupan)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Senja Kala Industri di Hari Televisi?

24 Agustus 2025   14:21 Diperbarui: 24 Agustus 2025   20:33 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kegiatan menonton tayangan televisi. (Sumber: Freepik.com/Drazen Zigic)

Dunia media televisi ikut terdampak aktivitas online, akibat pembatasan sosial skala besar yang diberlakukan pemerintah. Perlahan-lahan para penyantap informasi dan hiburan dari media massa lambat laun beralih lebih banyak menghabiskan waktu untuk berburu informasi dari media daring. Terutama Generasi Y dan Generasi Z.

Mereka lebih suka menyaksikan dan mendapatkan informasi melalui media sosial, seperti Twitter, Instagram. Termasuk saluran YouTube sejak masa pandemi lebih digemari dibandingkan TV konvensional.

Dampaknya, dunia pertelevisian---termasuk dunia pemberitaan melalui media televisi--mulai kehilangan pamor. Karena audiens setianya kian 'going digital' sejak masa pandemi.  

Satu yang membuat berita yang disajikan di kanal digital lebih diminati oleh masyarakat, adalah karena sifatnya yang on demand.

Dalam arti, pemirsa televisi pada akhirnya bisa memilih informasi apa yang akan didapatkan hanya dengan mengetik di gawai. Bahkan hanya dengan mengetik kata kunci melalui mesin pencarian.

Pemirsa kini tidak perlu lagi menyaksikan program berita di televisi untuk menunggu informasi yang diinginkan hadir, karena informasi yang disajikan di program berita tentu telah disusun oleh awak televisi, sementara  banyak pemirsa yang hanya ingin menonton informasi atau berita tertentu saja.

Jika dianalogikan, mungkin industri televisi saat ini ibarat gedung bioskop penyaji hiburan yang menanti penontonnya untuk datang langsung menyaksikan film di layar bioskop. Tapi sang penonton nyatanya lebih memilih rebahan di kasur sambil menyaksikan layanan streaming.

Saya jadi teringat, ketika program Indonesia Lawyers Club, yang dahulu tayang di stasiun televisi TvOne, berhenti tayang di stasiun televisi yang identik dengan konglomerat Aburizal Bakrie itu pada akhir tahun 2020. Saat itu, sempat menyeruak kabar program yang kerap disingkat ILC itu "dibredel" oleh pemerintah.

Ketika kawan saya bertanya soal isu pembredelan itu, saya katakan bahwa alih-alih berspekulasi soal isu itu, saya lebih berfikir bahwa berhentinya tayangan ILC di kanal TvOne adalah upaya dari pemegang hak siar ILC untuk meraup lebih banyak pemirsa, dari platform pemutar video Youtube.

"Dan satu lagi. Bersiaran di Youtube prosesnya lebih mudah ketimbang bersiaran di televisi yang tentunya sudah disiapkan slot dan durasi yang sulit untuk diubah sekehendak pemegang hak siar ILC, karena sudah ditentukan oleh TvOne sebagai stasiun yang menyiarkan, ujar saya kepada sang kawan.

Dan perpindahan tayang ILC saat itu juga nyatanya telah 'direstui' oleh TvOne sendiri. Menurut keterangan manajemen TvOne, 'hijrah'nya program ILC dari televisi ke Youtube, adalah merupakan bagian dari upaya menghadapi perkembangan era digital ke depannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun