Mohon tunggu...
Hadi Saksono
Hadi Saksono Mohon Tunggu... Jurnalis - AADC (Apa Aja Dijadikan Coretan)

Vox Populi Vox Dangdut

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Piala AFF, Mursyid Effendi, dan Richard Eliezer

23 Desember 2022   06:15 Diperbarui: 29 Desember 2022   12:39 509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pertandingan Indonesia vs Thailand di Piala Tiger 1998. (Foto: Dok AFF)

Entah mengapa, setiap kali Piala AFF digelar, ingatan saya kerap kembali melayang ke saat Indonesia berpartisipasi di Piala AFF tahun 1998, ketika masih bernama Piala Tiger.

Kegagalan di Piala Tiger 1998 seolah mengajarkan pada publik sepak bola Tanah Air, ada kalanya sepak bola memang tak perlu diakhiri kemenangan. Kemenangan bukan lagi harga mati yang menjadi spirit dalam sebuah tim yang bertanding.

Keikutsertaan Indonesia di Piala Tiger 1998 ini, juga bisa dikatakan menjadi yang terburuk dalam sejarah penyelenggaraan Piala AFF hingga saat ini. Bahkan menjadi salah satu faktor yang menjadikan ketua umum PSSI saat itu, Azwar Anas, meletakkan jabatannya beberapa hari setelah turnamen usai.

Semula, Indonesia mengawali kiprah di babak grup dengan memuaskan. Di pertandingan pertama, Filipina ditundukkan 3-0. Lanjut di laga kedua, giliran Myanmar yang dihajar 6-2 oleh Bima Sakti dan kolega.

Sementara saingan terkuat Indonesia di Grup A, Thailand, bermain imbang 1-1 dengan Myanmar, dan menang 3-1 atas Filipina. Hasilnya, Indonesia dan Thailand mewakili grup ini maju ke babak semifinal, dan penentuan juara serta runner up grup ditentukan di partai terakhir yang mempertemukan keduanya.

Di partai terakhir Grup A melawan timnas Thailand inilah, timnas 'Indonesia rasa Persebaya'---karena diperkuat 9 pemain Persebaya dan dilatih Rusdi Bahalwan---bermain 'sepak bola gajah'. Kedua tim seolah tidak berhasrat untuk saling menyerang, bahkan Indonesia yang dua pertandingan sudah mengoleksi sembilan gol malah seolah lupa bagaimana cara menbobol gawang lawan.

Bahkan di babak kedua, penjaga gawang Hendro Kartiko kerap maju ke depan, dan sempat menciptakan satu peluang dengan tendangan ke jalan lawan. Ya, mirip seperti Manuel Neuer di Piala Dunia 2018 lalu saat menghadapi Korea Selatan asuhan Shin Tae-yong.

Kala itu, baik Indonesia maupun Thailand sama-sama berusaha menghindari bertemu Vietnam di babak semifinal. Karena timnas Vietnam disebut-sebut kerap diuntungkan wasit, serta berambisi menjadi juara di kandang sendiri.

Hingga akhirnya, tragedi itu pun terjadi.

Menjelang babak ke-2 usai, wasit pertandingan Indonesia vs Thailand belum jua meniup peluit panjang, dan skor masih sama kuat 2-2. Mursyid Effendi pun akhirnya membuat skor menjadi 3-2 di menit ke-90.

Tapi bukan gol untuk kemenangan Indonesia yang dicetaknya, namun ia justru menceploskan bola ke gawang Hendro Kartiko. Penjaga gawang asal Banyuwangi itu malah terbengong saat bola masuk ke gawangnya, sementara Yusuf Ekodono malah seolah menunjukkan gestur telah menjebol gawang lawan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun