Mohon tunggu...
Cak Glentong
Cak Glentong Mohon Tunggu... Guru - Pemerhati masalah budaya dan agama

Pemerhati masalah budaya dan agama

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

RUU HIP dan Kotak Pandora Pancasila

18 Juni 2020   06:24 Diperbarui: 18 Juni 2020   06:29 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kejernihan pemikiran seharusnya menjadi akar dalam mengembangkan semangat reformasi. Walaupun sekarang kita merasakan kejernihan itu mulai kabur, serba tidak jelas. Kita sekarang berada seperti ketika kita sebagai bangsa pernah mengalami benturan-benturan ideologis, saling menuding, saling mencaci,  saling menunjuk sebagai antek PKI,  penganut khilafah anti NKRI, kadrun, cebong, PKI, dan berbagai istilah yang mencerminkan benturan ideologis. Mengembalikan kepada kejernihan reformasi harus segara dimulai, jernih dalam berpendapat dan jernih menerima perbedaan pendapat.

Lalu muncul RUU HIP. Yang seolah-olah membuka kota pandora, perdebatan ideologis yang tidak ada ujungnya.  Suara penolakan dengan diiringi kecurigaan bangkitnya PKI atau sebaliknya munculnya tudingan yang melawan tudingan tersebut. Pancasila dengan 5 silanya, menjadi kembali diperdebatkan. 

Berbagai isu kembali menyeruak. Rasanya, kita telah membuka sebuah kotak pandora. Menguak kembali perdebatan yang seharusnya sudah dilupakan atau setidak-tidaknya biarlah membeku di lemari waktu. Menggorek luka yang  seharusnya sudah sembuh. Ketika sudah dibuka, rasanya sulit kita untuk menutupnya kembali.

Semangat reformasi telah mengajari kita untuk melihat jernih Pancasila, setelah menjadi doktrin kaku di orde lama dan orde baru, menjadi Pancasila yang lebih mampu menyerap keragamaan bangsa kita. Dan kita harus kenyataan walaupun pahit, PKI dan ajarannya tetap dilarang, HTI dan ajaran khilafahnya juga telah dilarang. Namun kita tahu membunuh ideologi itu sia-sia.  Organisasi bisa dilarang, tetapi ideologi itu dalam hati. Tapi yang pasti, ideologi itu tidak menjadi gerakan yang membawa kita kepada konflik ideologis yang tidak berakhir

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun