Mohon tunggu...
Cahyo Sulis
Cahyo Sulis Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa Magister Penyuluhan Pertanian Unsoed Purwokerto

saat ini adalah sebagai mahasiswa MPP Unsoed dan aktif bekerja sebagai Penyuluh Pertanian di Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kebumen

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dunia Pertanian Masa Mendatang dari Peran Pemuda Milenial

6 Oktober 2021   11:47 Diperbarui: 6 Oktober 2021   11:55 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kegiatan Penumbuhan  Rekrutmen Duta Petani Milenial (DPM) dan Duta Petani Andalan (DPA) serta Jaringan Petani Nasional (JPN) yang dilakukan oleh Kementerian Pertanian bertujuan untuk merekrut anak -- anak muda yang sudah mulai berusaha di sektor pertanian agar bisa mengembangkan usaha mereka dan bisa mendapatkan akses pembiayaan, pelatihan dan jejaring kemitraan. DPM/DPA dibentuk oleh Kementan dengan tujuan meningkatkan peran generasi muda dalam mengembangkan dan memajukan sektor pertanian. DPM dan DPA memiliki bidang usaha yang sangat bervariasi seperti budidaya hortikultura, budidaya tanaman pangan, budidaya ternak, pengolahan hasil pertanian/ peternakan/perkebunan, jasa alat mesin pertanian hingga agroeduwisata.

Saat ini perkembangan dunia pertanian sudah mulai menerapkan teknologi modern. Pemanfaatan teknologi berbasis komputerisasi untuk mendukung budidaya tanaman di sektor pertanian sudah mulai menggeliat. Hal tersebut juga yang pada akhirnya memicu minat generasi muda untuk bisa menggeluti usaha pertanian.

Smart farming secara sederhana bisa diartikan sebagai precision agriculture atau bertani yang tepat, karena dapat mengidentifikasi keadaan dan kebutuhan dari setiap tanaman. Dari pengidentifikasian tersebut, petani jadi lebih paham tindakan apa yang harus dilakukan pada setiap tanamannya. Tanaman mana yang membutuhkan air, tanaman mana yang harus diberikan pestisida, dan tanaman mana yang harus dipupuk. Semua sudah dilakukan dengan memanfaatkan sensor-sensor yang terhubung dalam perangkat IOT (Internet of Things).

Tidak hanya untuk mendukung usaha tani di on farm, tapi konsep smart farming juga bisa dimanfaatkan untuk penanganan penjualan hasil pertanian. Dengan begitu, petani tidak perlu khawatir hasil produksi tidak terbeli. Mereka juga dapat menjual sendiri produk dan mendapat penghasilan yang lebih tinggi. Banyak aplikasi yang bisa dimanfaatkan untuk mendukung pemasaran produk pertanian. Hilirisasi pertanian menjadi salah satu pemikiran yang menjadi prioritas apalagi dalam mendukung program Gratieks. 

Selain itu, Teknologi tersebut juga dapat mengidentifikasi, menganalisa, serta mengelola informasi keragaman spasial dan temporal di dalam lahan untuk mendapatkan keuntungan optimum, berkelanjutan, dan menjaga lingkungan. Oleh sebab itu, penggunaan teknologi smart farming yang disesuaikan dengan zamannya, diharapkan mampu mengatasi masalah perawatan tanaman yang selama ini tidak bisa diselesaikan secara tradisional.

Tidak luput untuk menjadi perhatian bersama terutama bagi para pemangku kebijakan sektor pertanian adalah tentang penguatan kelembagaan petani. Dinamika kelembagaan petani perlu ditingkatkan. Peningkatan kapasitas lembaga tani dengan cara upgrade menjadi kelembagaan ekonomi petani juga harus menjadi fokus perhatian. Bertani sekarang tidak bisa lagi berusaha secara individu, melainkan harus secara berkelompok.

Banyak petani milenial yang sudah terorganisasi dalam kelembagaan dan sudah menerapkan smart farming. Di Kabupaten Buleleng Bali misalnya, disana ada P4S (Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya) Petani Muda Keren yang sudah menerapkan smart farming. Disitu diharapkan akan menjadi solusi terkait edukasi, pelatihan pertanian serta praktek pertanian bagi siapapun yang akan mendalami pertanian baik dari sektor Budidaya hulu sampai hilir.

Pertanian masa depan diharapkan bisa menerapkan teknologi modern dengan revolusi 4.0, revolusi 4.0 pada bidang pertanian yang digunakan dengan menerapkan metode "Smart Farming Precision Agriculture" yang secara garis besar metode ini terbagi menjadi 2 garis besar yaitu smart farming dan precision agriculture

a. Smart farming atau pertanian pintar yaitu penggunaan platform yang dikonektivitaskan dengan perangkat teknologi (contoh : tablet dan handphone) dalam pengumpulkan informasi (contoh : status hara tanah, kelembaban udara, kondisi cuaca dsb) yang diperoleh dari lapang dari perangkat yang ditanamkan pada lahan pertanian.

b. Precision Agriculture atau yang disebut juga pertanian presisi, pertanian presisi lebih kepada penggunaan input berupa pestisida dan pupuk sesuai kebutuhan berdasarkan informasi olahan data pada tablet. Dengan demikian  tidak ada kelebihan dalam dosis pengaplikasiannya karena dipenuhi berdasarkan kekurangannya. Dampak baik yang ditimbulkan pada pengaplikasian pupuk atau pestisida sesuai kebutuhan akan menjaga kesehatan dan kelestarian tanah, optimalisasi penggunaan input dan saving cost atau penhematan biaya produksi.

Dalam prakteknya dilapangan metode smart farming precision agriculture ini menggabungkan antara platform berbasis IoT (Internet of Things) dengan alat dan mesin pertanian (alsintan). Agar bisa berjalan sesaui dengan sasaran, maka alsintan perlu diselaraskan agar tidak lagi dikerjakan secara konvensional. Alat produksi pertanian dikendalikan dengan teknologi sehingga alsintan yang dipergunakan perlu ditingkatkan gradenya (dilakukan upgrade)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun