Mohon tunggu...
cahya lentera
cahya lentera Mohon Tunggu... -

aku cinta indonesia

Selanjutnya

Tutup

Politik

BUAT ANINDYA GK: Mengerdilkan Pancasila, Demokrasi, Nasionalisme, Islam, dan PKS

9 Juli 2013   17:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:47 1172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tulisan ini adalah tanggapan terhadap artikel  “Demokrasi Teokratik Ala Mursi, PKS, dan Keberadaan Militansi Pancasila yang Memperjuangkan Sekularitas di Indonesia” oleh anindya GK.

Tulisan yang di beri nomer saja adalah tulisan asli dari artikel tersebut dan yang di beri nomor dan hurup @adalah tanggapanya. Kita mulai saja:

0)Banyaknya kasus penindasan kaum mayoritas terhadap minoritas, serta dalih penguatan ajaran agama yang menyebar tanpa dibekali pikiran kritis sebenarnya merupakan pangkal dari kemunculan segala bentuk tindakan amoral radikalisme agama. Radikalisme agama telah berhasil mempengaruhi masyarakat dengan pandangan mono-religi sehingga mereka tidak mewaspadai adanya ‘candu’ yang disuntikkan oleh kepentingan politik tertentu sebagai bagian dari skenario perebutan kekuasaan. Candu agama merupakan amunisi yang sangat ampuh mengingat keyakinan agama merupakan penghayatan bagi seorang individu untuk memenuhi hasrat dirinya dengan Tuhan.

0@). Penindasan kaum mayoritas terhadap kaum minoritas terjadi di seluruh belahan bumi. Genocide terhadap suatu suku bangsa karena perbedaan keyakinan dapat di temui dalam sejarah masa lampau dan moderen. Jika itu hanya di alamatkan kepada umat islam kiranya tidaklah tepat sasaranya. Dan contoh yang terkini adalah penindasan terhadap minoritas ETNIS ROHINGYA. Penindasan yang kuat terhadap yang lemah secara lansung maupun tidak langsung dapat dilihat bagaimanan Negara-negara maju mendikte Negara terbelakang. Melalui bidang ekonomi ataupun dengan cara-cara politik. Siapakah yang mengobok-obok irak, libya,afganistan  dan Negara mayoritas islam lainya.

Radikalisme agama (pinjam istilah anindya) sebenarnya dapat terjadi pada semua agama.  Indonesia dengan Pancasila sebagai dasar Negara dan penduduk yang begitu ramah dan toleransi tinggi adalah surga bagi para penduduknya. Meskipun terdapat berbagai keyakinan dan agama yang ada di dalamhya.  Dengan mayoritas penduduk muslim, umat non muslim tetap terlindungi dan aman hidup bersama di Indonesia. Kalaupun ada pertikaian justru sering terjadi di kalangan umat islam sendiri. Pertikakaian dalam batas  argumentasi dan wacana, bukan pertiakain fisik. Pertikaian antara muslim dan non muslim atau sesame muslim di tengarai adalah  akibat adu domba.Adu domba oleh pihak-pihak yang berkepentingan untuk mememecah belah bangsa ini.

1)Tidak salah apabila militer Mesir menggulingkan Mursi sebagai tindakan pencegahan terbentuknya pemerintahan ‘teokrasi’ yang tidak mau merangkul eksistensi perbedaan golongan lainnya. Mursi adalah corong radikalisme terhadap Islam yang dengan lihai menggunakan ketenaran Ikhwanul Muslimin sebagai bagian dari alat untuk mencapai kekuasaan. Perubahan yang diharapkan dengan menunggangi konsep demokrasi ternyata tidak serta merta berjalan sesuai dengan yang diinginkan. Polemik pro-kontra akan kepemimpinan Mursi kini telah mengancam Mesir tenggelam ke dalam laga panas pertumpahan darah dan perang saudara.


1@) inilah pemutar balikan logika yang menjungkirbalikan arti demokrasi, manakala pemenang demokrasi tidak sesuai dengan harapan para “pemilik demokrasi” maka demokrasi menjadi dianggap tidak sah. Maka penjegalan dan pembunuhan terhadap demokrasi yang selama ini di usung dan dan gembar gemborkan oleh mulutnya sendiri adalah sah dan khalal. Kudeta dianggap suatu alat yang cocok untuk menuju demokrasi bila itu di perlukan. Sungguh menjilat ludah sendiri yang sudah tertumpah ke tanah serasa nikmat demi syahwat egoisme bagi para pemuja demokrasi palsu di negri ini dan di manapun juga.

Kekacauan mesir akibat kudeta militer telah di putar balikkan opininya bahwa kekacauan mesir adalah akibat Mursi yang tidak mau menyerahkan dengan sukarela kepemimpinanya atas mesir yang sudah di perolehnya secara sah dan mutlak melalui demokrasi. Seolah olah mesir menjadi kacau akibat mursi, inilah logika kacau para pengusung demokrasi palsu. Padahal dengan kasat mata dan akal jernih sebenarnya dapat di saksikan bahwa militerlah yang membuat kekakacauan.  Kudeta militer inilah yang memantik mesir terjerumus dalam perang saudara dan pertumpahan darah. Bukan terpilihnya mursi sebagai presdiden secara demokratis. Pemutar balikan fakta dengan menyiarkan berita-berita kepada dunia untuk membentuk opini public sesuai keinginanya dan juga pemberangusan media massa yang tidak sesuai dengan jalan kudetanya adalah sangat bertentangan dengan hak asasi manusia dan demokrasi. Logika sederhananya bahwa siapa yang bisa menjaga keamanan maka sesungguhnya dia jugalah yang sangat mampu membuat kekacauan.

2) Kecenderungan demokrasi teokratik ala Mursi ini memiliki nilai kemiripan dengan PKS, sebuah partai yang mengusung “Islam” sebagai label politik di kancah pemerintahan. Islam sendiri adalah agama yang paling banyak dianut oleh masyarakat Indonesia, sehingga kesakralan Islam yang pada umumnya menggunakan identifikasi kepasrahan terhadap Tuhan dimanfaatkan oleh para otoritan di tubuh PKS untuk memperoleh kekuasaan. Maka apabila sebelumnya pengusungan slogan ‘Khilafah’ HTI telah gagal mencapai simpati publik akibat secara terang-terangan menolak konsep ‘Pancasila’, PKS kini berubah haluan dengan memasukkan pluralisme ke dalam jurnal taktik internal parpol menghadapi pemilu 2014.

Sejatinya PKS bukanlah partai yang menyetujui adanya konsep pluralisme secara nyata. Pluralisme hanyalah tunggangan sementara untuk mendulang suara dari berbagai kalangan. Mirip dengan Mursi yang menunggangi demokrasi untuk mencapai kekuasaan sehingga tercapailah tujuan semula, membentuk pemerintahan bergaya teokrat demi kepentingan kaum tertentu. ‘Kaum tertentu’ di sini dapat digaris-bawahi sebagai acuan logis bahwasanya ada intervensi asing di balik naiknya Mursi.

PKS sebagai partai yang telah dianggap berkiblat dengan pemahaman Mursi kini tengah duduk di kursi pesakitan akibat ulah dari LHI sang koruptor sapi. LHI tidak terlihat menyesali perbuatannya karena memang apapun status hukum agama atas segala tindakan yang mereka lakukan untuk kepentingan dakwah adalah halal. APBN sebagai dana yang kebanyakan bersumber dari pajak ini pun dinilai haram, sehingga otoritasnya menjadi halal untuk dikorupsi atas nama dakwah. Agama menjadi tameng untuk melakukan tindakan yang tidak terpuji sehingga segala kebaikan di dalam agama tersebut ditutupi oleh kejahatan yang ada.

2@) Seluruh ideology yang ada di Indonesia adalah produk impor. Islam, Kristen, buda, hindu, dan bahkan pancasila pun di tengarai hasil adaptasi dari berbagai keyakinan luhur dari berbagai belahan bumi yang selanjutnya di cetuskan oleh soekarno, seorang islam genius dan berjiwa besar. Islam juga lahir di tengah kemajemukan budaya dan suku bangsa. Quraisy, anshor, badwi, parsi, yahudi, kristiani dan animisme dan dinamisme yang  juga bertebaran saat itu. Apakah Muhammad dan islamnya membantai mereka saat berkuasa. Tidak. Islam menghargai pluralisme. Justru umat islam minoritas di suatu negri yang sering mengalami pembantain dan genocide. Masih ingat pembersihan umat islam spanyol pada masa lalu. Bosnia pada masa modern dan rohingya pada saat ini?

Ketika HTI menggunakan cara non demokrasi untuk menyakinkan perlunya perubahan maka tentu akan di babat habis. KARENA TIDAK SESUAI DENGAN DEMOKRASI. KETIKA PKS MENGGUNAKAN DEMOKRASI UNTUK TURUT SERTA DALAM POLITIK, maka para pengusung demokrasi palsu yang egois mengangap dan menuding PKS hanya menggunakan demokrasi sebagai alat untuk menuju kekuasaan. Sebagai tunggangan. Sebagimana mursi menggunakan cara demokrasi. Mungkin di mata para pemuja demokrasi palsu ini PKS dan mursi atau siapaun yang ada di dunia ini jika tidak sesuai dengan harapanya, tidak sejalan dengan kehendaknya maka DEMORASINYA MENJADI BATAL. Karena tidak sesuai dengan kata hati para “pemilik demokrasi” palsu.

Menuding PKS menghalalkan korupsi dan menghalalkan segala cara sebagaimana dalam artikel oleh anindya jelas-jelas opini tanpa dasar. LHI saat ini sedang dalam penanganan KPK. Itu jelas sekali bahwa PKS telah menjalankan asas taat hokum. Jika ada pembelaan dari tim pengacara adalah sesuatu yang tidak luar biasa karena dalam setiap kasus hokum setiap tersangka seharusnya memang di dampingi pembela. Tidak pernah ada pernyataan dari LHI maupun PKS bahwa korupsi adalah tindakan terpuji dan uang hasil korupsi adalah khalal dan  APBN berasal dari uang pajak yang haram. Pernyatan Ini justru di ungkapkan oleh penulis dalam  artikelnya  itu sendiri untuk menyudutkan sasaran tenbak artikelnya yaitu PKS secara membabibuta dan tidak logis sama sekali.

Jika ingin melihat bukti  nyata yang ilmiah tentu saja sebaiknya dilakukan penelitian. Coba saja lakukan penelitian terhadap para ANGGOTA LEGISLATIF. BUPATI,GUBERNUR, PEJABAT NEGARA mulai sejak tahun 2004-2012, siapa sajakah dan dari partai mana orang-orang yang banyak terlibat dalam hal PERBUATAN MESUM DAN ASUSILA, NARKOBA, KORUPSI DAN PREMANISME. Akan di jumpai siapakah mereka itu dan rai partai mana mereka berasal. Barulah bisa berkata dengan fakta dan bukti nyata bukan tuduhan, cacian atau cemoohan belaka.

Menghalalkan segala cara agaknya lebih pas bila di kaitkan dengan artikel anindya yang secara membabi buta menebar kekacauan logika yang cenderung memutar balikkan fakta. Menghalalkan segala cara ITULAH SEJATINYA MUSUH ABADI DARI PANCASILA yang sebenarnya.

Sungguh tidak masuk akal dan lucu sekali ketika artikel anindya ini menyebutkan bahwa naiknya mursi karena intervensi asing. Hal ini perlu di garis bawahi bahwa naiknya mursi adalah Murni hasil demokrasi, dan semua Negara mengetahui akan hal itu. Justru jika berbicara intervensi asing maka kudeta mesir oleh a sisi nyata-nyata sudah menunjukan intervensi asing bermain di dalamnya. Beberapa Negara tetangga secara kasat mata telah ketahuan melakukan deal-deal dan merestuai penggulingan mursi sebagai presiden yang sah hasil  demokrasi.

Sungguh aneh para pencinta demokrasi ini  ketika orang lain berbuat demokratis mengikuti jalan sesuai aturan demokrasi masih juga dianggap tidak demokratis. Mungkinkah mereka ini para pecinta demokrasi palsu, yang menjadikan demokrasi sebagai alat pemuas nafsu?

3) Kemanusiaan yang adil dan beradab sebagai sila kedua dari Pancasila inilah yang memunculkan jiwa humanis di dalam tubuh manusia. Masyarakat seharusnya memahami bahwasanya Pancasila adalah falsafah hidup yang berdedikasi mempersatukan segala macam perbedaan pemahaman, termasuk perbedaan agama. Kelima sila Pancasila yang saling berkaitan ini adalah wujud pluralisme kental setelah ajaran Islam. Keduanya mempunyai cita-cita luhur berupa perwujudan kedamaian di muka bumi. Sehingga apabila muncul tindakan kekerasan atas nama agama, maka itulah kesesatan yang nyata. Hubungan manusia dengan Tuhannya harus dipelihara dengan perwujudan keseimbangan ‘hablumminallah dan hablumminannas’ yang tercantum dalam Al-Qur’an surat terakhir, yaitu An-Nas. Manusia berlindung kepada Allah dari segala kejahatan yang dilakukan oleh manusia lainnya. Bukan membawa nama Allah untuk menghalalkan perbuatan jahat terhadap sesama manusia.

Perjuangan terhadap rasa perbedaan dan kemanusiaan ini tidak menyalahi aturan dalam agama manapun, bahkan di dalam Islam yang sering disebut-sebut sebagai agama radikal. Sekularitas adalah kunci dari segala permasalahan yang ada. Kebebasan dalam menjalankan keyakinan adalah salah satu solusi mencegah terjadinya tragedi suriah kedua. Kembalikan rasa nasionalisme dengan Pancasila. Setelah berkaca dari Mursi dan PKS, sudah selayaknya kita mengambil sikap yang bijak, terutama dalam memahami perbedaan dan menentukan parpol pilihan pada pemilihan umum 2014 nanti.

3@).paragrap pertama pada bagian 3) diatas adalah bagian terbaik dari artikel ini. Begitulah seharusnya orang Indonesia. Apapaun keyakinanya dalam balutan pancasila dan bhineka tunggal ika semestinya saling bertoleransi dan tenggang rasa. Menerima perbedaan sebagai suatu keniscayaan dalam berbangsa dan bernegara. Sungguh mengerikan jika ada orang yang memelintir ayat-ayat tuhan untuk kemudian menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal. Bahkan yang paling parah adalah menghalalkan segala cara yang penting tujuan tercapai tidak perduli halal atau haram.

Mendorong pancasila sebagai alat sekularitas sama artinya dengan mengkerdilkan pancasila itu sendiri. Sila pertama KETUHANAN YANG MAHA ESA adalah puncak dari keyakinan bangsa Indonesia yang menyatu dan bertuhan dalam kehidupan  berbangsa dan bernegara.  Sila –sila berikutnya haruslah di jiwai oleh sila pertama tersebut. Demikian di ajarkan dalam setiap penataran mengenai penghayatan dan pengamalan Pancasila. Ketika seseorang menjalankan ajaran agamanya tidaklah bertentangan dengan Pancasila dan UUD 45. Justru orang yang tidak mengamalkan agamanya adalah tidak Pancasilais  karena tidak mengamalkan dan menghayati dasar Negara.

Mendukung pertumpahan darah sesame manusia tidak sesuai dengan kemanusiaan yang diajarkan dalam Pancasila. Mengadu domba elemen dan sesame rakyat  Indoneisa  tidak sesuai dengan sila ke-3. dan wujud nasiolalisme palsu. .Menghancurkan dan  menjagal pemimpin yang di pilih secara demokratis seperti Mursi dengan cara “demokrasi menang sendiri” juga tidak pancasilais karena demokrasi adalah perwujudan sila ke 4 dari Pancasila. Melakukan yang bertentangan dengan pancasila sama artinya dengan mengkerdilkan pancasila, mengkerdilkan rasa kemanusiaan, merobek nasionalisme dan mengkerdilkan demokrasi.

Jika mencintai Indonesia, didiklah bangsa ini dengan pengetahuan yang murni bersih dari pemutarbalikan fakta hanya demi nafsu menang sendiri semata. Apalagi dengan menghalalkan segala cara. Tidak akan Indonesia ini berdiri diangkat dengan satu jari, tapi dengan rangkaian seluruh tangan dan kaki bangsa ini dalam perstuan dan saling menghargai. Itulah nasionalisme sejati.

Kalau Bung karno dahulu memakai DEMOKRASI TERPIMPIN, PKS DISEBUT memakai DEMOKRASI TEOKRATIK maka di KOMPASINA INI PARA PENGUSUNG DEMOKRASI  SEBAIKNYA MEMBUAT DEMOKRASI BARU SEBUT SAJA “DEMOKRASI MENANG SENDIRI” alias demokrasi palsu.  memecah belah dan adu domba  sesama anak bangsa bukanlah nasionalisme sejati tetapi nasionlisme palsu.

Salam damai untuk Indonesia kita

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun