Hujan turun deras sore itu. Jalanan becek, langit kelabu, dan orang-orang berlarian mencari tempat berteduh. Di ujung gang, berdiri seorang anak laki-laki dengan payung merah menyala. Warnanya mencolok sekali di tengah abu-abu hujan.
Alya, yang baru pulang dari warung, tertegun. Ia lupa bawa payung, baju seragamnya sudah basah separuh. Anak laki-laki itu menoleh dan tersenyum.
"Mau nebeng?" tanyanya, sambil sedikit mengangkat payungnya.
Alya ragu sebentar, lalu mengangguk. Mereka berjalan berdua, langkahnya beriringan. Payung merah itu kecil, sehingga bahu mereka sesekali bersentuhan. Jantung Alya berdegup agak cepat, padahal udara dingin.
"Namamu siapa?" tanya Alya pelan.
"Raka," jawabnya singkat.
Mereka tidak bicara banyak. Tapi di sepanjang jalan, suara hujan seperti musik latar yang merangkum segalanya. Sampai di depan rumah Alya, Raka hanya tersenyum lagi lalu melangkah pergi, payung merahnya berayun pelan, menjauh, makin kecil.
Alya menatap punggung itu hingga hilang di tikungan. Entah kenapa, hujan hari itu terasa hangat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI