Internet  Cepat  :  Peluang Atau Hambatan  Bagi Masyarakat Desa   ?
Bismillah,
Membangun dari pinggiran merupakan program dan kebijakan dari Kemendes yang sudah sejak lama digaungkan oleh pemerintah. Â Sebagai bentuk komitmen untuk mewujudkan program dan kebijakan tersebut, pemerintah menggelontorkan anggaran yang cukup signifikan untuk setiap desa yang ada di wilayah NKRI.
Program dan kebijakan pemerintah yang berpihak kepada masyarakat dengan adanya Dana  Desa (DD) dan Anggaran Dana Desa (ADD) ini  membuat kelurahan uring-uringan. Sehingga kelurahan yang tadinya desa lalu ditingkatkan menjadi kelurahan ingin kembali lagi berstatus desa.
Fenomena itu terdapat di beberapa kelurahan di kabupaten yang wilayah kelurahannya  bukan merupakan ibukota dari sebuah kecamatan. Fenomena ini pastinya tidak terjadi pada pemerintahan kota atau kota administratif yang menurut peraturan perundang-undangan tidak boleh lagi ada desa, namun harus berubah menjadi kelurahan.
Berkaitan dengan wacana internet cepat di desa yang digagas pemerintah, tentu saja akan berdampak, baik positif  maupun negatif dan itu  meupakan hal yang lumrah, karena setiap program dan kebijakan pasti tidak terlepas dari persoalan-persoalan serta tantangan yang membelitnya.
Oleh karena itu diperlukan kajian yang mendalam dengan cara melibatkan berbagai pihak yang berkompeten baik lembaga maupun  stakeholder terkait sebelum wacana tersebut direalisasikan menjadi program dan kebijakan.
Langkah tersebut dibutuhkan agar bila nanti dalam kajian yang dilakukan secara mendalam menemui atau mengakibatkan dampak negatif yang lebih dominan tentu wacana tersebut perlu ditinjau ulang atau dibatalkan.
Akan tetapi, bila kita melihat perkembangan desa belakangan ini dalam hal transformasi informasi, mungkin kita akan terkaget-kaget, tidak hanya desa-desa yang terdapat dipinggiran kota saja tapi desa-desa yang jauh dipelosok kemajuan teknologi informasi sangat pesat.
Tidak heran bila suatu teknologi pertanian misalnya, " petani di pelosok desa " lebih dahulu tahu dan lebih dulu menetapkannya dibandingkan dengan " petani pinggiran kota atau petani perkotaan."
