Mohon tunggu...
Indra Buwana
Indra Buwana Mohon Tunggu... Lainnya - ya gitu

siap menerima kritik, saran, dan kiriman gopay atau ovo

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Membuka Pintu Menuju Kebiasa-biasa-sajaan

24 April 2016   17:39 Diperbarui: 24 April 2016   17:47 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="www.trulygraphics.com"][/caption]Dalam rangka menyambut masyarakat ekonomi ASEAN yang ditakutkan banyak pihak bakal mengurangi ketersediaan pekerjaan karena diserobot oleh orang-orang Malaysia, Vietnam, Kamboja, Laos, dan Thailand, akan saya tambahkan kabar buruk bahwa pekerjaan yang oke punya semakin jauh dari genggaman karena kualifikasi yang makin tinggi dan saingannya makin berat, terutama untuk orang-orang yang biasa-biasa saja, seperti saya dan sebagian besar orang-orang Indonesia.

Saya belakangan emang lagi sensi kena fresh-grad blues lagi, padahal saya mah udah lulus kuliah sejak tahun 2014 dan sekarang udah dapet kerja. Tapi ya gimana, pasti ada perasaan setelah udah lulus kuliah, serasa sudah mampu menaklukkan dunia. Lamar kerja sana sini, tapi njuk ditolak. Kayak ditampar keras banget sama mbak2 galak yang namanya realita. Njuk tersadar kalo sebenernya kita biasa aja.

Tapi ya sebenernya cerita ini ga berhenti sampe di sini. Jatuh ke lembah kebiasa-biasa-sajaan mah emang bikin nelangsa. Tapi caranya jatuh ke situ ya beda, seberapa keras jatuhnya ya beda, jadinya cerita orang-orang ya beda. Ga bisa dibilang jadi biasa-biasa aja kan? Lha wong beda-beda semua. Ini semua di luar yang namanya “biasa” karena memang ini di luar biasa. Ga ada yang biasa atawa sama.

Saking luar biasanya semua orang jadinya hal yang kayak gitu jadi biasa kan? Kalo semua orang itu luar biasa, jadinya yang “luar biasa” itu jadi “biasa aja” kan? Paradoks memang, tapi ya apa boleh buat. Orang-orang punya ceritanya masing-masing kok.

Tapi jangan anggap sepele dulu orang-orang biasa. Orang-orang biasa (dan yang super biasa) ini yang sebenernya megang peranan paling penting karena emang jumlahnya yang bejibun. Jauh lebih banyak daripada orang-orang yang luar biasa, utamanya orang yang punya kuasa, duit, pengaruh, dan apa-apa yang kita anggep luar biasa. Orang-orang biasa ini ngambek, pastinya orang-orang luar biasa kelabakan. Kita kepret dikit, udah kelimpungan mereka, hahaha. Orang-orang biasa yang megang pekerjaan biasa-biasa aja tetep dibutuhin. Orang-orang biasa inilah gir paling gede dari sistem yang bikin masyarakat terus berkembang. Cuma orang-orang picik yang sukanya ngerendahin orang biasa, cuma ngarahin buat jadi orang gede, dan ga ngasi persiapan buat jadi orang-orang biasa aja.

Sudahlah dengan kebiasa-biasa-sajaan ini. Tulisan ini emang berasal dari pikiran yang muncul pas di kamar mandi. Sudah pasti ndak mutu atau njelimet dan belibet. Emang kalo mau mikir yang filosofis2 gitu, bukan di ruang kelas, tapi memang di kamar mandi. Dan saya mau minta maaf sama orang tua saya yang ngarepin anaknya jadi orang gede, karena sekarang saya mah jadi manusia biasa-biasa saja.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun