Mohon tunggu...
Butet Rsm
Butet Rsm Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu dari tiga anak yang tinggal di Bantul.

Ibu-ibu biasa yang menyukai menulis dan bersosialisasi lewat media sosial.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Perlukah Heran Melihat Balita yang Tantrum?

24 Mei 2021   08:30 Diperbarui: 27 Mei 2021   16:07 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sesungguhnya usaha mempercepat durasi tantrum dengan cara memberikan yang anak balita mau atau memberikan apa saja supaya anak balita lekas diam dapat menjadi bumerang untuk anak balita dan orangtuanya sendiri. 

Dono Baswardono, seorang pakar parenting,  pernah menyebut bahwa memberikan keinginan balita tantrum sama dengan menumbuhkan bibit kudeta. Seserius itu, lho. Maka, ibu-ibu yang sudah melek akan wawasan ini, pasti sudah punya cara tersendiri untuk mengatasi, tanpa perlu dicampuri oleh orang lain. 

Langsung memotong emosi balita yang sedang tantrum dengan hardikan juga tidak boleh, karena di masa depan, bisa jadi sang balita bakal kesulitan mengatasi emosinya sendiri. Solusinya memang membiarkan hingga letupan emosi selesai, meski jadi sering disalahpahami sebagai pembiaran. 

Padahal kalau mengamati lebih serius, para ibu yang sudah mahir mengatasi tantrum anaknya pasti sudah tahu kok, bahwa batasan "pembiarannya" adalah selama tidak membahayakan keselamatan dan nyawa anak. Dalam batas tersebut, ekspresi apapun boleh dilakukan oleh anak sebagai wujud pengeluaran emosi. 

Mau bilang, kalau belum mengalami nggak usah banyak komentar, tapi kok rasanya kasar banget ya? Jadi yah, semoga tulisan ini bisa menjawab pertanyaan di benak para pengamat dan pakar parenting dadakan yang sering terheran-heran melihat balita menangis histeris atau ambruk di lantai mall sambil menendang-nendang dan berteriak, sementara ibunya terlihat B aja karena sudah terbiasa. 

Doakan saja para ibu itu, supaya bisa mendampingi anak-anak di fase tantrumnya dengan tetap sabar. Iyah, tantrum pada anak memang cuma fase, kok. Sama seperti rasa gelisah ketika belum gajian, pasti berlalu setelah nominal gaji terlihat di rekeningmu. Lagipula, tantrum itu beneran bukan salah ibu, bukan pula semata cuma jadi urusan ibu. Semoga nggak ada lagi yang ngucapin, "ibunya kok gitu sih", saat melihat anak tantrum yang dicuekin ibunya, sementara neneknya terlihat sibuk membujuk. 


Butet RSM, ibu dari tiga anak yang tinggal di Bantul. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun