Mohon tunggu...
bustanol arifin
bustanol arifin Mohon Tunggu... Happy Reader | Happy Writer

Tertarik Bahas Media dan Politik | Sore Hari Bahas Cinta | Sesekali Bahas Entrepreneurship

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Impian Milenial Naik Haji Hanyalah Ilusi?

19 Juni 2025   11:13 Diperbarui: 19 Juni 2025   21:36 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi jamaah haji milenial | Dok MCH 2023/kompas.com 

Bagi umat Islam, melaksanakan ibadah haji merupakan penyempurnaan dari rukun Islam yang kelima. Sebab, kelima rukun Islam tersebut (syahadat, salat, puasa, zakat dan haji) hukumnya memang wajib dilaksanakan bagi muslim yang memenuhi syarat.

Bila tidak, ia berdosa karena telah lalai menjalankan perintah agama. Dalam artian, orang yang sudah melaksanakan ibadah haji dianggap sempurna Islamnya, serta gugur kewajiban ibadah hajinya untuk selamanya alias sepanjang hayat.

Makanya, tak mengherankan bilamana banyak umat Islam dari seluruh dunia rela menempuh perjalanan panjang melalui jalan darat, laut dan juga udara demi haji ke Baitullah. Ada jutaan orang berkumpul di sana setiap tahunnya hanya untuk satu tujuan, ibadah haji.

Termasuk Indonesia, negara dengan jamaah haji paling banyak dibandingkan dengan negara lain. Tahun ini saja, 2025, jumlahnya mencapai 221.000 jamaah. Meski berkurang dari jumlah tahun lalu, namun tetap terbanyak dan disusul oleh negara Pakistan.

Hanya saja, rata-rata jamaah haji asal Indonesia sudah lanjut usia alias para orang tua, karena faktor antrean yang sangat panjang, berbarengan juga dengan realitas ekonomi masyarakat Indonesia yang nampaknya kurang stabil.

Terutama generasi muda atau milenial yang jumlahnya mendominasi kalangan tua. Mereka ini sekarang sedang diperhadapkan pada sulitnya mencari pekerjaan dan banyaknya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) oleh beragam perusahaan.

Dalam kondisi seperti ini, sekadar memenuhi kebutuhan hidup harian saja masih ada kesulitan apalagi menunaikan ibadah haji. Sehingga muncul pertanyaan, apakah naik haji bagi generasi milenial Indonesia bisa terjadi atau sekadar ilusi?

Biaya Naik Plus Antrean Panjang

Biaya perjalanan ibadah haji setiap tahun pasti mengalami kenaikan, baik haji reguler, khusus maupun furoda. Sebut saja misalnya, biaya haji reguler tahun ini berkisar di 89-100 juta yang terdiri dari biaya perjalananan ibadah haji serta nilai manfaat.

Sementara kisaran biaya untuk haji khusus (ONH plus) mencapai angka 188-336 juta dengan asumsi kurs Rp 16.420 per USD. Dua kali lipat dibandingkan biaya haji regular dengan jaminan fasilitas dan atau layanan tambahan di dalamnya.

Adapun haji furoda biayanya mencapai 16.500 hingga 60.000 USD, atau sekitar 300 juta hingga 986 juta, terganting dari layanan serta fasilitas yang ditawarkan oleh pihak penyelenggara haji khusus, dan ini merupakan biaya haji tertinggi di antara ketiga paket haji tersebut.

Selain biaya, ada antrean cukup panjang untuk keberangkatan jamaah haji menuju Baitullah,di banyak provinsi bisa sampai 20-40 tahun lamanya. Artinya, jikalau seorang milenial mendaftar haji usia 30 tahun saat ini, kemungkinan berangkat nanti pada usia 50-60 tahun.

Antrean ini memang khusus haji reguler yang jumlahnya paling banyak. Sementara haji khusus rata-rata daftar tunggu atau antrean keberangkatannya sekitar 5-7 tahun. Adapun haji furoda bisa langsung berangkat dengan ketentuan sudah melunasi semua pembiayaan.

Boleh dikata, impian milenial naik haji di usia muda dapat terwujud jika mereka memilih haji khusus atau furoda. Namun pertanyaannya, apakah memang generasi milenial saat sekarang ini ada yang memiliki dana sebesar itu? Tentu jawabannya, mungkin ada tapi tidak banyak.

Literasi Keuangan dan Spiritual

Di tengah tekanan biaya hidup yang senantiasa tinggi dan ketidakstabilan pekerjaan, generasi milenial Indonesia banyak yang belum memiliki tabungan darurat, apalagi tabungan haji. Hal ini menunjukkan sulitnya mewujudkan impian, naik haji di usia muda.

Sulit bukan berarti harapan itu mati. Justru, dalam kondisi seperti ini kita berupaya sedapat mungkin untuk mewujudkan impian mulia tersebut. Salah satunya, dengan cara meningkatkan literasi keuangan diri kita masing-masing.

Kemampuan memahami serta mengelola keuangan secara efektif supaya tidak terperangkap dalam gaya hidup konsumtif. Kemampuan tersebut meliputi anggaran prioritas, tabungan dan investasi di berbagai sektor.

Literasi keuangan menjadi penting sebab sebagian milenial masih lebih mengedepankan gaya hidup daripada tujuan hidup. Lebih tertarik mencicil ketimbang menabung dan atau investasi, padahal dua hal ini menjadi penentu keuangan seseorang di masa depan.

Pada saat bersamaan, haji sebenarnya bukan soal uang tetapi juga niat, perencanaan sekaligus kedisiplinan seseorang. Dalam arti lain, jikalau milenial mampu mencicil gadget puluhan juta sekadar untuk gaya hidup, mengapa menabung untuk "Haji Muda" tidak bisa.

Dalam konteks spiritual, ibadah haji itu wajib hukumnya bagi muslim yang mampu, sehingga sebisa mungkin untuk ditunaikan. Berdosa atau paling tidak belum sempurna keislamannya jika punya kemampuan secara finansial, tapi enggan melaksanakannya.

Selain uang, literasi keuangan ini juga penting dikuasai oleh generasi milenial sebab menjadi syarat bagi munculnya niat, perencanaan dan tindakan seorang milenial. Msutahil orang naik haji, kalau ia tidak tahu apa dan bagaimana itu ibadah haji.   

Milenial, Jangan Padamkan Impian!

Bagaimanapun, "Haji Muda" bagi kalangan milenial bukanlah sebuah ilusi, melainkan sebuah impian mulia yang harus diwujudkan. Keterbatasan finansial bukan lagi hambatan akan tetapi tantangan untuk dilewati dengan cara kreatif, asik dan membahagiakan.

Kuncinya ada pada literasi keuangan serta spiritual yang sudah harus disiapkan secara serius dan matang dari sekarang. Menabung dan atau investasi adalah pilihan terbaik, dibarengi niat tulus untuk menunaikan rukun Islam kelima ini.

Melalui dua langkah ini bukan mustahil generasi milenial bisa lebih cepat sampai ke Baitullah, melaksanakan ibadah haji menggunakan layanan haji khusus dan atau furoda. Sekali lagi, haji itu bukan ilusi, tapi panggilan. 

Jadi, jangan pernah padamkan impian mulia itu wahai milenial!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun