Mohon tunggu...
bustanol arifin
bustanol arifin Mohon Tunggu... Happy Reader | Happy Writer

Tertarik Bahas Media dan Politik | Sore Hari Bahas Cinta | Sesekali Bahas Entrepreneurship

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Impian Milenial Naik Haji Hanyalah Ilusi?

19 Juni 2025   11:13 Diperbarui: 19 Juni 2025   21:36 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi jamaah haji milenial | Dok MCH 2023/kompas.com 

Selain biaya, ada antrean cukup panjang untuk keberangkatan jamaah haji menuju Baitullah,di banyak provinsi bisa sampai 20-40 tahun lamanya. Artinya, jikalau seorang milenial mendaftar haji usia 30 tahun saat ini, kemungkinan berangkat nanti pada usia 50-60 tahun.

Antrean ini memang khusus haji reguler yang jumlahnya paling banyak. Sementara haji khusus rata-rata daftar tunggu atau antrean keberangkatannya sekitar 5-7 tahun. Adapun haji furoda bisa langsung berangkat dengan ketentuan sudah melunasi semua pembiayaan.

Boleh dikata, impian milenial naik haji di usia muda dapat terwujud jika mereka memilih haji khusus atau furoda. Namun pertanyaannya, apakah memang generasi milenial saat sekarang ini ada yang memiliki dana sebesar itu? Tentu jawabannya, mungkin ada tapi tidak banyak.

Literasi Keuangan dan Spiritual

Di tengah tekanan biaya hidup yang senantiasa tinggi dan ketidakstabilan pekerjaan, generasi milenial Indonesia banyak yang belum memiliki tabungan darurat, apalagi tabungan haji. Hal ini menunjukkan sulitnya mewujudkan impian, naik haji di usia muda.

Sulit bukan berarti harapan itu mati. Justru, dalam kondisi seperti ini kita berupaya sedapat mungkin untuk mewujudkan impian mulia tersebut. Salah satunya, dengan cara meningkatkan literasi keuangan diri kita masing-masing.

Kemampuan memahami serta mengelola keuangan secara efektif supaya tidak terperangkap dalam gaya hidup konsumtif. Kemampuan tersebut meliputi anggaran prioritas, tabungan dan investasi di berbagai sektor.

Literasi keuangan menjadi penting sebab sebagian milenial masih lebih mengedepankan gaya hidup daripada tujuan hidup. Lebih tertarik mencicil ketimbang menabung dan atau investasi, padahal dua hal ini menjadi penentu keuangan seseorang di masa depan.

Pada saat bersamaan, haji sebenarnya bukan soal uang tetapi juga niat, perencanaan sekaligus kedisiplinan seseorang. Dalam arti lain, jikalau milenial mampu mencicil gadget puluhan juta sekadar untuk gaya hidup, mengapa menabung untuk "Haji Muda" tidak bisa.

Dalam konteks spiritual, ibadah haji itu wajib hukumnya bagi muslim yang mampu, sehingga sebisa mungkin untuk ditunaikan. Berdosa atau paling tidak belum sempurna keislamannya jika punya kemampuan secara finansial, tapi enggan melaksanakannya.

Selain uang, literasi keuangan ini juga penting dikuasai oleh generasi milenial sebab menjadi syarat bagi munculnya niat, perencanaan dan tindakan seorang milenial. Msutahil orang naik haji, kalau ia tidak tahu apa dan bagaimana itu ibadah haji.   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun