Mohon tunggu...
Burhan Yusuf
Burhan Yusuf Mohon Tunggu... Jurnalis - Pena adalah kawan, tinta adalah hembusan.

Mahasiswa Sharia and Islamic Law Al-Azhar University, Cairo

Selanjutnya

Tutup

Trip

Masjid Muhammad Ali Pasha Kairo, Mesir

10 April 2021   05:15 Diperbarui: 10 April 2021   05:29 1638
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
facebook.com/almAladb

Muhammad Ali Pasha adalah seorang anak yang cerdas kelahiran kota Kavala, Yunani pada tahun 1765M. Muhammad Ali meskipun dilahirkan di Yunani tetapi sejatinya dia masih memiliki darah keturunan Turki. Beliau memulai pendidikannya secara formal dengan belajar ilmu umum sehingga pemikirannya banyak berkiblat kepada modernisasi. 

Tak hanya itu, ia juga seorang yang pemberani dan pernah mengikuti aksi militer angkatan bersenjata Turki Usmani dan berhasil mendapat jabatan sebagai Buluq basya atau komandan peleton prajurit Usmani. 

Setelah hegemoni revolusi Prancis dikumandangkan, Muhammad Ali mendapat mandat oleh Sultan Usmani untuk membantu menstabilkan wilayah Mesir dari pengaruh Prancis juga perebutan kekuasaan antara Turki Usmani dan sisa-sisa kekuatan Mamluk.

Muhammad Ali berhasil menaiki puncak pemerintahan di Mesir setelah banyak mendapat banyak dukungan dan simpatisan dari masyarakat Mesir. Dibawah kekuasaanya, Mesir mencapai kejayaan dengan gerakan modernisasi sekuler barat namun wilayah Sudan hingga Syria bisa disatukan dalam satu pemerintahan.

facebook.com/almAladb
facebook.com/almAladb
Masjid yang terletak di area Saladin Citadel ini menjadi landmark negeri Mesir terpopuler setelah Piramida yang ada di Giza. Masjid ini dimulai pembangunannya pada tahun 1830 M dan selesai pada 1848 M. Dengan mengadopsi gaya Ottoman, bangunan masjid memiliki dua buah menara yang ramping dan runcing yang mengapit sejumlah kubah kecil dan kubah utama. Tinggi kedua menara ini mencapai 82 meter. Sementara itu, bagian kubahnya dibuat megah dan tinggi, mirip dengan masjid masjid Sultan Ahmed di Istanbul, Turki.

Area masjid terdiri atas dua bagian. Pada bagian luar, terdapat tempat berwudhu yang letaknya tepat di tengah-tengah halaman masjid dan sebuah menara jam yang merupakan hadiah dari penguasa Prancis, Louis Philippe I, pada tahun 1846.

Konon, sebagai hadiah balasan, Raja Muhammad Ali Pasha memberikan obelisk (tugu runcing) Ramses II dari Kuil Luxor (Luxor Temple) yang terdapat di pintu masuk. Saat ini, obelisk Ramses II tersebut masih bisa dilihat di Place de la Concorde, Paris.

Bagian lain masjid yang merupakan bagian utama adalah ruang shalat. Tempat ini tepat berada di bawah kubah-kubah yang terdiri atas satu kubah utama yang berada di tengah dan empat kubah berukuran menengah (sedang) serta empat kubah kecil yang mengapit kubah utama. Bagian langit-langit puncak kubah dihiasi ukiran geometris dengan empat pojok yang terukir kaligrafi empat nama Khulafa Rasyidin.

Pada bagian dinding tempat shalat terdapat celah-celah yang dilengkapi dengan kaca berwarna-warni dan penyangga-penyangga pualam yang tidak membuat ruangan masjid tersebut terasa sempit. Di samping penyangga-penyangga yang menopang panggung utama, terdapat tiang-tiang pualam ramping yang menyangga atap dan kubah-kubah kecil.

Muhammad Ali Pasha meninggal pada 2 Agustus 1849 M dan dimakamkan di dalam masjid yang dibangunnya dengan susah payah. Muhammad Ali awalnya di makamkan di Hosh el-Basha namun dipindahkan ke dalam masjidnya pada tahun 1857 oleh cucu beliau yaitu Raja Abbas I yang merupakan anak dari Tusun Pasha.  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun