Mohon tunggu...
Nanang Diyanto
Nanang Diyanto Mohon Tunggu... Perawat - Travelling

Perawat yang seneng berkeliling disela rutinitas kerjanya, seneng njepret, seneng kuliner, seneng budaya, seneng landscape, seneng candid, seneng ngampret, seneng dolan ke pesantren tapi bukan santri meski sering mengaku santri wakakakakaka

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

[LombaPK] Bisa Menghidupkan yang Sudah Mati

3 Juni 2016   10:37 Diperbarui: 3 Juni 2016   10:52 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="sumber wordpress "][/caption]

Ratih menangis sepulang sekolah sehabis teman sekolahnya meledeknya. Teman sekelasnya suka pamer pekerjaan dan kehebatan orang tuanya. Ratih berkecil hati karena dia merasa pekerjaan orang tuanya tak sehebat teman-temannya.

"Papaku profesor, mahasiswa hormat dan takut sama papa.." pamer Ratna dengan congkak.

"Banyak menteri datang minta dukungan... aku dibawain mainan.." pamer Ratna. Ratih hanya diam tak menjawab, dan tak berani membalas kecongkakan Ratna.

"Ayahku bisa Menghidupkan orang yang hampir mati... ayahku dokter hebat, pasiennya mengantre puaaaanjaaaaaannng..." pamer Affandi, sambil telunjuknya ditempelkan pada jidat Ratih. Membuat Ratih semakin nelangsa.

"Mamaku anggota dewan, uangnya banyak dan suka berpergian..." kata Marla sambil menggoyangkan bokong ke arah Ratih.
"Mamaku suka jalan-jalan, pulang bawain mainan..." tambah Marla.

Agile hanya diam diceritain anaknya, sambil membelai rambut Ratih Agile mencari cara agar bisa membesarkan hati Putri semata wayangnya.

"Babak tukang servis arloji, apa hebatnya..." protes Ratih pada Agile.
Agile tidak menjawab dan terus membelai rambut anaknya. Pikiran nya melayang pada Merva istri yang telah pergi meninggalkannya. Pergi dengan lelaki lain karena tidak terima jadi bini tukang servis arloji.

"Ratih... kalau orang tua temanmu bisa menghidupkan yang hampir mati, masih kalah dengan bapaknya Ratih..." kata Ragile datar dengan pandangan kosong, Isak Ratih pun terhenti.

"Bapaknya Ratih lebih hebat, bisa Menghidupkan yang sudah mati, bisa menghidupkan kembali yang sudah mati..., bisa menghidupkan yang sudah bertahun-tahun mati..." kata Ragile tanpa henti.

Ratih memeluk erat bapaknya, dia baru sadar meski sederhana bapaknya lebih hebat dari teman sekelasnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun