Mohon tunggu...
Nanang Diyanto
Nanang Diyanto Mohon Tunggu... Perawat - Travelling

Perawat yang seneng berkeliling disela rutinitas kerjanya, seneng njepret, seneng kuliner, seneng budaya, seneng landscape, seneng candid, seneng ngampret, seneng dolan ke pesantren tapi bukan santri meski sering mengaku santri wakakakakaka

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Ini Cara Menyadarkan Orang Kerasukan pada Seni Jaranan

19 Februari 2018   12:42 Diperbarui: 19 Februari 2018   20:34 18534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kerasukan, gambuh berusaha mengusir roh yang merasuki

"Azan nak.." jawab lelaki tua tersebut sambil terus berlalu dan akhirnya menghilang berpadu dengan ratusan penonton yang sudah mulai berhamburan pergi meninggalkan gelanggang.

Masih penasaran dengan jawabannya, azan. Apakah dia membisikkan azan di telinga penari yang kerasukan tadi sehingga si penari tersadar? Apakah syetan atau sejenisnya takut dengan suara azan?

Atau mungkin dia menyuruhku untuk bergegas menunaikan sholat Magrib karena sudah terdengar azan, entahlah. Satu hal saya pun harus segera bersuci dan segera menunaikan sholat Magrib di mushola yang tak jauh dari tempat hajatan.

Beruntung ketika pertunjukan berlangsung saya masih berkesempatan bertanya pada penari lain yang sudah sadarkan diri dari kerasukan. Saya penasaran mulutnya tiada luka padahal saat kerasukan dia mengunyah botol minyak wangi yang terbuat dari kaca, dia juga menguyah bara api yang dipakai membakar kemenyan. Apakah ndak takut luka?

"Sebenarnya takut, tapi tak mampu mengendalikan diri, setengah sadar saat makan pecahan kaca tapi untuk berhenti tak mampu terlebih saat ada irungan gamelan." Jawabnya.

"Liat orang kayak kecil-kecil, rasa malu seakan hilang tapi jadi masih sadar..." imbuhnya lagi.

Gambuh berusaha menyadarkan penari yang kerasukan roh harimau
Gambuh berusaha menyadarkan penari yang kerasukan roh harimau
Menurut Triyono salah satu gambuh, sebelum acara dimulai selalu dimulai dengan ritual doa. Sesaji, dupa, kemenyan, kembang, minyak fambo, ayam panggang, pisang, takir, telur mentah tak pernah ketinggalan. Ritual semacam memanggil roh, dan harapan agar semuanya berlangsung dengan lancar tanpa halangan dan hal-hal yang tidak diharapkan.

Ada hal lucu, roh yang masuk ada yang mirip-mirip celeng (babi hutan) sehingga penari akan mirip hewan tersebut dalam tariannya maupun permintaannya. Misal makan talas, ibu, kelapa yang dikupas dengan giginya.

Ada yang kerasukan roh ular, tingkah lakunya mirip ular naga yang berjalan menggunakan dadanya.

Yang paling menggelikan bila kerasukan roh banci tingkah lakunya seperti banci pula.

Kesenian ini merupakan group Jaranan Turonggo Wulung Kupuk, Bungkal Ponorogo. Apapun situasi dan kondisinya sepatutnya mendapatkan apresiasi, budaya leluhur yang sudah turun temurun masih saja terjaga. Mas Agustinus sang kepala desa bersyukur, bisa mengumpulkan dan menggerakkan pemuda di desanya untuk memajukan kesenian di saat budaya asing terus menggerus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun