Mohon tunggu...
Iip Rifai
Iip Rifai Mohon Tunggu... ASN

Penulis Buku PERSOALAN KITA BELUM SELESAI!, 2021 | Pernah Belajar @Jurusan Islamic Philosophy ICAS-Paramadina, 2007 dan SPK VI CRCS UGM Yogyakarta, 2015

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mudik Lebaran : Harga Kelapa Menganga

31 Maret 2025   22:04 Diperbarui: 31 Maret 2025   22:04 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : Dokumen Pribadi

Menjelang Hari Raya Idul Fitri tahun ini, saya memutuskan untuk mudik ke kampung halaman, Gunung Buntung, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang. 

Perjalanan yang selalu dinanti ini menjadi momen berharga untuk berkumpul bersama keluarga besar dan merayakan lebaran dengan tradisi yang telah diwariskan turun-temurun.

Setibanya di rumah nenek Omar, suasana hangat langsung terasa. Ibu-ibu di dapur sibuk mempersiapkan hidangan khas lebaran seperti opor ayam, rendang, dan kue-kue tradisional.

Namun, di tengah kesibukan itu, terdengar keluhan dari salah satu bibi saya mengenai harga kelapa yang melonjak drastis hingga mencapai Rp15.000 per butir. 

Bahkan, kabar di Kota Serang menyebutkan harga telah menembus Rp25.000 per butir. Kenaikan ini mengejutkan banyak pihak, mengingat sebelumnya harga kelapa relatif stabil.

Beberapa faktor yang menyebabkan lonjakan harga kelapa secara tiba-tiba antara lain:

Pertama, peningkatan permintaan ekspor. Menteri Perdagangan Budi Santoso mengungkapkan bahwa tingginya permintaan ekspor kelapa bulat menyebabkan stok dalam negeri menipis, terutama menjelang lebaran. Negara-negara seperti Tiongkok, Vietnam, Thailand, dan Malaysia menjadi tujuan utama ekspor kelapa Indonesia.

Kedua, regulasi ekspor yang kurang ketat. Kurangnya pengawasan terhadap regulasi ekspor kelapa mengakibatkan lonjakan harga dan kesulitan stok di pasar domestik. Para pedagang di Pasar Rawu, Kota Serang, misalnya, mengeluhkan pasokan yang tidak stabil dan harga yang terus meningkat sejak pertengahan 2024.

Ketiga, krisis bahan baku industri pengolahan. Sejak Oktober 2024, industri pengolahan kelapa mengalami kelangkaan bahan baku. Di Riau, dua perusahaan besar telah menghentikan operasi beberapa pabriknya, merumahkan sekitar 3.000 karyawan.

Krisis bahan baku ini juga berdampak pada industri pengolahan kelapa seperti Sunkara di Kepulauan Riau. Beberapa pabrik terpaksa mengurangi kapasitas produksi atau bahkan menutup operasionalnya karena kesulitan mendapatkan pasokan kelapa yang cukup. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun