Mohon tunggu...
Bung Ojan
Bung Ojan Mohon Tunggu... Penulis - Pecinta Sastra dan Filsafat

Menulis adalah melawan!

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

DPR, Kau itu Kacung!

25 September 2019   15:02 Diperbarui: 25 September 2019   15:17 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kepada para aparat kami hanya ini menyampaikan bahwa tugas pokok kalian itu manjaga kami. Mengawal bagaimana kami bisa menyampaikan suara-suara ini. Kita sama-sama cinta negeri ini, karenanya kami turun aksi.

Jadi bukan kami yang seharusnya kalian pukuli, tetapi yang korupsi. Mereka yang menindas dan mengebiri hak-hak kami. Apa perlu kalian kami kuliahi kembali soal tugas pokok polisi?!

Di sisi lain, alih-alih merespon, Bapak dan Ibu DPR yang terhormat justru menilai aksi kami ditunggangi dan masa bodoh terhadap substansi dari demonstrasi yang kami lakukan.

Sebagian yang lain bilang tidak mengerti dengan tuntutan kami. Ada pula yang menganggap aksi yang kami lakukan adalah cara yang salah, dan menghimbau para demonstran untuk melakukan jalur diplomasi.

Biar kuberi tahu, dengan aksi yang sedemikian saja DPR menolak gagasan kami bahkan memaksa kami mundur. Apalagi dengan cara yang DPR ajukan.

Sudah barang tentu kami hanya akan dianggap ngibul. Lagi pula, mosi tidak percaya masyarakat terhadap DPR memaksa kami untuk turun ke jalan demi tersampaikannya aspirasi rakyat Indonesia ke depan hidung Bapak dan Ibu di Senayan.

Perlu anggota DPR ingat bahwa dulu, mahasiswa dikecam kala tragedi '98 terjadi. Dianggap membuat rusuh dan hanya merugikan. Tetapi toh saat ini kita sama-sama menikmati hasil jerih payah mereka.

Reformasi yang saat ini kita huni, adalah berkat perjuangan berdarah-darah sampai ada yang meregang nyawa.

Jadi tak usahlah ajari kami bagaimana cara menyampaikan aspirasi, toh juga kalau kalian sejak semula DPR mendengar pikiran-pikiran kami, maka kami akan kembali ke kampus masing-masing untuk membaca buku-buku, diskusi sambil ngopi, dan menikmati ademnya bangku-bangku kampus.

Pesanku juga untuk kawan-kawan mahasiswa yang sampai saat ini masih aktif mengawal jalannya demokrasi di negeri ini, kita tak gagal, kawan! Iya, kita tak gagal.

Mungkin banyak orang yang menilai kita gagal karena gerbang DPR belum ambruk, atap gedung DPR belum kita duduki, dan tuntutan kita belum dipenuhi. Dalam tolok ukur itu mungkin kita harus akui kalau kita belum berhasil. Tetapi kita sukses di lain hal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun