Mohon tunggu...
Eko Nurhuda
Eko Nurhuda Mohon Tunggu... Pekerja Serabutan

Peminat sejarah dan penikmat sepak bola yang sedang belajar berkebun di desa transmigrasi. Tulisannya pernah dimuat di Tabloid BOLA, BOLAVaganza, FourFourTwo Indonesia, detikSport, juga Jambi Ekspres, Telusuri.id dan Mojok.co. Sempat pula menelurkan beberapa buku seputar blog-internet, juga menulis cerita silat di aplikasi novel online.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Balada Persibo Bojonegoro, "Giant Killer" yang Mencoba Bangkit dari Kejatuhan

19 Oktober 2023   07:00 Diperbarui: 24 Oktober 2023   10:45 924
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemain Persibo Bojonegoro di Liga 3 musim lalu. FOTO: via Tribun Mataraman

PENDAFTARAN peserta Liga 3 Regional Jawa Timur baru saja ditutup, Ahad (15/10/2023) lalu. Dari 55 klub yang telah mendaftar, terselip satu nama besar yang sempat mencuri perhatian di Liga Super Indonesia: Persibo Bojonegoro.

Nama Persibo pernah ramai diberitakan belasan tahun lalu. Penyebabnya adalah performa memukau klub asal eks Kadipaten Jipang tersebut di kasta tertinggi sepak bola nasional.

Ironisnya, sekarang Persibo berada di kasta terbawah Liga Indonesia. Malah keikutsertaan Laskar Angling Dharma di Liga 3 dipertanyakan oleh suporternya sendiri.

Sebelum mendaftarkan diri jelang deadline, sempat timbul perbedaan pendapat di kalangan stakeholder persepakbolaan Bojonegoro. Sikap kelompok suporter pun terbelah dua.

Satu pihak mendorong agar Persibo segera mendaftar. Sedangkan pihak lainnya menganggap tim ini belum siap, sehingga sebaiknya jangan ikut kompetisi dulu.

Koordinator Suporter Persibo Bersatu, Arif Setiawan, meminta klub idolanya fokus ke pembenahan manajemen saja dulu. Kalau memaksakan diri ikut kompetisi sekarang, sementara tim belum siap, hasilnya pasti tak akan memuaskan.

"Pasti hanya akan menjadi peserta tanpa meraih prestasi," ujar Arif, seperti diberitakan Radar Bojonegoro, Senin (16/10/2023) lalu.

Bentuk pembenahan yang dimaksud Arif adalah pergantian jajaran manajemen. Alasannya, pengurus sekarang yang dipimpin CEO Abdullah Umar dan manajer Sally Atyasasmi telah gagal karena selama 7 tahun terakhir Persibo tak berprestasi.

"Intinya tetap, ya. Manajemen lama harus mundur dan menyerahkan [Persibo] ke manajemen baru," ujar Arif, sebagaimana dikutip beritajatim.com, Rabu (18/10/2023) kemarin.

Untuk menampung aspirasi kelompok suporter, Pemerintah Kabupaten Bojonegoro melalui Dinas Pemuda dan Olahraga (Dinpora) telah melakukan pertemuan pada Jumat (12/10/2023) pekan lalu. Dari sana disimpulkan ada tiga problem utama yang harus segera dicarikan solusi.

Tanpa Persiapan Matang

Kekhawatiran Arif mengenai kesiapan Persibo kemudian terbukti. Meski sudah terdaftar sebagai kontestan Liga 3, ternyata manajemen belum membentuk tim untuk mengarungi kompetisi.

Seperti diberitakan Radar Bojonegoro, Rabu (18/10/2023) kemarin, Persibo bahkan belum punya pelatih dan juga pemain. Padahal kompetisi bakal dimulai pada 5 Desember mendatang.

Diberitakan Tribun Mataraman pada hari sama, Sally memberi jawaban diplomatis ketika ditanya mengenai kesiapan tim. Politisi Partai Gerindra tersebut mengatakan, hal-hal tersebut belum clear diputuskan oleh manajemen klub.

Ketika didesak lebih lanjut, Sally berkata manajemen Persibo akan sesegera mungkin melakukan persiapan. Mulai dari mencari pelatih, membentuk kesebelasan, juga menyusun agenda latihan dan uji coba jelang bergulirnya kompetisi.

Akankah Persibo dapat mempersiapkan diri dengan matang dalam waktu kurang dari 1,5 bulan? Jawabannya dapat kita lihat bersama begitu Liga 3 Jatim bergulir.

Yang jelas, suporter seperti Arif tak menginginkan klub kebanggaannya terus-terusan berada di kasta bawah. Ia tentunya ingin melihat Persibo kembali bangkit dari keterpurukan dan berbicara banyak di level nasional.

Menggebrak di Musim Debut

Berdiri sejak 12 Maret 1949, mulanya nama Persibo tak terlalu terdengar di kancah persepakbolaan nasional. Bahkan klub ini sempat vakum di era 60-an menyusul geger besar di Jakarta yang lantas merembet ke seantero Jawa.

Baru semenjak pergantian milenium Persibo mulai unjuk gigi. Diawali dengan menjuarai Divisi Dua pada musim 2003-04.

Kala itu Divisi Dua merupakan kompetisi level ketiga dalam piramida liga sepak bola Indonesia. Level paling puncak adalah Divisi Utama.

Sebagai juara Divisi Dua, Persibo berhak promosi ke Divisi Satu. Lawan-lawan klub berjuluk Naga Bergola tersebut lebih berat karena kompetisi ini berskala nasional.

Setelah empat tahun mengarungi Divisi Satu, Persibo akhirnya keluar sebagai juara pada musim 2007-2008. Alhasil, mereka berhak promosi ke kasta lebih tinggi, yakni Divisi Utama 2008-09.

Pada saat bersamaan, PSSI baru saja melakukan restrukturisasi kompetisi. Divisi Utama yang tadinya liga tertinggi, sejak musim itu menjadi kasta kedua menyusul dibentuknya Liga Super Indonesia (LSI).

Kendati berstatus tim promosi, Persibo langsung membuat gebrakan. Mereka tampil baik di Divisi Utama dan berhasil merangsek ke papan atas klasemen.

Penampilan lebih mengagumkan ditunjukkan di ajang Piala Indonesia. Persibo melaju jauh hingga ke perempatfinal, di mana tinggal menyisakan delapan tim terbaik dari ratusan peserta.

The Giant Killer

Dalam perjalanannya ke delapan besar, Persibo mengalahkan tiga tim LSI: Arema Indonesia, Persik Kediri dan Pelita Jaya. Dari sinilah julukan The Giant Killer mulai tersemat. 

Semusim berselang, Persibo berhasil menduduki posisi runner-up Grup 3 Divisi Utama, di bawah Persiram Raja Ampat. Ganjarannya adalah lolos ke babak 8 besar untuk memperebutkan 3 jatah promosi ke LSI 2010-11 sekaligus gelar juara.

Di babak 8 Besar, lagi-lagi Persibo duduk di posisi runner-up Grup B di bawah Deltras Sidoarjo. Keduanya lolos ke fase gugur untuk ditandingkan dengan Persiram dan PS Semen Padang dari Grup A.

Hasil undian mempertemukan Persibo dengan Persiram di semifinal. Kali ini klub berjuluk Laskar Angling Dharma itu sukses mengungguli lawan sekalipun dengan skor tipis 1-0.

Di partai final, Deltras sudah menanti usai mengandaskan perlawanan Semen Padang lewat adu penalti. Pertarungan berlangsung alot dan tetap imbang 0-0 hingga 120 menit tuntas dimainkan.

Drama adu penalti pun digelar.

Mungkin karena masih kelelahan akibat dua hari sebelumnya juga melakoni adu penalti di semifinal, tiga algojo Deltras gagal menunaikan tugas. Sebaliknya dari kubu Persibo hanya satu yang tendangannya tak masuk gawang.

Persibo keluar sebagai juara Divisi Utama 2009-10 dengan keunggulan 3-1 atas Deltras.

Imbas Kisruh PSSI

Musim berikutnya Persibo promosi ke LSI bersama Deltras dan Semen Padang. Sayang, keberhasilan itu diraih pada waktu yang tidak tepat karena PSSI tengah bergolak.

Pada saat bersamaan, sejak Januari 2011 digulirkan satu kompetisi baru bernama Liga Primer Indonesia (LPI). Sebuah liga sempalan yang pengelolaan maupun klub-klub pesertanya tidak berada di bawah PSSI.

Karena satu dan lain alasan, Persibo lebih memilih bergabung dengan LPI yang baru saja bergulir. Mereka meninggalkan LSI yang baru memainkan beberapa pertandingan.

Persibo tidak sendirian. Langkah sama ditempuh pula oleh Persema Malang dan PSM Makassar yang merupakan sesama kontestan LSI, lalu menyusul Persebaya Surabaya dari Divisi Utama.

Akibatnya, keempat klub tersebut mendapat sanksi berat dari PSSI. Persibo, Persema, dan PSM didegradasi paksa ke Divisi Utama. Sedangkan Persebaya diturunkan ke Divisi Satu.

Konflik internal PSSI bertambah panas. Sempat berjalan dua liga secara bersamaan, yakni LSI yang diakui PSSI dan LPI yang dilabeli sebagai breakaway league.

Situasi berbalik manakala Prof. Djohar Arifin Husin terpilih sebagai Ketua Umum PSSI. LPI memang dihentikan, tetapi sebagai gantinya digelar Liga Prima Indonesia yang diakui sebagai kompetisi resmi di bawah federasi. Adapun LSI jadi liga sempalan.

Perkembangan ini membawa berkah bagi Persibo, PSM, Persema dan Persebaya. Status keempat klub tersebut dipulihkan oleh PSSI di bawah kepengurusan baru.

Tampil di Asia

Konflik antara dua kubu membuat LPI garapan PSSI hanya diikuti 12 klub, dari yang direncanakan 18 tim. Beberapa klub peserta LSI putar haluan dan bergabung dengan LPI, tetapi lebih banyak yang menolak.

Persibo mengakhiri musim 2011-12 di peringkat empat klasemen. Di bawah Semen Padang yang keluar sebagai juara, Persebaya dan Arema.

Namun lagi-lagi hasil lebih baik diperoleh di ajang Piala Indonesia. Persibo keluar sebagai juara setelah di partai final mengalahkan Semen Padang 1-0.

Sebagai juara piala domestik, Persibo berhak mewakili Indonesia di Piala AFC 2013. Tiket sama diperoleh Semen Padang dari jalur juara liga.

Sayangnya, Persibo tak berdaya menghadapi lawan-lawan dari negara lain. Laskar Angling Dharma menjadi bulan-bulanan dan hanya bisa meraup 1 poin dari 6 pertandingan.

Satu angka itu diraih dari hasil seri 3-3 kala menjamu Sunray Cave JC Sun Hei asal Hong Kong. Selebihnya, gawang Laskar Angling Dharma jadi lumbung gol tiga kontestan lain.

New Radiant asal Maladewa, misalnya, selalu menang besar dalam dua pertemuan melawan Persibo. Skornya 7-0 saat tandang ke Bojonegoro dan 6-1 ketika ganti menjadi tuan rumah.

Lalu Yangoon United asal Myanmar menang telak 7-1 kala bermain di Stadion Letjen Haji Sudirman. Sewaktu ganti bertindak sebagai tuan rumah, Yangoon menang 3-0.

Yang paling mengenaskan laga di kandang Sunray Cave JC Sun Hei. Pertandingan baru berjalan 48 menit, gawang Persibo sudah kebobolan delapan kali!

Di saat itulah pemain Persibo berjatuhan akibat cedera dan tak mampu melanjutkan bermain. Menit ke-65, jumlah pemain Persibo di atas lapangan tinggal tersisa enam orang.

Mau tak mau pertandingan harus dihentikan dengan skor 8-0 untuk kemenangan Sunray Cave. Ini menjadi kekalahan terburuk sepanjang sejarah Persibo.

Partisipasi Persibo di Piala AFC 2013 berakhir sebagai juru kunci Grup F. Rekor gol mereka menyedihkan, yakni memasukkan 5 berbanding kebobolan 34. Artinya, selisih golnya -29.

Bagaimanapun hasilnya, partisipasi di Piala AFC 2013 merupakan capaian tertinggi Persibo sejak didirikan oleh Raden Tumenggung Sukardi. Catatan ini menjadi puncak keemasan Naga Bergola.

Prestasi yang entah kapan bisa mereka ulang lagi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun