Mohon tunggu...
Eko Nurhuda
Eko Nurhuda Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja Serabutan

Peminat sejarah dan penikmat sepak bola. Tulisannya pernah dimuat di Tabloid BOLA, BOLAVaganza, FourFourTwo Indonesia, detikSport, juga Jambi Ekspres, Telusuri.id dan Mojok.co. Sempat pula menelurkan beberapa buku seputar blog-internet. Kini berkecimpung di dunia novel online dan digital self-publishing.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Buruk Muka Federasi, Jangan Pelatih yang 'Dibelah'

13 Januari 2023   10:10 Diperbarui: 13 Januari 2023   10:29 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Shin Tae-yong dan Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan. FOTO: Twitter/PSSI

Sebaliknya, permainan Indonesia sangat rapi. Dari kaki ke kaki, bola terus bergulir dengan efektif lagi cantik. Gol Marc Klok dan Dimas Drajad pada pertandingan pertama, lahir dari skema seperti ini. Tak ada sekalipun bola lambung dalam prosesnya.

Transisi dari bertahan ke menyerang dan sebaliknya juga sudah lebih baik. Memang masih terjadi kesalahan seperti yang menyebabkan terjadinya gol Juninho Bacuna. Namun masih banyak waktu untuk memperbaiki yang seperti itu.

Maka, saya sungguh sangat menyayangkan sekali ketika netizen bersuara lantang menyerukan STY Out selepas kekalahan dari Vietnam, beberapa hari lalu.

Serius lo pade? Kenapa kebiasaan buruk pengurus PSSI jadi menular ke netizen, sih? Ini gawat. Mental dikit-dikit ganti pelatih begini yang enggak bikin timnas Indonesia ke mana-mana. Stuck.

Evaluasi dan Benahi Bersama

Justru kita sebagai suporter timnas harus mengawal dan mencari tahu, mengapa performa timnas dapat menurun sedrastis ini? Dari yang pada September 2022 bisa menghajar tim penghuni rangking 80-an FIFA, jadi susah payah menghadapi Kamboja dan Brunei Darussalam (di babak kedua) pada Desember 2022.

September ke Desember itu hanya tiga bulan. Seharusnya jadi pertanyaan besar, mengapa dalam tempo sebegitu cepat penampilan timnas sudah menurun drastis. Saat melawan Thailand, Filipina dan kemudian Vietnam, serangan terburu-buru dengan bola-bola lambung nan direct kembali terlihat.

Apa yang sesungguhnya terjadi? Apakah semata-mata karena faktor teknis atau (mungkin) ada gangguan nonteknis?

Tidak salah jika ada yang menduga terhentinya liga sebagai buntut Tragedi Kanjuruhan sebagai biang penurunan timnas. Apa pun penyebabnya, itulah yang seharusnya didiskusikan bersama dan dicari solusinya. Bukan langsung menunjuk kambing hitam.

Saya sih, berharap para pengurus PSSI tidak menjadikan kegagalan di Piala AFF 2022 sebagai satu-satunya tolok ukur sukses-tidaknya Shin Tae-yong menangani timnas. Mulailah hilangkan kebiasaan memecat pelatih hanya karena gagal di target jangka pendek.

Kembali saya ingatkan, jangan dulu pasang target juara kalau pemain timnas yang dipunyai mengontrol bola saja masih belum mantap, pergerakan tanpa bola masih amburadul, operan masih sering salah, ketemu Thailand sudah grogi sebelum masuk lapangan.

STY itu pelatih timnas. Di level ini, mustinya tak ada lagi yang namanya salah passing, salah kontrol bola dan hal-hal teknis mendasar lain. Jadi, juara itu target yang ketinggian kalau STY masih harus mengajari ball positioning dan passing ke pemain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun