Mohon tunggu...
Bunga Sirait
Bunga Sirait Mohon Tunggu... Wiraswasta - Tragedy + Time = Comedy

Senang mengamati perkembangan gaya hidup berkelanjutan (sustainability) dan sekitarnya.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Fast Fashion: Gaya, Cepat, Murah, tapi Banyak Problema

29 Juni 2021   22:17 Diperbarui: 29 Juni 2021   22:40 764
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Made in America Movement

Tren ini dimulai sejak tahun 2000, ketika itu para produsen pakaian belajar untuk menangkap dengan cepat koleksi yang ditampilkan pada fashion show brand-brand besar. Dengan kecepatan tinggi dan sumber daya pekerja yang besar, produsen bisa mengeluarkan produk fashion terbaru dengan segera dan dengan kualitas rendah. Istilahnya, straight from the catwalk.

Kualitas rendah termasuk seperti jahitannya mudah lepas, sepatu cepat rusak, bukanlah sebuah rahasia karena umumnya pembeli juga sudah tahu, namun tetap membelinya dengan pembenaran-pembenaran seperti:

“Iyalah wajar cepet rusak, harganya murah.”

“Kalau bajunya rusak, toh harganya tak seberapa. Lagian kalau gak rusak, lama-lama juga bosan. Kan bisa dikasih orang...”

“Baju yang bulan lalu sudah rusak dan ini adalah alasan yang baik untuk membeli yang baru!”

Karena memang sekarang hampir tiap bulan, bahkan minggu, ada tren baru! Jika selama ini fashion meluncurkan tren/season 4 kali dalam setahun, fast fashion bisa meluncurkan 2 hingga 4 tren tiap bulan atau 52 “micro-seasons” dalam satu tahunnya, atau berarti 1 koleksi setiap minggu! Siklus yang sempurna untuk membuat jiwa-jiwa konsumtif menggelora dan ingin segera memencet tombol “Buy Now”.

Merk fast fashion banyak sekali, beberapa diantaranya Stradivarius, Banana Republic, Uniqlo, H&M, FOREVER 21, Victoria’s secret dan lain-lain. Coba cek, siapa tahu barang-barangnya ada di lemari pakaian Anda. Jangan sedih kalau memang ada, Kate Middleton saja tercatat pernah selama 23 kali memakai baju Zara di berbagai kesempatan. 

Sumber: insider
Sumber: insider

Saya tidak mau mengajak Anda untuk memperlakukan pembeli brand fast fashion seperti kriminal, karena pada satu dua kali kita semua pasti pernah bersalah membeli barang dari brand-brand tersebut. Tapi itu kan dulu, waktu belum tahu. Kalau kita sudah tercerahkan tentang dampak buruk fast fashion, ya jangan dilanjutin dong.  

Sejalan dengan roda cepat industri fast fashion, berjalan juga sejumlah kerusakan terhadap lingkungan dan sosial, seperti:  

Pencemaran Air

Semakin banyak pakaian diproduksi, semakin banyak pula limbah yang dihasilkan. Kebanyakan negara tempat produk fast fashion dibuat adalah negara-negara berkembang seperti India, Pakistan, Bangladesh, Vietnam, Cambodia, yang tidak memiliki regulasi ketat yang mengatur pembuangan limbah tekstil. Jika Anda tahu tentang pencemaran sungai citarum, kondisi itu juga disebabkan oleh industri tekstil dan garment. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun