Mohon tunggu...
bunga kambodja
bunga kambodja Mohon Tunggu... -

just another anak bangsa yang easy going..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Aktivis Merawat Tentara Israel yang Luka Tapi 9 Aktivis Ditembak Mati!

14 Juni 2010   13:23 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:33 1233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_166820" align="alignleft" width="240" caption="(sumber: http://www.flickr.com/photos/freegaza/)"][/caption] Anda boleh percaya boleh tidak, tentara Israel yang selama ini terkesan super ternyata juga terdiri dari manusia biasa seperti kita. Mereka juga tidak bisa terlepas 100% dari risiko terluka dan bahkan kematian yang merupakan risiko yang umum yang bisa terjadi pada setiap tentara darimanapun asal negaranya. Pada gambar dikiri tampak foto seorang tentara komando Israel yang terluka dengan bercak darah di tangan kirinya dan kalau Anda melihat gambar ini dalam ukuran yang lebih besar di http://www.flickr.com/photos/freegaza/ maka akan terlihat bahwa wajahnya lebam. Sekarang mari kita lihat foto yang kedua. [caption id="attachment_166823" align="alignright" width="240" caption="(sumber: http://www.flickr.com/photos/freegaza/ )"][/caption] Foto disebelah kanan ini menunjukkan seorang tentara komando Israel yang terluka juga dengan darah di sebagian wajahnya terutama di hidung. Apakah ini tentara yang sama dengan tentara di foto pertama, saya tidak bisa mengkonfirmasikannya. Jika Anda fikir bahwa menampilkan foto orang terluka seperti Tentara Israel ini adalah tidak etis maka Anda harus melihat foto wajah Rachel Corrie yang tewas dengan luka diwajahnya karena dilindas oleh Buldozer Tentara Israel atau Anda harus mengetahui bahwa 9 penumpang Kapal Mavi Marmara tewas karena ditembak peluru di kepala dan salah satunya di tembak dengan jarak kurang dari 45 cm !. Berikutnya, adalah foto seorang tentara komando Israel yang berhasil dilucuti dan dalam keadaan terluka sedang dibawa menuruni tangga untuk menuju lantai yang berada dibawahnya. [caption id="attachment_166833" align="aligncenter" width="239" caption="(sumber: http://www.flickr.com/photos/freegaza/ )"][/caption] Pada foto diatas terlihat ada seseorang sedang mengacungkan alat seperti kamera atau video untuk merekam peritiwa tersebut. Selain itu, ada seorang pria yang kelihatannya sedang berusaha membawa tentara komando Israel yang terluka ke lantai bawahnya untuk tujuan tertentu. Tujuan apakah itu ? Mari kita lihat foto berikutnya: [caption id="attachment_166798" align="alignleft" width="192" caption="(Sumber: http://www.flickr.com/photos/freegaza/)"][/caption] [caption id="attachment_166801" align="alignright" width="240" caption="(sumber: http://www.flickr.com/photos/freegaza/)"][/caption]

---

Foto dikiri dan kanan ini menggambarkan tentara komando yang sama dengan tentara yang ada di foto diatas bukan ?

Anda perhatikan orang yang melakukan perawatan itu ?

---

Dia adalah dokter asal Turki yang merupakan salah satu aktivis yang ada di Kapal Mavi Marmara, bernama Dr. Hasan Huseyin Uysal.

Adalah suatu ironi ketika terjadi penyerbuan pasukan Komando Israel ke Kapal Mavi Marmara mengakibatkan 9 orang tewas karena tembakan peluru tajam sementara disisi lain para aktivis sempat merawat tentara Israel yang terluka. Berikut saya kutip tulisan ROBERT MACKEY dan SEBNEM ARSU tanggal 14 Juni 2010 di http://thelede.blogs.nytimes.com dengan judul Turkish Doctor Describes Treating Israeli Commandos During Raid : Updated | 2:53 p.m. In an interview with The New York Times, Dr. Hasan Huseyin Uysal, a Turkish doctor, said that he treated Israeli commandos who were captured and briefly detained during the initial stages of a raid on a ship challenging Israel’s naval blockade of Gaza last week. Diperbaharui | 2:53 p.m. Dalam suatu interview dengan New York Times, Dr. Hasan Huseyin Uysal, seorang dokter Turki, mengatakan bahwa dia merawat tentara komando Israel yang tertangkap dan dan ditahan sebentar selama tahapan awal dari penyerangan kapal yang sedang menembus blokade Angkatan Laut Israel terhadap Gaza minggu lalu. Dr. Uysal’s account seems to be supported by two photographs that show him treating one of the three bloodied commandos whom passengers said they subdued and disarmed at the start of the predawn raid on the main ship in the flotilla on May 31. Both of the images were published by the Turkish newspaper HaberTurk, in a gallery on its Web site showing photographs smuggled off the ship and out of Israel by one of its reporters, Sefik Dinc. One photograph was also posted on Flickr by the Turkish aid organization that helped to organize the flotilla. Laporan Dr. Uysal kelihatannya didukung oleh 2 foto yang menunjukkan dia sedang merawat satu dari 3 komando Israel yang berdarah seperti yang penumpang-penumpang katakan bahwa mereka diatasi dan dilucuti pada awal serangan fajar di kapal utama dalam armada FLotilla pada 31 Mei. Kedua foto tersebut diterbitkan oleh harian HaberTurk, di gallery Web site mereka yang menampilkan foto-foto yang berhasil diselundupkan keluar dari Israel oleh salah seorang reporternya bernama Sefik Dinc. Salah satu foto juga di posting di Flickr oleh organisasi bantuan Turki yang menolong untuk mengorganisasikan Flotilla. The capture of the commandos moments after they rappelled down onto the Mavi Marmara from helicopters to meet fierce resistance from the passengers on the top deck led several Israeli military and civilian officials — including Prime Minister Benjamin Netanyahu — to suggest that the subsequent use of deadly force was justified because otherwise the soldiers would have been “lynched” by the passengers who seized them. Momen penangakapan komando setelah mereka menuruni tali ke kapalMavi Marmara dari helikopter yang menemui perlawanan yang sengit dari para penumpang diatas deck menyebabkan beberapa militer Israel dan official sipil yermasuk Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk menunjukkan bahwa tindakan berikutnya untuk menggunakan kekuatan mematikan dapat dijustifikasi karena jika tidak maka tentara akan dibunuh beramai-ramai oleh para penumpang yang mengeroyok mereka. Several of the passengers involved in the confrontation have disputed that interpretation of the chaotic start of the raid. As The Lede noted on Tuesday, Ken O’Keefe, a former United States Marine who told Turkish and Israeli newspapers that he had helped disarm the commandos said, “The lives of the three commandos were at our mercy — we could have done with them whatever we wanted.” Beberapa penumpang yangterlibat didalam konfrontasi telah memperdebatkan interpretasi tentang kekacauan yang mengawali penyerangan tersebut. The Lede mencatat pada Kamis, Ken O'Keefe, mantan tentara Angkatan Laut Amerika Serikat telah memberitahu harian Turki dan Israel yang telah membantu melucuti komando Israel mengatakan, "Nyawa dari 3 orang komando sangat tergantung belas kasih kami - Kami dapat melakukan apa saja terhadap mereka, apapun yang kami ingin lakukan." Ali Abunimah, a founder of the Electronic Intifada, argued in a post on his blog that images of the commando being treated by Dr. Uysal, along with other photographs apparently taken during the raid that show bloodied and disarmed commandos in the custody of passengers inside the ship, contradict Israeli suggestions that the aim of the passengers was to kill the soldiers. Ali Abunimah, pendiri the Electronic Intifada, berargumen di postingan blognya bahwa foto komando Israel yang sedang dirawat oleh Dr. Uysal, bersama foto lainnya tampaknya diambil ketika terjadi serangan yang menunjukkan tentara komando yang berdarah dan sudah dilucuti didalam perawatan penumpang didalam Kapal, adalah kontradiksi dengan pendapat Israel bahwa tujuan penumpang adalah untuk membunuh tentara. In a telephone interview conducted in Turkish, Dr. Uysal said that he had treated three Israeli commandos and argued that this proved that the passengers had no intention of killing them: Dalam interview per telpon yang dilakukan di Turki, Dr. Uysal mengatakan bahwa dia telah merawat 3 komando Israel dan berargumen bahwa hal ini membuktikan bahwa para penumpang tidak memiliki tujuan untuk membunuh mereka:

First of all it’s against logic that these soldiers would not be killed but instead be taken to the medical center if the intention of the activists was to kill them. If people on board were so eager to hurt them, why would they not just shoot them to death once they had taken their guns? Why bother carting them inside for treatment? It just doesn’t add up. Hal yang pertama adalah tidak masuk akal bahwa tentara-tentara ini tidak dibunuh tetapi malah dibawa ke pusat perawatan jika tujuan para aktivis adalah untuk membunuh mereka. Jika orang-orang yang ada di kapal begitu ingin menyakiti mereka, kenapa mereka tidak langsung menembak mereka saja sampai meninggal setelah mereka mengambil alih senjata mereka ? Kenapa repot-repot membawa mereka kedalam untuk perawatan ? Itu benar-benar tidak cocok. (Catatan: tidak logis kalau dituduh bahwa para aktivis mau membunuh tentara komando Israel) I am a doctor, and the Israeli soldiers were brought to me to check their medical situation and treat them properly. I had our dead bodies and injured people lying in front of me and I was treating the soldiers that actually killed and wounded them. None of our friends in the center approached to harm or hurt them. Our injured people were lying on the ground, but I rested the soldiers on our chairs. Saya seorang Dokter, dan tentara Israel dibawa ke saya untuk memeriksa kondisi medis mereka dan memperlakukan mereka dengan baik. Ada orang-orang kami yang tewas dan terluka bersama saya yang tergeletak didepan saya dan saya merawat tentara yang sebenarnya membunuh dan melukai mereka. Tidak ada satupun teman kami di pusat perawatan mendekati mereka untuk mengasari atau melukai mereka. Orang-orang kami yang terluka tergeletak dibawah, tapi saya mengistirahatkan tentara-tntara itu di kursi kami.

Asked about the wounds the commandos suffered, the doctor said: Ketika ditanyakan tentang luka yang diderita tentara komando, dokter itu berkata :

None of the soldiers had any fatal wounds that would cause organ loss or defects. There were scratches on their faces, but since facial skin is sensitive and very likely to bleed in any trauma, there was blood on their faces — which I cleaned carefully to see what kind of injuries they had. In the end, they happened to be only scratches. Tak satupun dari tentara itu memiliki luka yang fatalyang dapat menyebabkan kehilangan organ atau mengalami kecacatan. Ada luka goresan di wajahnyatapi karena kulit wajah itu sensitif dan sangat mudah berdarah dalam suatu trauma, ada darah diwajah mereka- yang saya bersihkan dengan hati-hati untuk melihat luka apa yang sesungguhnya yang mereka miliki. Dan ternyata, mereka hanya mengalami goresan. The third soldier, however, suffered a cut in his stomach that reached his stomach membrane but not the organ itself. It was nothing fatal. As a doctor, I wouldn’t want to guess the nature of this injury but it could have been caused by either landing on a sharp pole from the helicopter or a blow from a pipe with a sharp edge. I couldn’t tell. Prajurit ketiga, terluka sayatan pada kulit perutnya tapi tidak sampai ke organnya. Itu sama sekali tidak fatal. Sebagai dokter, saya tidak ingin menebak kejadian dari luka tersebut tapi itu bisa saja disebabkan entah oleh karena salah mendarat di tiang yang tajam dari helikopter atau pukulan dari sebuah pipa dengan ujung yang tajam. Saya tidak bisa memastikannya. In either case, it was not fatal but it had to be stitched. However, since we did not ever expect such a confrontation, we had not brought any stitching equipment on board. All we had was simple medical material to dress simple wounds, or drops to ease burning in case tear gas was used. If I had stitching material with me, although I am an eye doctor, I would have treated the boy properly in accordance with my general medical knowledge. I couldn’t. Sebab yang manapun, itu tidaklah fatal tapi harus dijahit. Namun, karena kami tidak menyangka akan ada konfrontasi yang seperti itu, kami tidak membawa alat menjahit luka di kapal. Semua yang kami miliki adalah bahan medis sederhana untuk mengobati luka yang sederhana, atau alat tetes untuk meringankan luka bakar jika terkena gas air mata.

Dr. Uysal said the commandos “were very startled and very scared.” He added: Dr. Uysal mengatakan bahwa tentara komando "sangat terkejut dan sangat ketakutan." Dia menambahkan:

With my broken English I tried to tell them that I was a doctor and there was no need to be afraid and that nobody was going to hurt them. They relaxed after a while and watched us running around, jumping from one patient to another in tears, faced with our friends bathed in blood. I also asked our assistants to keep an eye on them so that they would not be threatened. Dengan Bahasa Inggris saya yang payah saya mencoba memberitahu mereka bahwa saya adalah seorang dokter dan tidak ada yang perlu ditakuti dan tak ada seorangpun yang akan melukai mereka. Mereka rileks untuk beberapa saat dan memperhatikan kami berlarian, pindah dari satu pasien ke pasien lainnya yang bertangisan, menemui teman-teman kami yang bermandikan darah. Saya juga meminta asisten kami untuk mengawasi mereka supaya mereka tidak terancam. We could have as well left them to their fate, but this is not the humanity that we act with. We asked photographers not to film in the medical center and I have no idea how and when that picture was taken but God never leaves good deeds unheard. That picture shows the difference between the Israelis and us. Kami bisa saja meninggalkan mereka sesuai dengan nasib mereka masing-masing, tapi ini bukanlah kemanusiaan yang merupakan sikap kami. Kami meminta photographer untuk tidak membuat film di pusat pengobatan dan saya tidak mengerti bagaimana dan kapan gambar itu diambil tapi Tuhan tidak pernah membiarkan perbuatan baik tidak pernah diketahui orang lain. Gambar itu menunjukkan perbedaan antara Israel dan kami.

Asked if he could tell how long after sound grenades were thrown at the ship, at the start of the raid, that the gunshots were fired, Dr. Uysal said: “I was in the lower deck, but could hear all the explosions and gunfire. There was no way I can differentiate the gunshots or other sounds — I am only a doctor, after all.” Ketika ditanya apakah dia bisa memberitahukan seberapa lama setelah suara granat dilempar kekapal (diawal penyerangan), senjata ditembakkan, Dr. Uysal berkata: "Saya ada di deck yang lebih bawah, tapi dapat mendengarkan semua ledakan dan tembakan. Namun saya tidak dapat membedakan suara tembakan dari suara lainnya- karena saya hanyalah seorang dokter. After the Israeli military took control of the ship, the doctor said that he was treated no differently from the other passengers: Setelah militer Israel mengambil control kapal, dokter itu mengatakan bahwa dia diperlakukan sama dengan para penumpang lainnya:

They handcuffed all of us with plastic bands so tightly that they could easily cause irreversible damage to our shoulder tissues. They made us kneel on our knees with hands handcuffed as the helicopters caused sea water to splash on us for three hours. I was shouting that I was a doctor and that my shoulder hurt in a very serious way. They pretended not to hear me. I wanted to go to the toilet; they didn’t let me. After I kept yelling about my shoulder they let my hands loose but not those of my friends. Mereka memborgol kami dengan tali plastik sangat ketat yang dapat dengan mudah menyebabkan kerusakan yang tidak bisa dikembalikan pada jaringan bahu kami. Mereka membuat kami berlutut dengan tangan terborgol sambil helikopter menyebabkan air laut menyirami kami selama tiga jam. Saya berteriak mengatakan bahwa saya seorang dokter dan bahwa bahu saya sangat sakit. Mereka berpura-pura seolah-olah tidak mendengar suara saya. Saya ingin pergi ke toilet; mereka tidak mengijinkannya. Setelah terus berteriak soal bahu saya, mereka mengendorkan ikatan saya namun tidak mereka lakukan untuk teman-teman saya lainnya.

On Tuesday, the Turkish newspaper Hurriyet published an interview with Murat Akinan, the man seen standing next to Dr. Uysal in the photographs of him treating a commando, and bringing the Israeli inside the ship in another photograph. Pada hari selasa, harian Turki Hurriyet mempublikasikan wawancara dengan Murat Akinan, yang terlihat berdiri didekat Dr Uysal di foto ketika dia merawat tentara komando, dan membawa orang Israel itu masuk ke kapal di foto lainnya. Mr. Akinan said that the captured soldier had been entrusted to him by Bulent Yildirim, the director of the Turkish aid organization I.H.H., who said: “Murat, take him and make sure that he’ll be safe. Be careful, don’t allow anyone to touch him.” Mr Akinan mengatakan bahwa tentara yang tertangkap telah dipercayakan kepadanya oleh Bulent Yildirim, Direktur organisasi bantuan Turki I.H.H., yang mengatakan "Murat, bawa dia dan pastikan dia akan selamat. Hati-hati, jangan biarkan ada orang lain yang menyentuhnya (melukainya)" So, Mr. Akinan said, “I took him downstairs yelling, ‘Stop! No one will touch this man entrusted to me.’ ” Lalu, Mr Akinan berkata, "Saya membawanya turun tangga sambil berteriak, 'Berhenti! Tak satupun boleh menyentuh orang yang sudah dipercayakan kepada saya ini" He added: “I called the doctor on board and asked him for treatment. Two more soldiers came. People were reacting. I had all three treated. I said to two to three wise people around me that we would not allow anyone to touch them.” Dia menambahkan: "Saya memanggil dokter yang ada di kapal dan memintanya untuk melakukan perawatan. Dua tentara lagi datang. Orang-orang bereaksi. Saya memiliki 3 orang yang harus dijaga. Saya berkata kepada 2 sampai 3 orang bijak yang ada disekeliling saya bahwa kita tidak boleh memperbolehkan siapapun untuk menyentuhnya (melukainya)" According to Mr. Akinan, during his subsequent interrogation in Israeli custody, he was shown a photograph in which the soldier he was leading inside the ship was hit despite his efforts. Menurut Mr. Akinan, selama diinterogasi di penjara Israel, dia ditunjukkan foto dimana tentara yang dia bawa masuk ke kapal itu dipukul diluar usaha yang telah dilakukannya. “I told them that I couldn’t stop everyone,” he said. He also claimed that the interrogator admitted that photographs showed that he had acted “with goodwill” toward the Israeli captive in his care. "Saya memberitahu mereka bahwa saya tidak bisa menghentikan setiap orang" katanya. Dia juga mengklaim bahwa interogator mengakui bahwa di foto uang ditunjukkan, dia telah bertindak "dengan goodwill (baik dan bersungguh2)" ke tawanan tentara Israel yang dalam penjagaannya. Update: A Turkish-speaking friend of The Lede has kindly translated the extensive eyewitness account of the raid from Sefik Dinc, the Turkish journalist who shot the images used in the Turkish newspaper’s slide show we referred to above. In the interest of completeness, here is an English translation of that text which was published by HaberTurk alongside Mr. Dinc’s photographs: Update: Teman The Lede yang berbicara turki telah berbaik hati menterjemahkan laporan penyerangan ekstensif dari saksimata Sefik Dinc, jurnalis Turkiyang melakukan pemotretan yang fotonya digunakan harian Turki yang kita rujuk diatas. Untuk kepentingan kelengkapan, ini adalah terjemahan bahasa Inggris dari teks yang diterbitkan oleh HaberTurk beserta foto milik Mr. Dinc:

In the context of the “Our Road is Palestine, Our Route is Gaza” campaign, the Mavi Marmara ship, bringing aid to Palestine, had 16 Turkish journalists on board. Haberturk newspaper reporter Şefik Dinc took his place among them. Dinc’s photographs succeeded in being smuggled out. Dalam konteks kampanye "Jalan Kami adalah Ke Palestina, Rute Kami Melalui Gaza", kapal Mavi Marmara, sedang membawa bantuan bagi Palestina, berisi 16 jurnalis Turki di kapal. Reporter harian Haberturk, Şefik Dinc, berada diantara mereka. Foto yang dibuat Dinc berhasil diselundupkan keluar. ** Şefik Dinc lived every second the pressure of the Israeli commandos. He explained what he saw this way: Şefik Dinc hidup dalam tekanan komando Israel setiap detiknya. Dia menjelaskan apa yang dilihat seperti ini: ** “Departing for Gaza on May 22, the Mavi Marmara, the flagship of the fleet, set out from Sarayburnu with 16 journalists aboard. I was among them, representing HaberTurk. "Berangkat ke Gaza pada 22 Mei, Mavi Marmara, kapalutama dari armada Flotilla, berangkat dari Sarayburnu dengan 16 wartawan di atas kapal.Aku berada di antara mereka, mewakili HaberTurk." ** I was on the second floor deck of the ship talking to my journalist friends when we suddenly saw Zodiac boatscoming. I called to friends on the other side of the ship that the Israeli soldiers had arrived. Their response was ‘The Zodiacs are on the other side.’ Approximately 10 to 15 soldiers were on each of the Zodiacs, blockading both the sides and rear of the ship, with two frigates about two miles off. Saya ada di deck lantai kedua dari kapal, sedang erbicara dengan teman jurnalis saya ketika tiba-tiba kami melihat perahu Zodiac mendekat. Saya memanggil teman-teman yang ada disisi lain dari kapal bahwa tentara Israel sudah datang. Jawaban mereka adalah: "perahu zodiac ada disisi sini juga". Kira-kira ada 10 sampai 15 tentara disetiap perahu zodiac, memblokade kedua sisi dan bagian belakang kapal, dengan dua frigat sekitar dua kilometer jauhnya. ** From the Zodiac boats, gas, noise and smoke bombs were being thrown on board. Some of the bombs dropped and fell into the sea when they struck the ship and some came on deck on the starboard side. Among those who sat on the deck with gas bombs, there was panic. Dari perahu Zodiac, gas, kebisingan dan bom asap dilemparkan kekapal. Sebagian dari bom dilempar dan jatuh ke laut ketika mereka menyerang kapal san sebagian jatuh ke deck diberanda sisi kanan kapal. Ada kepanikan diantara orang-orang yang duduk diatas deck yang terkena bom gas. One group was spraying water from fire hoses onto the Zodiacs, while others were lighting them with lamps. Sekelompok orang menyemprotkan air dari selang pemadam api ke perahu zodiac, sementara yang lainnya menyoroti mereka dengan lampu. Shortly after the attacks of the Zodiacs, the Sikorsky helicopter began to approach the ship. Coming over the ship, the helicopter began to descend slowly, and I moved to a place where I’d be better able to take better pictures. Segera setelah serangan dari perahu Zodiac, helikopter Sikorsky mulai mendekati kapal. Terbang diatas kapal, helikopter mulai turun perlahan, dan saya pindah ke tempat dimana saya lebih bisa mengambil foto yang lebih baik. I had no bulletproof vest, gas mask, or life jacket. And the helicopter was descending toward the pilothouse. When it was about three meters away, commandos began to descend on ropes. Saya tidak memakai rompi tahan peluru, topeng gas, atau jaket pelampung. Dan helikopter turun kearah ruang kemudi. Ketika jaraknya sekitar 3 meter, komando mulai menuruni tali. ** The three Israeli commandos who descended via rope to the pilothouse began to brawl with the volunteers waiting here on the ship. In the melee, one soldier was almost cast into the sea, but some members of the group were opposed to it. The neutralized soldiers were later taken down to the hall on the second floor. Tiga komando Israel yang turun melalui tali ke ruang kendali mulai terlibat perkelahian dengan para relawan yang menunggu diatas kapal. Dalam jarak dekat, satu tentara hampir saja dilempar ke laut, tapi sebagian anggota yang lain melawannya. Tentara yang berhasil dinetralkan itukemudian dibawa turun ke ruangan di lantai 2. ** Volunteers helped a volunteer injured as a result of the shots fired, bringing him downstairs on a stretcher. Para relawan menolong relawan yang terluka sebagai akibat dari tembakan, membawanya menuruni tangga diatas tandu. With the Israeli troops disarmed, the sound of the gunfire from the helicopters began to change. The rubber bullets fired by Israeli commandos were now real bullets. Karena tentara Israel sudah dilucuti, suara tembakan dari helikopter mulai berubah. peluru karet yang ditembakkan tentara komando Israel sekarang berubah menjadi peluru sungguhan. ** Most of the volunteers that died died as a result of this firefight. I was trying to both capture what was happening in photographs but at the same time trying to protect myself by hiding somewhere. When I saw two wounded passengers on the ship lying on the ground, I understood that the bullets could reach the deck I was on. Most of those shot were on the top deck of the ship. However, on the lower deck there were also those who were injured and killed. The doctors and some activists who had seen the dead said that two people were killed by bullets that hit their heads. Kebanyakan relawan yang meninggal, meninggalnya akibat pertempuran itu. Saya mencoba untuk memotret apa yang sedang terjadi sekaligus pada saat yang sama mencoba melindungi diri saya sambil dengan menyembunyikan diri saya. Ketika saya melihat 2 penumpang terluka dikapal tergeletak dibawah, saya peluru bisa saja menembus deck dimana saya berada. Kebanyakan tembakan itu terjadi dideck atas dari kapal. Dokter dan beberapa aktivis yang melihat ada yang mati mengatakan bahwa 2 orang terbunuh oleh peluru yang mengenai kepalanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun