Mohon tunggu...
bunga kambodja
bunga kambodja Mohon Tunggu... -

just another anak bangsa yang easy going..

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kontroversi Zionisme, Theodore Herzl Dan Negara Bernama Israel

28 Juli 2010   06:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:32 2095
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

(Catatan Penulis: lumayan sulit untuk menemukan tulisan lain di internet yang menceritakan masalah "right of exclusion" yang membuat orang yahudi ortodoks (yang sudah tinggal beberapa generasi di palestina) bisa merdeka dari aturan2 Vaad Haleumi Leknesset Yisroel (Komite Nasional Dewan Yahudi) ) Such was the case until November 1948, when the United Nations finally sanctioned the establishment of a Zionist State. We do not doubt that their success in finally realizing their goal was due in great measure to their having misled the world into viewing the Zionist cause as the Jewish cause. The formation of the Zionist state resulted in the automatic deprivation of the autonomy heretofore possessed by the Orthodox inhabitants of the Holy Land.

Itulah yang terjadi sampai November 1948, ketika PBB akhirnya menentukan pembentukan Negara Zionis.

Kami tidak meragukan bahwa keberhasilan mereka pada akhirnya dalam mewujudkan tujuan mereka dikarenakan besarnya usaha mereka menyesatkan dunia untuk melihat Zionis sama dengan Yahudi.

Pembentukan negara Zionis otomatis yang berakibat dalam pengurangan otonomi secara otomatis, yang dimiliki warga yahudi Ortodoks di Tanah Suci sampai hari ini. The Zionists grasped in the acquisition of their new powers, the opportunity to openly disassociate themselves from any identification with Jews as a religion. They systematically began to orient the minds of their generations according to the tenets of Zionist nationalism. Through the Ministry of Religions they employed part of the Rabbinate to assist them in their aims.

Dengan perolehan kekuatan barunya, Zionis menangkap, kesempatan untuk memisahkan diri mereka secara terbuka dari setiap pengidentifikasian Yahudi sebagai agama.

Mereka secara sistematis mulai mengarahkan pikiran generasi mereka sesuai dengan prinsip-prinsip nasionalisme Zionis.

Melalui Departemen Agama mereka mempekerjakan sebagian dari kaum pendeta Yahudi untuk membantu mereka dalam mencapai tujuan tersebut.

(Catatan penuis: hehehe.. ada departemen agama juga yach...) The religious Jews who by virtue of their faith, clearly contradicted Zionist nationalism, and who had lived peacefully with their Arab neighbors for generations, became unwillingly identified with the Zionist cause and their struggle with the Arabs. They requested the United Nations that Jerusalem be designated as a defacto international city. They appealed to the diplocatic corps assigned to Jerusalem -- but to no avail. They were hence confronted with the choice of either becoming a part of the Zionist State, which diametrically opposed the interests of Jews as a religion, or abandoning the land of which their forefathers were the first Jewish settlers.

Orang-orang Yahudi agama yang berdasarkan iman mereka, yang jelas bertentangan dengan nasionalisme Zionis, dan telah hidup damai dengan tetangga Arab mereka selama beberapa generasi, menjadi enggan diidentikkan dengan Zionis dan perjuangan mereka dengan orang-orang Arab.

Mereka meminta PBB untuk menetapkan Yerusalem sebagai kota internasional secara de facto.Mereka mendekati korps diplomatic yang ditugaskan ke Yerusalem - tetapi tidak berhasil.

Maka mereka dihadapkan pada pilihan untuk menjadi bagian dari Negara Zionis, yang bertentangan dengan kepentingan orang-orang Yahudi dalam hal keagamaan, atau meninggalkan tanah yang nenek moyang mereka adalah justru para pemukim Yahudi pertama (catatan penulis: dibandingkan orang yahudi zionis yang baru pindah). We find it of supreme importance to emphasize that we are fearful of the consequences of the Zionist rebellion against the Creator, as stated expressly in Jeremich, "For it is bad and bitter your renunciation of G-d..." We wish not to be affected by the behavior of this government who in the name of Israel, persist in their renunciation and utter disregard of religious Judaism such as is clearly attested by their laws expressly permitting wanton autopsies (Law of Anatomy and Pathology, 1953), forcible desecration of the Sabbath (Law of Emergency Labor Draft 1967: PPS 1, 19; 27, 36), profanation of Holy Sites by retaining non-religious custodians, desecration of Holy Cemetaries by Safed, Beth Shearim and elsewhere, and countless more examples, proof of which is readily available.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun