Cosplay telah menjadi bagian penting dari budaya pop di Indonesia, menyatukan para penggemar anime, manga, dan game dalam acara-acara yang penuh kreativitas dan ekspresi diri. Namun, di tengah perkembangan komunitas yang semakin besar, kebijakan kenaikan pajak sebesar 12% mulai menimbulkan kekhawatiran. Apakah kebijakan ini akan menjadi hambatan bagi dunia cosplay di Indonesia, atau justru menjadi tantangan yang memacu inovasi?
Cosplay, singkatan dari 'costume play,' adalah bentuk seni pertunjukan di mana individu mengenakan kostum dan memainkan peran karakter dari anime, manga, manhwa, manhua, komik, video game, film, atau karya fiksi lainnya. Di Indonesia, cosplay telah berkembang menjadi bagian integral dari budaya pop, menarik ribuan penggemar dari berbagai usia dan latar belakang. Tidak hanya sekadar hobi, cosplay juga menjadi medium ekspresi diri, kreativitas, dan bahkan sumber penghasilan bagi beberapa pelaku industri. Event-event seperti Comic Frontier, Ennichisai, dan Popcon Asia menjadi wadah utama bagi komunitas cosplay untuk berkumpul, berkompetisi, dan merayakan kecintaan mereka terhadap budaya pop.
Namun, di tengah pesatnya perkembangan ini, muncul tantangan baru berupa kebijakan kenaikan pajak menjadi 12% di Indonesia. Kebijakan ini, yang diberlakukan untuk berbagai jenis acara hiburan, termasuk event cosplay, telah memicu kekhawatiran di kalangan komunitas. Kenaikan pajak ini dipandang berpotensi meningkatkan biaya operasional acara, membatasi akses penggemar, dan memperlambat pertumbuhan industri kreatif. Artikel ini akan membahas bagaimana kebijakan pajak 12% memengaruhi dunia cosplay di Indonesia. Kenaikan pajak hiburan 12% tidak hanya berdampak pada acara atau penyelenggara event, tetapi juga langsung memengaruhi kebutuhan utama cosplayer. Beberapa aspek yang terpengaruh meliputi makeup, kostum, ongkir kostum, dan aplikasi edit foto.
Makeup adalah elemen penting dalam cosplay untuk menciptakan tampilan karakter yang autentik. Produk seperti foundation, eyeshadow, eyeliner, hingga prostetik sering digunakan untuk menyesuaikan dengan karakter tertentu. Kenaikan harga produk makeup, terutama yang berkualitas tinggi atau impor, akan menjadi beban tambahan bagi cosplayer. Cosplayer yang mengandalkan jasa makeup artist juga harus menghadapi kenaikan tarif karena biaya operasional penyedia jasa ikut meningkat.
Kostum adalah investasi terbesar dalam cosplay. Banyak cosplayer memesan kostum custom-made dari penjahit lokal atau internasional. Kenaikan pajak impor bahan kostum atau kostum jadi dari luar negeri membuat biaya pembuatan meningkat. Cosplayer yang membuat kostum sendiri juga menghadapi kenaikan harga bahan seperti kain, aksesoris, dan alat-alat craft. Selain itu, kostum yang dijual atau disewakan oleh pihak ketiga juga akan lebih mahal karena pajak hiburan memengaruhi seluruh rantai distribusi.Â
Banyak cosplayer menyewa kostum untuk acara tertentu, terutama kostum yang rumit atau mahal. Biaya pengiriman kostum, baik antar kota maupun antar negara, akan meningkat seiring dengan penyesuaian pajak hiburan. Hal ini dapat membatasi akses cosplayer ke kostum berkualitas tinggi atau membuat mereka lebih bergantung pada pilihan lokal yang mungkin tidak selalu memenuhi kebutuhan spesifik.
Aplikasi edit foto dan video, seperti Adobe Photoshop, Lightroom, atau After Effects, adalah alat penting bagi cosplayer untuk mengedit hasil foto dan video mereka. Banyak aplikasi ini menggunakan sistem berlangganan bulanan atau tahunan, yang kini harganya terdampak oleh pajak 12%.Kenaikan biaya ini menjadi beban tambahan, terutama bagi cosplayer yang ingin menjaga kualitas konten digital mereka untuk media sosial atau portofolio.
Kenaikan pajak hiburan sebesar 12% di Indonesia membawa tantangan baru bagi dunia cosplay, baik untuk komunitas, penyelenggara acara, maupun individu cosplayer. Biaya yang semakin tinggi untuk makeup, kostum, ongkir, hingga aplikasi edit berlangganan, menjadi hambatan nyata yang dapat mengurangi aksesibilitas dan partisipasi dalam hobi ini. Meskipun demikian, komunitas cosplay Indonesia memiliki sejarah panjang dalam menunjukkan kreativitas dan solidaritas. Dengan dukungan dari berbagai pihak, seperti sponsor, kolaborasi komunitas, dan inovasi dalam penyelenggaraan acara, tantangan ini dapat diatasi.
Pada akhirnya, kenaikan pajak ini seharusnya tidak menjadi penghalang bagi pertumbuhan industri kreatif, termasuk cosplay. Sebaliknya, ini dapat menjadi momen bagi komunitas untuk bersatu, beradaptasi, dan membuktikan bahwa kreativitas tidak bisa dibatasi oleh angka.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI