Masih pagi...angin kencang, udara dingin yang menusuk sampai ke sum sum dan hamparan yang tertutup kabut. Itulah kesan pertama yang kurasakan ketika menginjakkan kaki di padang savana Fulan Fehan.
Udara yang sejuk dan bersih dan masih sangat alami khas pegunungan. Terletak di kaki gunung Lakaan, Desa Dirun Kecamatan Lamaknen, Kabupaten Belu NTT.Â
Menempuh perjalanan kurang lebih 30 menit dari Atambua ibukota Kabupaten Belu adalah perjalanan yang menakjubkan. Melalui jalur bukit dan ngarai bervista menawan dan menikmati jalan hotmix tanpa kendala membuat perjalanan semakin menyenangkan.
Seiring terbitnya sang mentari..kabut yg menutupinya perlahan menghilang. Â Ada gerombolan kuda yang bebas berkeliaran, bunga kaktus yang indah dan hamparan savana menutupi dan tak terjangkau oleh mata. Semua komponen ini menciptakan nuansa surealis. Posisinya yg terpisah dari barisan bukit bukit lainnya dan awan awan putih yang kerap mengitarinya semakin menambah pesona dan menghadirkan kesan yang istimewa.Â
Fulan Fehan dapat dikunjungi sepanjang tahun. Bila musim hujan, sabana nya akan menghijau ibarat permadani di kaki langit. Saat musim kemarau, warnanya coklat keemasan namun tetap terbuntal kabut.Â
Tak jauh dari lembah ini terdapat obyek bersejarah lainnya yakni Benteng Ranu Hitu atau Benteng Lapis Tujuh dan Bukit Batu Maudemu. Semua ini menambah kesan indah perjalanan wisata ke Padang Sabana Fulan Fehan. Betapa indahnya karya ciptaan Tuhan. Lukisan alam yang terpajang ibarat surga di kaki langit.Â
Ayo ke Fulan Fehan..Ayoo ke Atambua. Pesona Indonesia bagaikan negeri mutu manikam.
