Mohon tunggu...
Bunda Hafidz
Bunda Hafidz Mohon Tunggu... Dosen - Pemerhati anak

Bunda dengan tiga putra

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Surat Cinta Ketiga

3 Februari 2024   23:19 Diperbarui: 3 Februari 2024   23:24 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : full moon YouTube 

Surat Cinta untuk Ibu (3)

Assalamualaikum, Ibu sayang.

Aku meyakini, engkau damai dan bahagia di sana bersama bapak dalam lindungan Yang Maha Kasih. Hari  ini adalah  tahun ketiga engkau meninggalkan aku anakmu. Tetapi kasih sayangmu tetap aku rasakan hingga detik aku menuliskan surat ini. Apapun tentang kejadian terbaik dari hidupku adalah buah dari do'a tulusmu yang kau panjatkan setiap waktu.  


Ibu, aku rindu. Rindu yang tak mungkin bisa terobati. Pada tahun ketiga ini aku mengenang bagaimana engkau membentukku untuk menjadi hamba Allah yang baik, mau berjuang untuk suatu pencapaian di masa datang.


Aku ingat saat itu, usiaku baru 4 tahunan. Saat pertama kali aku menjejak kaki di lingkungan luar rumah. Engkau mengantarkan aku pada seorang guru mengaji, bila aku ingat pada masa itu guru mengaji tidak dibayar dengan uang, sebagai tanda terima kasih, saat itu orang tua dari anak yang mengaji diberikan beras dan juga minyak tanah. Iya itu lima puluhan tahun yang lalu. Mengaji di malam hari. Lalu aku mulai bersekolah di Taman Kanak-kanak, pergi tiap pagi bersamamu. Setelah mengantarkan aku, engkau melanjutkan tugasmu untuk mengajar di SMP, enam hari setiap minggu rutinitas kita. Disini aku belajar tentang kasih dan tanggung jawab tentang pendidikan dan akhlak anak yang di embanmu.


Begitu antusiasnya aku bersekolah, apapun pertanyaanku sabar engkau menjelaskan.

Kehidupan kita sangat sederhana, nasi goreng buatanmu salah satu makanan yang aku rindukan saat ini, karena makanan inilah yang sering aku bawa sebagai bekal saat itu. Selalu ingat saat pagi keriuhan rumah dan kesibukan ibu. Memastikan rumah sudah bersih ditinggalkan  dan juga siap untuk mengajar dan mengantarkan aku sekolah.


Kenanganku lainnya tentangmu, bagaimana luar biasa perjuanganmu menyekolahkan anak-anakmu. Tidak pernah mengeluh. Kebutuhan anak nomor satu yang harus diusahakan. Usahamu untuk itu penuh keringat dan airmata. Aku paham benar tentang ini.


Aku petik pelajaran darimu, sebagaimana selalu aku diingatkan. Jika ingin senang-senang dimasa depan maka aku harus mau merasakan sakit saat memulai perjuangan.

Pada anak kecil seumurku tentu contoh konkret yang lebih mengena untuk dicerna bagaimana kehidupan nanti yang aku harus jalani sendiri.  Saat itu aku bertanya mengapa ada orang yang susah dan mengapa ada orang yang penuh kelimpahan harta. Ibu menunjukkan perbandingan tentang saudara dan kerabat ibu ada yang benar-benar susah dan juga sebaliknya. Dari contoh ini aku sadar ibu menanamkan pentingnya ilmu juga tentang akhlak yang baik.


Ibu perjuanganmu dalam membesarkan ku dan mendidik ku membuat aku mengerti tentang tanggung jawab menjadi ibu.


Ibu, tahun ini aku bercerita ttg masa pertama aku bersekolah. InshaAllah disurat yang selanjutnya akan aku ceritakan tentang urutan perjalanan hidupku denganmu.


Rindu ini tak akan pernah selesai. Dan Engkau tak akan pernah terganti.

Ibu, bahagia lah di sana bersama dengan bapak ya. Aku rindu kalian berdua


Puji syukur padamu Allah, Engkau takdirkan wanita lembut ini menjadi Bundaku.


030224

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun