Mohon tunggu...
Indah Mailani
Indah Mailani Mohon Tunggu... Mahasiswa psikologi pendidikan

Pembelajar di bidang psikologi pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

"Belajar Bahagia: Membangun Kesejahteraan Akademik Lewat Dukungan Sosial dan Peran Dosen"

25 Mei 2025   14:53 Diperbarui: 27 Mei 2025   12:44 512
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada  satu pilar penting dalam ekosistem kampus yaitu dosen. Lebih dari sekedar bisa pengajar, dosen dapat berperan penting, seperti :

* Mentor dan pembimbing kehidupan akademik.
* Pendengar yang empatik, yang mampu memahami masalah mahasiswa tanpa menghakimi.
* Fasilitator peluang, seperti membuka akses beasiswa, riset, atau relasi profesional.
* Sumber inspirasi, yang dengan keteladanan sikap mampu memotivasi mahasiswa untuk terus berkembang.

Namun, relasi mahasiswa-dosen di beberapa kampus masih bersifat kaku dan formal. Padahal, relasi yang hangat dan terbuka bisa meningkatkan ikatan emosional yang memperkuat semangat belajar mahasiswa. Ketika dosen bertanya "Apakah kamu butuh bantuan?", itu bisa menjadi titik balik bagi mahasiswa yang sedang dalam kondisi mental buruk.

Dalam konteks pendidikan tinggi, dosen memiliki peran yang sangat strategis. Dosen bukan hanya pengajar yang menyampaikan materi kuliah, tetapi juga berfungsi sebagai pendengar, pembimbing, pemberi arah, dan pemberi semangat. Seorang dosen yang suportif dapat menjadi kunci bagi mahasiswa dalam menghadapi masa-masa sulit.
Dosen yang memahami pentingnya dukungan psikososial akan membuka ruang dialog, mengarahkan mahasiswa ke peluang beasiswa atau kegiatan produktif, serta menjadi sumber inspirasi. Dengan peran ini, dosen membantu mahasiswa membangun rasa percaya diri dan kesiapan menghadapi tantangan akademik maupun non-akademik.


Strategi Praktis untuk "Belajar Bahagia"


Indah Mailani, S.Psi merangkum beberapa strategi sederhana namun efektif yang bisa diterapkan oleh mahasiswa untuk mulai "belajar bahagia":

*Mencari lingkungan pertemanan yang sehat, di mana terdapat dukungan emosional dan semangat positif.
*Tidak takut untuk meminta bantuan dosen, karena banyak dosen yang sebenarnya bersedia membantu jika mahasiswa terbuka.
*Membangun rutinitas yang menenangkan, seperti menjaga pola makan, tidur cukup, dan olahraga teratur.
*Aktif dalam kegiatan positif di kampus, yang dapat membangun jejaring sosial dan mengembangkan potensi diri.
*Mengingat bahwa kita tidak sendirian, dan banyak pihak yang bersedia membantu jika kita membuka diri.



Menciptakan Budaya Kampus yang Menyejahterakan

Artikel ini menyoroti betapa pentingnya menciptakan ekosistem pendidikan tinggi yang tidak hanya menekankan aspek kognitif, tetapi juga memperhatikan kesejahteraan emosional dan sosial mahasiswa. Kesejahteraan akademik tidak bisa dibebankan sepenuhnya kepada mahasiswa. Lingkungan kampus, termasuk teman sebaya, dosen, dan sistem pendidikan itu sendiri, harus berperan aktif dalam mendukung proses belajar yang sehat dan bahagia.

Melalui program PKM ini, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa menunjukkan komitmennya untuk membangun generasi mahasiswa yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga tangguh secara emosional. 

Bahwa bahagia itu adalah sebuah pilihan---bukan sesuatu yang datang tiba-tiba, tapi sesuatu yang bisa kita jemput dan kita pilih setiap hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun