PENULIS
BUKHORI MUSLIM
(Pengurus Pusat Persatuan Guru Nahdlatul Wathan)
Hultah Madrasah Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah (NWDI) bukan sekadar peringatan hari lahir lembaga pendidikan Islam tertua di Lombok, tetapi merupakan representasi historis dari perjalanan panjang pendidikan masyarakat Sasak. Sebagai peristiwa sosial dan kultural, Hultah NWDI menjadi momentum kolektif bagi masyarakat Lombok di bawah organisasi Nahdlatul Wathan untuk meneguhkan identitas keislaman, kebangsaan, dan tradisi keilmuan yang diwariskan oleh Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid. Dalam konteks historiografi, Hultah dapat dibaca sebagai teks sosial yang memuat narasi pendidikan, perjuangan, dan kebudayaan masyarakat Sasak dari masa kolonial hingga era modern.
Madrasah NWDI didirikan pada tahun 1937 di Pancor, Lombok Timur, pada masa ketika pendidikan Islam tradisional (pesantren) mulai bertransformasi ke sistem madrasah. Gagasan pendirian madrasah ini lahir dari kesadaran Tuan Guru Zainuddin bahwa masyarakat Sasak memerlukan lembaga pendidikan yang mampu menjembatani antara ilmu agama dan ilmu umum. Dalam konteks sosial-politik kala itu, Lombok masih berada di bawah pengaruh struktur kolonial Hindia Belanda yang membatasi pendidikan pribumi. Kehadiran NWDI menjadi simbol perlawanan kultural dan intelektual, dengan semangat “Iqra’” sebagai dasar pembebasan melalui ilmu pengetahuan.
Hultah atau peringatan hari lahir lembaga merupakan tradisi tahunan yang dilaksanakan untuk mengenang jasa para pendiri dan meneguhkan kembali nilai-nilai perjuangan mereka. Dalam tradisi masyarakat Sasak yang bernaung di bawah organisasi NW, Hultah bukan hanya seremoni, melainkan juga peristiwa spiritual dan sosial yang mempertautkan masa lalu, masa kini, dan masa depan. Melalui Hultah, masyarakat tidak hanya merayakan usia lembaga, tetapi juga menegaskan kesinambungan sejarah pendidikan yang berakar dari pesantren, berkembang menjadi madrasah, hingga kini meluas ke universitas.
Melalui Madrasah NWDI, masyarakat Sasak membangun tradisi keilmuan yang khas yaitu kombinasi antara ortodoksi Islam, semangat nasionalisme, dan kearifan lokal. Sistem pendidikan madrasah NWDI melahirkan generasi “Tuan Guru” ulama sekaligus pendidik yang berperan penting dalam perubahan sosial di Lombok. Identitas ini terus diperkuat dalam setiap Hultah, di mana nilai-nilai seperti Yakin, keikhlasan, dan istikomah dalam pendidikan, dakwah dan sosial selalu ditekankan.
Hultah Madrasah NWDI bukan sekadar upacara peringatan, tetapi cermin perjalanan pendidikan masyarakat Sasak dari masa kolonial menuju era global. Ia menjadi jembatan antara ingatan kolektif dan visi pendidikan masa depan. Hultah merepresentasikan bagaimana masyarakat Sasak menulis sejarahnya sendiri bukan dengan pena akademik semata, melainkan dengan tindakan sosial, budaya, dan spiritual yang terus diwariskan lintas generasi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI