Mohon tunggu...
Bugi Kabul Sumirat
Bugi Kabul Sumirat Mohon Tunggu... Seniman - author, editor, blogger, storyteller, dan peneliti di BRIN

panggil saja Kang Bugi. Suka nulis, suka ngevlog, suka ndongeng bareng si Otan atau si Zaki - https://dongengsiotan.wordpress.com. 📝: bugisumirat@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Di Situs Cipulus, Ingin Jumpa Putri Pajajaran, tapi Malah Bertemu Bung Karno

17 Juni 2023   23:46 Diperbarui: 24 Juni 2023   23:36 893
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Semuanya terlihat segar setelah cuci muka di pemandian keramat Cipulus (dok: Click Kompasiana)

Artikel ini merupakan bagian dari kegiatan Komunitas Click Kompasiana bertajuk Jelajah Click ke daerah Batutulis, Kota Bogor yang berlangsung pada hari Sabtu tanggal 10 Juni 2023.


Situs Keramat Cipulus

Situs bersejarah (baca: keramat) Cipulus terletak di tempat yang sangat tersembunyi. Jauh dari keramaian - atau mungkin memang dikondisikan demikian untuk menjaga kekeramatannya? Wallahualam bissawab. Tapi memang tidak ada satu tanda panah atau keterangan apapun menuju pemandian keramat Cipulus ini, kecuali ada tanda berupa bendera merah putih. Jadi kalau ingin ke pemandian ini, kita lebih banyak menggunakan 'nabi' kita, yaitu nabiwir, yang dalam bahasa Sunda berarti menggunakan bibir kita alias bertanya dan bertanya kepada orang yang berada di sekitar pemandian itu, dimanakah situs pemandian keramat Cipulus ini?

Pemandian yang dianggap keramat Cipulus ini terletak di Kecamatan Bogor Selatan, tepatnya berada di Kampung Batakal, dan persisnya berada di belakang Istana Batutulis (kalau disebut nama ini, sudah pasti tahu dong, kira-kira letak pemandian keramat ini berada di mana) - yang berada di jalan Batutulis, Kota Bogor. Jadi, pemandian keramat Cipulus dikelilingi oleh Istana Batutulis, Prasasti Batutulis dan Stasiun Batutulis - yang hanya berjarak sekitar 250 meter dari Stasiun Kereta Api Batutulis.


Disebut Cipulus karena konon di zaman baheula (jaman dulu) di sekitar pemandian keramat ini banyak terdapat pohon Pulus atau nama latinnya adalah Dendrocnide simulans dan dalam bahasa Inggrisnya dikenal dengan sebutan wood nettle ataupun stinging nettle). Tanaman ini disebut juga tanaman menyengat ataupun tanaman Jelatang, karena memang tanaman ini memiliki bulu sengat di daun dan batangnya yang bila terkena kulit kita akan dapat menimbulkan rasa gatal bahkan perih dan panas yang cukup menyengat - yang dapat bertahan hingga dua minggu. Namun dibalik efek sengatannya itu yang cukup mengganggu, tanaman pulus ini memiliki khasiat sebagai obat batuk, dapat dimakan (daun dan tunas mudanya) karena kandungan vitamin A, C dan zat besi yang dimilikinya cukup tinggi, hingga dapat digunakan sebagai pencuci rambut. Walau belum terbayang, bagaimana menggunakan pencuci rambut dari tanaman yang bahkan menimbulkan rasa perih dan panas menyengat saat terkena kulit kita. Tapi itulah local wisdom kita, tanaman herbal alami yang banyak terdapat di bumi Indonesia.  

Disamping juga, nama 'pulus' meningatkan kita pada lagu dan tarian Sunda yaitu Jaipongan yang merupakan ciptaan maestro jaipongan tatar Sunda, yaitu alm. Gugum Gumbira. Judul tarian dan lagunya adalah: Daun Pulus, Keser Bojong. Ada yang masih ingat lagu dan jaipongan tersebut?

Kondisi yang sekarang, pemandian ini berada di lingkungan yang sangat sejuk, masih banyak pepohonan yang rimbun hingga membuat teduh dan ada penunggunya (maksudnya juru kunci) - yang saat saya dan rombongan ke sana, banyak penjelasan diberikan oleh ibu si juru kunci tersebut.

Menurut ibu juru kunci ini, pemandian keramat Cipulus sudah sejak lama dianggap keramat oleh masyarakat sekitar maupun masyarakat dari luar Bogor dan bahkan dari luar Jawa Barat - banyak berdatangan ke tempat ini. Tujuannya bermacam-macam. Masih kata si ibu juru kunci, rata-rata mereka mau mencari jodoh, mencari rezeki, ingin awet muda, ingin sehat, ingin macam-macamlah. Caranya bisa minum airnya, mau mandi juga boleh (tempat mandi lelaki dan perempuan terpisah - termasuk bila untuk yang membawa kembang untuk mandi, ada ketentuannya, yaitu 'Bagi yang mandi kembang, tolong jangan di tabur di bak mandi.' Ada yang minat mandi kembang di situ? Gaskeun. Bahkan boleh juga kata ibu juru kunci tersebut, selepas mandi lalu dilanjutkan dengan zikir, wirid dan shalat sunah di mushala yang terletak di samping pemandian. Saya sendiri, untuk menggugurkan penasaran dan karena telah berada di lokasi, ikut mencoba air tersebut dengan meminumnya serta mencuci muka dan membasuh kepala. Nggak mau kelamaan, karena, kalau tujuannya untuk awet muda, saya khawatir nanti efeknya malah awet mudanya terlalu jauh hingga kembali ke masa kanak-kanak, "ntar saya jadi bayi lagi nih he he he." demikian canda saya.

Cerita historisnya, masih menurut si juru kunci, ketika saya tanya tentang informasi bahwa pemandian keramat Cipulus ini berasal dari tempat mandinya para putri Kerajaan Pajajaran. Namun, saat merespon pertanyaan tersebut, sang juru kunci malah lebih menekankan pada kejadian yang terjadi dan menjadi kebiasaan Bung Karno saat beliau masih jumeneng yang berkaitan dengan pemandian keramat Cipulus ini. Menurutnya, Bung Karno bila sedang tinggal di Istana Batutulis kerap turun ke pemandian ini dari pintu belakang Istana dan mandi di pemandian ini. Sering sekali katanya. Juga menjadi ajang Bung Karno bertemu masyarakat.

Jadi, apakah dahulunya pemandian keramat itu merupakan tempat mandinya para putri Pajajaran, jawabannya masih wallahualam bissawab - belum ada yang dapat memastikan kisah itu, kita malah justru 'bertemu' dengan (cerita) Bung Karno yang kerap mengunjungi situs keramat ini. 

Prasasti Batutulis 

Lokasi Prasasti Batutulis (dok: Pribadi)
Lokasi Prasasti Batutulis (dok: Pribadi)

Sebetulnya, informasi terkait dengan keberadaan situs Cipulus tersebut kita dapatkan saat saya dan teman-teman mengunjungi Prasasti Batutulis yang lokasinya tidak terlalu jauh dari situs Cipulus ini. Akhirnya, dari Situs Prasasti Batutulis, kami sepakat untuk ke Pemandian Cipulus, seperti informasi di atas.

Di dalam komplek Prasasti Batutulis (dok: Pribadi)
Di dalam komplek Prasasti Batutulis (dok: Pribadi)

Di linkungan Prasasti Batutulis, yang terletak di Jalan Batutulis, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Lokasinya persis di depan Istana Batutulis. Berhadap-hadapan begitu. Prasasti Batutulis sendiri, menjadi tempat kedua setelah sebelumnya kami berkunjung ke tempat pertama rute Jelajah Click kali ini, yaitu Stasiun Batutulis. Sementara Istana Batutulis hanya kami lewati saja, sambil berfoto-foto, karena memang tidak diperbolehkan Istana Batutulis tersebut dimasuki pengunjung.

Prasasti Batutulis yang memiliki luas kurang lebih sekitar 17 x 15 meter persegi ini secara ilmiah dianggap merupakan letak dari Ibu kota Kerajaan Suda Pajajaran. Prasasti ini diperkirakan dibuat tahun 1455 Saka atau sekitar tahun 1533 Masehi dan bertuliskan aksara Sunda Kuno atau Aksara Kawi.

Prasasti Batutulis (dok: Pribadi)
Prasasti Batutulis (dok: Pribadi)

Isi prasasti tersebut merupakan maklumat resmi dari Raja Sunda Pajajaran dimana seperti dimuat di Wikipedia, arti dari tulisan yang ditatahkan pada batu besar tersebut memiliki arti sebagai berikut (terjemahan bebas):

  • Semoga selamat, ini tanda peringatan Prabu Ratu almarhum.
  • Dinobatkan dia dengan nama Prabu Guru Dewataprana.
  • Dinobatkan (lagi) dia dengan nama Sri Baduga Maharaja Ratu Aji di Pakuan Padjajaran Sri Sang Ratu Dewata.
  • Dialah yang membuat parit (pertahanan) Pakuan.
  • Dia putera Rahiyang Dewa Niskala yang dipusarakan di Gunatiga, sementara cucu Rahiyang Niskala Wastu Kancana yang dipusarakan ke Nusa Larang.
  • Dialah yang membuat tanda peringatan berupa gunung-gunungan, membuat undakan untuk Hutan Samida, membuat Sahiyang telaga Rena Mahawijaya yang dibuat dalam tahun Saka "Panca Pandawa Mengemban Bumi"

Istana Batutulis

Di depan Istana Batutulis (dok: Pribadi)
Di depan Istana Batutulis (dok: Pribadi)

Seperti sudah disebutkan di atas bahwa pengunjung tidak diperkenankan masuk ke Istana Batutulis, yang merupakan Istana peristirahatan Bung Karno, kami hanya melewati istana tersebut, menikmati teduhnya lingkungan sekitar Istana Batutulis yang asri dari luar pagar, dan sesekali berusaha melirik ke dalam Istana, melihat bangunan-bangunan dan suasana di dalam Istana dari kejauhan atau dari luar pagar. Memang asri dan indah suasana di dalam lingkungan Istana. Bahkan bagi saya terasa aura atau kesan 'mistisnya'. Selebihnya, kami berfoto ria di depan Istana Batutulis seperti beberapa foto di bawah ini.

Di depan Istana Batutulis (dok: Pribadi)
Di depan Istana Batutulis (dok: Pribadi)

Di depan Istana Batutulis (dok: Pribadi)
Di depan Istana Batutulis (dok: Pribadi)

Jalan Batu Tulis (dok: pribadi)
Jalan Batu Tulis (dok: pribadi)

Stasiun Batutulis

Stasiun Batutulis menjadi tempat persinggahan pertama kegiatan Click Kompasiana pada hari itu, yaitu Jelajah Click. Yang sebelum sampai di Stasiun Batutulis kami sudah lebih dahulu merasakan kelezatan Laksa Pak Inin, yang merupakan kegiatan KPK Gerebek (kegiatan dibawah Komunitas KPK Kompasiana). Setelah dari Stasiun Batutulis, kami mengunjungi Istana Batutulis, Prasasti Batutulis hingga ke Pemandian Keramat Cipulus sebagai persinggahan terakhir.

Di Stasiun Batutulis (dok: Pribadi)
Di Stasiun Batutulis (dok: Pribadi)

Setelah mendapat izin dari petugas stasiun, rombongan Click Kompasiana yang dipandu oleh mbak Muthy memasuki Stasiun dan memperhatikan bangunan kuno stasiun serta hal lain seperti yang disampaikan oleh mbak Muthy.

Stasiun Batutulis (dok: Click Kompasiana)
Stasiun Batutulis (dok: Click Kompasiana)

Stasiun Batutulis menjadi stasiun pertama yang disinggahi kereta Bogor ke Sukabumi. Walaupun terletak di Bogor, tetapi stasiun ini termasuk ke dalam daerah Operasi I Jakarta. Stasiun ini termasuk ke dalam kategori stasiun kecil. Stasiun Batutulis terletak di Lawanggintung, Bogor Selatan, Kota Bogor.

Stasiun Batutulis merupakan stasiun yang sudah cukup tua usianya. Dibangun di masa Belanda dulu, dan saat ini sedang dilakukan pembangunan di sekitar stasiun mengantisipasi pembuatan rel ganda. Melihat usianya, stasiun Batutulis ini merupakan bangunan bersejarah. Pernah ada usulan untuk merubah atau menggeser stasiun ini karena alasan lalu lintas yang makin padat, tetapi usulan tersebut ditentang oleh Walikota Bogor Bima Arya, karena faktor kesejarahannya itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun