Mohon tunggu...
Bugi Kabul Sumirat
Bugi Kabul Sumirat Mohon Tunggu... Seniman - author, editor, blogger, storyteller, dan peneliti di BRIN

panggil saja Kang Bugi. Suka nulis, suka ngevlog, suka ndongeng bareng si Otan atau si Zaki - https://dongengsiotan.wordpress.com. 📝: bugisumirat@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Wisata Bhinneka ke Kawasan Cilincing, Wisata Jiwa dan Raga

27 Maret 2023   06:53 Diperbarui: 27 Maret 2023   23:52 1283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat menuju ke pantai dan pura dari arah belakang, setelah selesai dari krematorium, terlihat dari kejauhan bahwa arak-arakan pengambilan air suci untuk Melasti dari pantai sudah selesai. Rombongan berjalan kembali dari pantai menuju pura. Yowis, kita langsung ke pura saja untuk bergabung dengan peserta lain umat Hindu merayakan Melasti di Pura Segara.

Amazing, perayaan Melasti diikuti oleh banyak sekali umat Hindu. Saya baru pertama kali ini merasakan berada dalam rombongan besar umat Hindu dengan pakaian adat Bali yang biasa digunakan oleh mereka saat akan ke pura mengikuti upacara Melasti. Yang putra tidak lupa dengan topi/udeng Bali, baju putih, kain kamen putih dan selendang kuning di pinggang melilit rapi. Yang putripun demikian. Didominasi kebaya brokat putih, bersanggul dengan hiasan kepala, berselendang lilit pula. 

Cantik-cantik dan tampan-tampan, dari usia lanjut hingga anak kecil, berpakaian senada. Di bagian belakang pura, tempat kami masuk, terdapat sederetan penjual kuliner Bali yang tumpah ruah dinikmati oleh para umat Hindu yang memang kebanyakan berasal dari daerah Bali. Sementara kami lewati dulu sajian kuliner Bali ini, langsung menuju pintu belakang dan memasuki kawasan Pura - setelah permisi terlebih dahulu dengan barisan among tamu di bagian belakang.

Kami masuk melewati barisan penari yang siap melakukan ritual tari Baris, yaitu tarian perang yang dilakukan oleh para pria dengan gerakan dinamis dan diiringi dengan alat musik tradisional Bali. Sementara di bagian kiri, sekelompok penabuh gamelan dengan pakaian yang gagah (karena semua penabuh gamelannya adalah pria), bermake up, bersemangat menabuh gamelan dengan musik riang gamelan Bali. 

Di sebelah kanan kami terdapat tempat meletakkan sesajian-sesajian untuk persembahan yang menurut kebiasaannya akan dibagi-bagikan kepada para tamu dan umat Hindu yang hadir sebagai simbol kebersamaan dan persaudaraan. Sesajian itu sendiri merupakan persembahan berupa makanan dan bahan-bahan lain yang dibawa oleh umat Hindu Bali yang dipercaya sebagai bentuk penghormatan dan ungkapan rasa syukur kepada Sang Hyang Widhi (Tuhan) serta roh-roh leluhur. Beberapa jenis sesajian yang biasanya dibawa saat perayaan Melasti di pura:

  1. Nasi tumpeng, yang melambangkan kesucian, kekayaan dan kesejahteraan,
  2. Buah-buahan segar, yang melambangkan keberlimpahan dan kesuburan,
  3. Jajan pasar, yang melambangkan keberagaman dan keunikan budaya Bali,
  4. Banten, sesajian yang melambangkan rasa syukur dan penghormatan kepada Sang Hyang Widhi dan roh-roh leluhur,
  5. Serta air suci yang diambil dari mata air (laut) atau sumber air suci yang diyakini memiliki kekuatan magis. Air suci digunakan untuk membersihkan dan menyusikan diri sebelum melakukan upacara. Saat kami disitupun, karena posisi kami tepat di depan tempat persembahan itu, terkena juga percikan air suci yang diciprat-cipratkan kepada para hadirin yang hadir dan areal sekeliling pura.

Sementara di depan kami ada dua penari yang menari sambil berdialog terkait ritual Melasti. Di belakang penari, jamaah Melasti duduk santun dan rapih di lantai dan khusuk mengikuti ritual Melasti ini. Di belakang areal persembahan terdapat bagian inti pura dimana di situlah kemudian dilaksanakan tari Baris ini sebagai bagian dari ritual Melasti. Kami tidak dapat memasuki areal itu, kecuali kami mengenakan selendang kuning terlilit di pinggang. Tetapi, melihat dari luar saja sudah lebih dari cukup. Bahagia sekali bisa ikut berbaur di tengah-tengah saudara kita umat Hindu yang sedang berbahagia merayakan upacara Melasti.


Mengakhiri kegiatan Kotekatrip-4 kali ini, kami menuju kembali ke RM Babe untuk mencicipi sea food-nya yang terkenal itu, tetapi sebelumnya, mampir sebentar di deretan kuliner Bali di belakang pura untuk mencicipi aneka kuliner Bali. Saya sempat mencoba sate lilit ayam Bali yang rasanya khas dan lezat itu. Saat memilih makanan, perlu kita tanyakan dulu, karena memang ini kuliner Bali, yang sebagian ada yang non halal. Yang menjadi favorit lainnya adalah lepet isi kacang tolo dan lepet isi pisang. Yang isi kacang tolo, biasa didapat di Bogor, tetapi yang isi pisang, wah, jarang tuh, hanya sayang saat saya minta yang isi pisang, yaaaaah... sudah kehabisan.

Ditengah-tengah umat Hindu Bali di Pura Segara (Dok. Pribadi)
Ditengah-tengah umat Hindu Bali di Pura Segara (Dok. Pribadi)

Persembahan (Dok. Pribadi)
Persembahan (Dok. Pribadi)

Umat (Dok. Pribadi)
Umat (Dok. Pribadi)

Hening, khusuk (Dok. Pribadi)
Hening, khusuk (Dok. Pribadi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun