Mohon tunggu...
Bugi Kabul Sumirat
Bugi Kabul Sumirat Mohon Tunggu... Seniman - author, editor, blogger, storyteller, dan peneliti di BRIN

panggil saja Kang Bugi. Suka nulis, suka ngevlog, suka ndongeng bareng si Otan atau si Zaki - https://dongengsiotan.wordpress.com. 📝: bugisumirat@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ngaprak Mangpaat, Mencari Intan yang Hilang, Menyusuri Jejak Pahlawan di Kawasan Empang, Bogor

18 Agustus 2022   12:57 Diperbarui: 24 Agustus 2022   16:25 2139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kalo ngaprak wajib foto-foto deh (Foto koleksi Dadan P. - NTPB)

Ni putih - yang memiliki nama asli Nyai Salamah, ini ternyata adalah ibunda Ratu Zaleha, istri dari Gusti Muhammad Arsyad yang mengikuti anaknya ke pembuangan atau pengasingan di Bogor ini. 

Ni putih, karena sudah sepuh, sering mengalami seperti kepikunan, lupa dan berkeliaran tak tentu arah hingga ke tempat yang sekarang menjadi Gang Intan itu.. Namun berkeliarannya itu memilik tujuan untuk mencari intan. 

Rupanya, saat di Banjar dulu, Ni putih ini menyaksikan langsung bagaimana kekejaman belanda dan perampasan harta Kesultanan Banjarmasin termasuk penjarahan bongkahan intan yang bernilai ratusan karat. Trauma ini muncul saat beliau sudah semakin tua. Rupanya beliau tidak rela, harta keluarganya dirampas oleh Belanda. 

Gang Banjar dan Gang Intan. Bandingkan ukuran gang dengan ukuran badan orang seperti dalam foto (Foto koleksi pribadi)
Gang Banjar dan Gang Intan. Bandingkan ukuran gang dengan ukuran badan orang seperti dalam foto (Foto koleksi pribadi)

Rumah Keluarga Hasanah

Di kawasan Empang, saya agak terkesan dengan landscapenya. Bayangkan, didalam lingkungan gang yang cukup kecil dan sempit serta berliku dan kadang naik dan turun, tapi padat dengan pemukiman serta didalamnya banyak rumah-rumah dengan bentuk bangunan yang bagus. 

Sebagian merupakan bangunan tua yang sudah direnovasi. Seperti rumah keluarga Hassanah (disini baru tahu bahwa Hasanah ternyata bukan nama wanita, tetapi nama marga keturunan Arab, seperti Assegaf, Balweel, dan lain sebagainya). 

Terletak di gang sempit, tetapi memiliki lahan yang luas serta bangunan yang asri, bersih dan indah. Menyerupai bangunan semacam kastil/istana kecil Belanda hanya seukuran rumah. 

Sayang kami tidak dapat menemui pemilik rumah, karena sedang keluar. Tapi terus terang, kalau lain waktu saya diminta untuk berkunjung ke rumah itu lagi, saya nyerah deh, nggak bisa, karena bingung dengan kelak-kelok berlikunya jalan menuju rumah itu.

Namun kami sempat pula berkunjung ke rumah salah satu keluarga keturunan Arab yang bersedia kami kunjungi, masuk ke rumahnya untuk melihat-lihat, walau kunjungan kami secara incognito. 

Rumah yang beraksara tahun 1938 di muka rumahnya - menandakan bangunan tersebut dibangun pada tahun tersebut, memiliki ciri rumah zaman dulu, fondasi lantai rumah agak tinggi dan hanya bertembok separuh saja. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun