Mohon tunggu...
Budi Suhartawan Official
Budi Suhartawan Official Mohon Tunggu... DOSEN DAN KONTEN KREATOR KEISLAMAN DAN PENDIDIKAN

Sebagai orang yang masih terus belajar dan mengembangkan diri dalam bidang inovasi pendidikan. Saya sangat menyadari bahwa sayamemilki kekurangan dalam bebrapa hal, namun kekeurangan itu saya jadikan motivasi untuk terus berinovasi. Walaupun ketika saya melihat kawan-kawan dosen yang lain begitu produktif dalam segala hal termasuk di dalamnya adalah dalam prodi Ilmu Al-Qur'an dan tafsir. Untuk itulah saya harus terus belajar, meskipun kepada kawan yang lebih muda, bahkan kepada mahasiswapun saya mau belajar dan menimba ilmu. Bagi saya, belajar tidak harus dari guru namun dari alam sekitar tempat saya hidup. saya terus berpacu untuk pengembangan yang sifatnya soft skil maupun yang lain guna mendaptakan hasil terbaik dalam inovasi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bicaralah dengan bahasa kemanusiaan kepada manusia

10 Oktober 2025   06:30 Diperbarui: 10 Oktober 2025   07:54 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

“Urusan kemanusiaan bicaralah dengan bahasa kemanusiaan, jadi kalau urusan kemanusiaan kita jangan bicara dengan bahasa kelompok, karena kalau kita berangkat dari bahasa kelompok kita tidak akan sampai kepada esensi kemanusiaan. Karena kalau bicara kelompok kita mencari perbedaan” (TGB. DR. MUHAMMAD ZAINUL MAJDI, M.A)

Dalam perjalanan panjang sebagai manusia. Maka nilai-nilai kemanusiaan harus tetap ditebar. Teruslah berbuat kebaikan sampai kebaikan itu menyatu dalam tingkah laku kita. Dalam kehidupan modern yang serba cepat ini, manusia sering kali terjebak dalam kebisingan kata-kata. Kita berbicara tanpa sempat merenungkan makna, berkomentar tanpa mempertimbangkan akibat, bahkan menegur tanpa memahami perasaan orang lain. Di tengah derasnya arus komunikasi digital, muncul kebutuhan mendesak untuk kembali berbicara dengan bahasa kemanusiaan—bahasa yang lahir dari empati, pengertian, dan kasih sayang.

Bahasa kemanusiaan bukan sekadar rangkaian kata yang sopan, melainkan ungkapan hati yang menghargai keberadaan manusia lain. Ia tidak berorientasi pada siapa yang benar atau salah, tetapi pada bagaimana setiap pihak dapat saling memahami. Dalam bahasa kemanusiaan, tujuan utama berbicara bukanlah untuk menghakimi, melainkan untuk menyembuhkan luka batin dan membangun hubungan yang lebih bermakna.

Ketika seseorang berbicara dengan bahasa kemanusiaan, ia sedang menempatkan dirinya pada posisi orang lain. Ia berusaha memahami alasan di balik tindakan dan ucapan seseorang, bukan sekadar menilai dari permukaan. Dengan cara itu, komunikasi menjadi sarana untuk mempererat persaudaraan, bukan menambah jurang perbedaan.

Dalam konteks sosial, bahasa kemanusiaan menjadi jembatan yang menghubungkan berbagai lapisan masyarakat. Di tengah perbedaan suku, agama, budaya, dan pandangan politik, sikap saling menghormati dan menghargai adalah kunci perdamaian. Seorang pemimpin, misalnya, harus berbicara dengan hati, bukan hanya dengan kekuasaan; seorang guru harus mengajar dengan kasih, bukan sekadar memberi instruksi; dan seorang orang tua harus menasihati dengan pengertian, bukan dengan amarah.

Ajaran Islam juga menegaskan pentingnya berbicara dengan bahasa kemanusiaan. Rasulullah SAW dikenal sebagai sosok yang lembut dalam tutur kata, penuh empati dalam menyampaikan nasihat, dan bijaksana dalam menghadapi perbedaan. Beliau bersabda, “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim). Hadis ini mengajarkan bahwa kata-kata memiliki nilai moral, dan setiap ucapan adalah cerminan keimanan.

Dalam kehidupan sehari-hari, banyak konflik terjadi bukan karena perbedaan pandangan, melainkan karena cara penyampaiannya yang kasar. Kata-kata yang diucapkan tanpa perasaan bisa menjadi senjata yang melukai. Oleh sebab itu, berbicara dengan bahasa kemanusiaan berarti menolak kekerasan verbal, menghentikan caci maki, dan menggantinya dengan tutur yang lembut serta menenangkan.

Media sosial saat ini menjadi ruang di mana manusia mudah lupa akan nilai kemanusiaan dalam berbahasa. Jari terasa lebih cepat dari hati, sehingga komentar yang seharusnya membangun justru menjatuhkan. Bila setiap pengguna media sosial mampu menerapkan bahasa kemanusiaan, tentu ruang digital akan menjadi tempat yang lebih damai dan mendidik.

Berbicara dengan bahasa kemanusiaan juga menuntut kita untuk memiliki kesabaran dan kerendahan hati. Tidak semua orang memahami dengan cara yang sama, dan tidak semua keadaan bisa diselesaikan dengan kata-kata keras. Dalam banyak situasi, kelembutan jauh lebih kuat daripada kekerasan. Seperti air yang lembut namun mampu mengikis batu, begitu pula bahasa yang penuh kemanusiaan mampu melunakkan hati yang paling keras sekalipun.

Akhirnya, berbicara dengan bahasa kemanusiaan adalah bentuk tertinggi dari kecerdasan emosional. Ia tidak hanya menunjukkan seberapa baik seseorang dalam berbahasa, tetapi juga seberapa dalam ia memahami manusia. Di dunia yang sering kali keras dan tergesa-gesa, mari kita belajar kembali berbicara dengan hati, menghormati sesama, dan menebarkan kebaikan lewat tutur kata. Sebab pada akhirnya, bukan seberapa banyak kita berbicara yang akan dikenang, melainkan seberapa dalam kata-kata kita mampu menyentuh hati manusia. Jadilah manusia yang terus menbarkan nilai-nilai kemanusiaan. Supaya manusia bisa sadar bahwa dirinya adalah manusia sejati. Yang harus disentuh dengan nilai kemanusiaannya. Wallahu’alam.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun