Mohon tunggu...
Budi Setiyarso
Budi Setiyarso Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Guru di SMP Negeri 2 Ponjong, Gunungkidul. Tinggal di Wonogiri. Tulisannya banyak dimuat di harian lokal, seperti Kedaulatan Rakyat, Solopos dan Joglosemar. Sering mengikuti lomba kepenulisan dan penelitian. Salah satunya pada Tahun 2011 menjadi juara 2 Penulisan Buku Pengayaan Tingkat Nasional

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Uji Publik Kurikulum 2013 : Menuju Perubahan Radikal

2 Maret 2013   02:52 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:28 801
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1362192546653326661

Oleh : Budi Setiyarso Pengajar di SMPN 2 Ponjong

Pernah dimuat di Harian Joglosemar 18 Desember 2012

[caption id="attachment_230257" align="aligncenter" width="421" caption="Kurikulum 2013"][/caption]

Mencermati bahan uji publik kurikulum 2013 dapat disimpulkan bahwa kurikulum ini bukanlah formula pendidikan yang baru, tetapi merupakan tahap lanjutan dari kurikulum sebelumnya yaitu 2004 (KBK) dan 2006 (KTSP). Hal ini dapat dilihat dari target pembelajaran yang masih mengacu pada kompetensi sikap, pengetahuan dan ketrampilan secara terpadu (KBK) dan setiap satuan pendidikan diharuskan menyusun kurikulum sendiri dengan mempertimbangkan kondisi satuan pendidikan, kebutuhan peserta didik, dan potensi daerah (KTSP).

Pengembangan kurikulum ini didasari permasalahan pelaksanaan kurikulum sebelumnya yang dianggap belum maksimal yaitu secara materi pelajaran yang dianggap padat dan berat, belum sepenuhnya berbasis kompetensi dan belum kontekstual. Secara proses pembelajaran dianggap masih berpusat pada guru serta dokumen pelaksanaan KTSP dianggap belum rinci sehingga pengembangan kurikulum di sekolah belum harmoni dengan essensi kurikulum induk.

Target kurikulum 2013 adalah dapat menghasilkan peserta didik yang berakhlak mulia (afektif), berketrampilan (psikomotorik) dan perpengetahuan (kognitif) yang berkesinambungan. Materi pembelajaran akan diarahkan pada target pencapaian kompetensi yang tepat guna dengan materi pembelajaran yang essensial dan sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Proses pembelajaran diharapkan mengarah pada active student center dan kontekstual dengan dipandu buku teks yang berisi materi dan proses pembelajaran (tutorial). Guru bertindak sebagai motivator dan fasilitator pembelajaran.

Penulis memahami bahwa konsep kurikulum ini sangatlah ideal karena sesuai dengan teori pendidikan modern seperti students center active learning, contectual learning, contructivisme theory, democtratic and humanis learning. Konsep ini bukanlah sesuatu yang asing bagi pendidik dan pemegang kebijakan pendidikan karena sudah lama dikenal. Namun konsep yang sangat logis, sederhana dan manusiawi ini pada akhirnya hanya akan menjadi sebuah teori di meja kerja jika tanpa didukung sumberdaya yang memadai dan perjuangan keras, karena pada prakteknya akan ditemui banyak kendala.

Melawan Kebiasaan

Pelaksanaan kurikulum 2013 secara penuh akan merubah sistem pembelajaran di sekolah secara radikal. Mulai dari materi pembelajaran yang sebelumnya berorientasi pada teoritis akademik (book oriented) menjadi materi yang aplikatif. Dengan target tercapainya kompetensi sikap, ketrampilan dan pengetahuan, maka kegiatan pembelajaran dengan “praktek” tidak dapat dipungkiri pelaksanaannya.

Kebiasaan belajar siswa dengan duduk manis mendengarkan ceramah guru akan bergeser dengan kegiatan aktif siswa. Suasana kelas yang tenangpun akan berubah menjadi suasana ramai nan produktif. Belajar di dalam ruangan sedikit demi sedikit akan divariasi dengan kegiatan di luar ruangan. Pada kondisi tertentu guru akan menikmati suasana kelas yang aktif kondusif namun disaat tertentu juga guru akan merasa kewalahan untuk mengkondisikan kelas. Kegiatan pembelajaran menjadi ideal dengan sarana prasarana pembelajaran yang memadai dan jumlah guru pembimbing yang proporsional.

Kebiasaan guru terpaku pada buku pelajaran akan bergeser dengan eksplorasi guru menyusun materi yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa, kondisi sumberdaya dan muatan potensi daerah. Mensakralkan buku teori menjadi kebiasaan yang kurang pas dalam pembelajaran, karena guru harus melakukan singkronisasi dengan obyek/fenomena di sekitar siswa dan kebutuhan siswa. Oleh karena itu standarisasi pendidikan nasional cukup menyentuh tingkat pengetahuan general agar tidak menghambat kebebasan pengembangan pembelajaran.

Integratif Learning

Menyadari bahwa hakikat pengetahuan adalah tidak terpisahkan dan saling terintegrasi, maka pembelajaran diarahkan untuk melihat sebuah obyek/fenomena real (kontekstual) dari berbagai kacamata ilmu. Maka solusinya adalah pembelajaran yang terintegrasi seperti dalam kurikulum 2013 untuk tingkat SD yang tersusun melalui pendekatan tematik.

Penulis teringat dengan buku cerita bergambar yang di dalamnya terdapat berbagai disiplin ilmu seperti Kisah Caroline. Misal dalam sebuah cerita yang berjudul “Caroline di Peternakan”, dikisahkan bagaimana seorang Caroline belajar berternak, belajar mengenal karakteristik hewan di peternakan, belajar manajemen peternakan bahkan mengenal kondisi alam yang sesuai dengan peternakan. Dalam satu tema tersebut pembaca buku tersebut dapat belajar ilmu peternakan, ilmu hewan (biologi), ilmu ekonomi peternakan, matematika, fisik alam (fisika) bersama-sama tanpa dapat dipisah-pisahkan.

Model seperti inilah yang idealnya dikembangkan dalam integratif learning. Banyak ilmu yang dapat dipelajari dalam satu tema tertentu, menyatu dalam kasus atau cerita tertentu. Namun penulis melihat adanya “pemaksaan” pada pengintegrasian pembelajaran pada kurikulum sebelumnya sebagai contoh pada pengintegrasian pelajaran geografi, ekonomi, sejarah dan sosiologi menjadi IPS untuk jenjang SMP. Contoh penggabungan materi Keberagaman bentuk muka bumi (geografi) dengan materi Kehidupan pra-aksara di Indonesia (sejarah) dalam standar kompetensi “Memahami lingkungan kehidupan manusia”.

Standar kompetensi yang sangat umum ini diadakan dalam rangka menggabungkan dua materi yang nyata-nyatanya berbeda, sehingga secara essensi standar kompetensi ini tidak mengarah pada target kompetensi tertentu (abstrak). Kemudian muncul anggapan bahwa penggabungan materi ini secara substansi tidak ada pengaruhnya, kecuali hanya untuk mengurangi beban siswa membawa banyak buku pelajaran dan memultifungsikan guru mata pelajaran.

Idealnya, model integrasi dua materi di atas dapat ditempuh dengan melihat fenomena persebaran manusia pra-aksara dan membandingkan dengan kondisi muka bumi yang ditempati, sehingga pembelajaran tidak berkutat pada teori tetapi analisis aplikatif dengan mengajak siswa menyusun pengetahuan dari dua sudut pandang teori yang berbeda yaitu geografi dan sejarah.

Penulis menilai bahan uji publik kurikulum 2013 hanya terdiri dua hal, pertama latar belakang, konsep dasar dan cita-cita yaitu sebuah harapan seperti tertuang dalam uraian di atas. Konsep ini sangat idealis namun belum menyentuh model tindakan nyata yang akan mengubah pelaksanaan pembelajaran ke arah cita-cita tersebut. Dukungan sumberdaya yang ada perlu disadari secara jujur seperti kesiapan sekolah untuk mengubah proses pembelajaran yang didukung sarana dan prasarana yang memadai serta kerja keras guru dalam melaksanakannya. Untuk mengawal proses tersebut diperlukan modul tutorial pembelajaran yang benar-benar detail dan bermutu untuk menuntun aktivitas pembelajaran di kelas.

Kedua, permasalahan perubahan struktur mata pelajaran yang berupa penambahan jam belajar, perubahan jam mapel perminggu, penggabungan dan penghapusan mapel tertentu. Perubahan ini secara praktis mengganggu kebijakan sebelumnya khususnya permasalahan penataan pegawai (PNS). Kebijakan ini seharusnya tidak perlu, pengurangan beban belajar anak bukan terletak pada variasi jenis mapel, tetapi permasalahan kedalaman dan tingkat kepentingan materi. Sebuah materi teoritis yang dalam namun kurang bermanfaat dapat diganti dengan materi sederhana namun aplikatif dan bermanfaat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun