Mohon tunggu...
Budi Septiawan
Budi Septiawan Mohon Tunggu... Dosen - Menulis adalah pesan bagi generasi mendatang jika kita sudah mati. Pesan bahwa kita pernah hidup dan berkontribusi pada kehidupan

Penulis adalah Dosen Tetap Program Studi Akuntansi Universitas Pasundan Bandung

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Meraba Kampus Virtual di Masa Depan

12 Februari 2022   21:24 Diperbarui: 15 Februari 2022   08:46 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto ilustrasi: Getty Images/iStockphoto/Melpomenem

Apa yang terlintas dibenak Anda ketika mendengar kata kampus? Mungkin ada yang bilang universitas, ada yang bilang tempat kuliah, bisa juga gedung, atau mahasiswa dan mungkin masih banyak lagi persepsi masing-masing orang. Faktanya istilah kampus berasal dari bahasa Latin yaitu campus atau yang artinya lapangan luas/kompleks, dan tentunya dapat diasosiasikan dengan kumpulan gedung-gedung tempat mahasiswa belajar.

Ketika ada pertanyaan dari sesama mahasiswa misalnya, "Lu mau ke kampus nggak nanti siang?"
"Nggak ah males kuliah, dosennya nggak asyik!"

Berdasarkan percakapan singkat tadi, bisa digambarkan bahwa untuk berkuliah dan belajar perlu adanya proses perjalanan menuju kampus. Mari kita berbicara kondisi saat ini; proses belajar atau berkuliah tidak perlu melakukan perjalanan menuju kampus. Karena proses pembelajaran di tingkat perguruan tinggi saat ini sudah dilakukan di dalam jaringan (daring/online). Mau kuliah tinggal buka laptop atau gawai, duduk manis dan menerima perkuliahan dari dosen secara jarak jauh.

Perbedaan yang cukup signifikan dari proses belajar mengajar, yang dampaknya adalah efisiensi biaya dan waktu, sementara esensi pendidikannya yaitu penyampaian pengetahuan dari pengajar ke mahasiswa masih bisa dilakukan meski tidak bertemu secara langsung.

First Principle Thinking

Ada salah satu konsep berpikir yang dicetuskan oleh filsuf ternama Aristoteles yaitu first principle thinking, berpikir sampai hal yang paling mendasar hingga tidak bisa direduksi kembali. Belakangan first principle thinking banyak diadopsi oleh para inovator dunia seperti Elon Musk yang mampu membuat mobil listrik dengan penggunaan baterai berbiaya rendah, ada juga Airbnb yang berpikir bahwa untuk memberikan kenyamanan menginap tidak perlu mempunyai gedung-gedung hotel yang mewah, ataupun Gojek yang berprinsip dasar dalam transportasi yaitu memindahkan orang dan tidak perlu memiliki banyak motor atau mobil yang berbiaya tinggi tentunya.

Itulah first principle thinking yang terjadi di berbagai industri saat ini. Lantas jika prinsip dasar pendidikan adalah menyampaikan pengetahuan, keterampilan dan karakter, apakah keberadaan gedung-gedung mewah, dosen-dosen profesional yang tentunya berbiaya tinggi masih diperlukan? Hal ini bisa kita renungkan bersama tentunya.

Tingginya Biaya Kuliah

Pasca pandemi, dunia pendidikan mengalami perubahan yang begitu cepat dan sangat terakselerasi oleh teknologi. Sebagai seorang pengajar sempat terbesit di benak saya, masih perlukah gedung-gedung besar menghiasi kompleks perguruan tinggi di masa depan, ketika pembelajaran saat ini saja sudah bisa dilakukan secara virtual tanpa memerlukan gedung ataupun ruangan kelas?

Penyelenggaraan pendidikan tinggi secara konvensional tentunya memerlukan biaya yang tidak kecil. Mulai dari biaya pemeliharaan gedung dan kelas, listrik di banyak ruangan, petugas kebersihan, dan juga administrasi, serta pastinya gaji para dosen sebagai pendidik profesional. Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan biaya pendidikan akan meningkat dari tahun ke tahun dengan asumsi kenaikan inflasi sekitar 10-20%.

Lebih jauh lagi Jiwasraya memprediksikan bahwa jika kita ingin menyekolahkan anak kita di ITB pada 2028 misalnya, biaya kuliahnya bisa mencapai angka Rp 93 juta, dengan asumsi biaya kuliah di ITB pada 2018 sebesar Rp 20 juta. Lantas dengan biaya kuliah yang bisa dikatakan "mewah" tersebut, apakah akan sejalan dengan peningkatan ekonomi dan pendapatan masyarakat Indonesia secara umum?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun