Mohon tunggu...
Budi Purba
Budi Purba Mohon Tunggu... lainnya -

sarjana hukum unika atma jaya, aku hanya ingin menuliskan apa yang menjadi kegundahanku, pertanyaanku,ketertarikanku dan pikiranku!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Rohingya adalah Korban Keakuan Kita

8 September 2017   10:57 Diperbarui: 8 September 2017   11:09 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Rohingya sebuah suku di Myanmar yang menjadi korban kebiadaban penguasa negaranya. Tidak tanggung tanggung pembantaian yang terjadi atas suku Rohingya telah memakan ribuan korban tak berdosa. Sejarah kelam ini berlangsung sudah cukup lama dimulai sejak jaman penjajahan Inggris ditahun 1942 Inggris telah melakukan pembantaian terhadap sekitar Sedikitnya 100 ribu muslim Rohingya.

Menjadi korban tirani mayoritas adalah sebuah hal yang sangat menyedihkan, sudah seharusnya mayoritas melindungi yang lemah dan atau minoritas, namun keyantaannya selalu saja ditiap belahan dunia mayoritas selalu melakukan hal sebaliknya. Bukankah kita adalah sama sama manusia yang mempunyai hak yang sama tanpa pengkotak kotakan agama, suku, ras dan banyak hal lainnya yang selalu dijadikan alasan mayoritas melakukan penindasan atas kaum minoritas.

Sepanjang sejarah manusia , mereka selalu berperang atas nama keserakahan, keangkuhan, kesombongan dan ke-aku-an. Merasa dirinya paling benar lantas bisa bertindak sewenang wenang atas orang lain, bangsa lain yang dianggap bukan bagian dari dirinya. Anomali selalu terjadi, berkali kali bahkan manusia berperang atas balutan agama, padahal agama ada sesungguhnya untuk meredam keangkuhan dan ke-aku-an manusia tetapi kenyataanya berbanding terbalik, justru agama dijadikan pembenaran untuk melakukan penindasan, perang terhadap manusia lainnya. Seolah perang menjadi suci jika dibalut dengan agama, padahal perang adalah perang dan selalu memakan korban korban lemah dan tak berdosa. Dan dalam hal ini Rohingya menjadi korban keserakahan dan kemunafikan penguasa. Banyak argumen yang bisa dijadikan alasan, bahwa rohingya bukan merupakan suku asli Myanmar, bahwa sebagian dari mereka adalah separatis, namun semua itu hanya alasan yang dicari cari untuk melakukan penindasan dan peperangan terhadap minoritas rohingya.

Masyarakat Myanmar mungkin lupa menjadi manusia, bahwa mereka abai terhadap Rohingya, seolah rohingya bukan merupakan manusia. Dunia lupa bahwa rohingya merupakan manusia terlepas apapun agama dan sukunya. Bahkan sebagian dari kita juga terkotak kotak dalam melihat masalah ini, seolah disana terjadi peperangan antara Agama Budha yang merupakan agama mayoritas dengan Agama Islam yang merupakan minoritas, padahal yang ada adalah tirani mayoritas terhadap minoritas. Mari kita bersama serukan bahwa ini adalah perang terhadap kemanusiaan, dan bukan agama, bahwa kita tidak melihat ini dengan kacamata yang akan justru membawa kita kepada perang dan kebencian di belahan dunia lainnya. Serukan kepada dunia bahwa agama adalah kebaikan dan perang atas nama agama adalah kejahatan terhadap Tuhan dan kemanuiaan, karena itu menista Tuhan dengan arogansi kita yang bodoh dan memaksa Tuhan berperang bersama kita. Serukan kepada dunia bahwa kita bersatulah, jangan kau lihan Rohingya atas kacamata agama mu, bahwa jika agama mu non Muslim maka kau bisa abai terhadap mereka, bagiku "Tidak perlu beragama, untuk bersimpatik terhadap Rohingya cukup menjadi manusia maka kau akan berdiri bersama mereka. Jika agama membawamu untuk berperang dan menjadikan dirimu lebih suci dari sesamamu, maka kamu adalah Tuhan itu sendiri dan tak perlu beragama lagi.

Agama dan kemanusiaan adalah saudara sedarah yang tak pernah mengkotakan diri dalam kebaikan, egoisme mu lah yang menjadikannya alat untuk menista, menindas , dan menjauhkan seorang terhadap seorang lainnya, hentikan kebejatan terhadap rohingya, hentikan peperangan diatas dunia, dibelahan bumi timur, asia, eropa dan lainnya karena kita manusia yang beragama , minimal kita berkemanusiaan.

Perangi Peperangan dan sebarkan cinta kasih

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun