Mohon tunggu...
budi muhaeni
budi muhaeni Mohon Tunggu... Penulis

saya masih rutin jogging untuk 10 km; saya tertarik dengan topik-topik kepemimpinan, psikologi, dan perilaku; saya juga menggemari bacaan atau cerita-cerita tentang hikmah kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Apresiasi dan Pujian, Serupa Tapi Tak Sama

12 Oktober 2025   08:32 Diperbarui: 12 Oktober 2025   08:04 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Apresiasi dan Pujian, Serupa Tapi Tak Sama

Banyak orang tua dan guru berpikir bahwa memuji anak sudah cukup untuk membuatnya percaya diri. Padahal, apresiasi dan pujian adalah dua hal berbeda. Apresiasi menumbuhkan karakter dan kesadaran diri, sementara pujian bisa membuat anak bergantung pada penilaian luar.

Pernahkah Anda merasa kagum pada anak yang melakukan hal kecil tapi bermakna - seperti membereskan mainannya tanpa disuruh, atau membantu adiknya dengan sabar - lalu kita hanya berkata, "Bagus, kamu anak baik," dan berlalu begitu saja?
Saya pernah. Tapi kemudian saya sadar, ternyata yang dibutuhkan anak bukan hanya pujian, melainkan apresiasi.

Pujian dan apresiasi sekilas tampak serupa. Keduanya sama-sama berupa ucapan positif. Namun, di balik kata yang manis itu, tersembunyi perbedaan yang besar. Pujian menilai, sedangkan apresiasi memahami.
Pujian berfokus pada hasil, sementara apresiasi berfokus pada proses, usaha, dan nilai yang terkandung di balik tindakan.

Pujian yang Menjebak, Apresiasi yang Menumbuhkan

Bayangkan ketika seorang santri mendapatkan nilai sempurna dalam hafalan Al-Qur'an. Kita mungkin spontan berkata,

"Kamu memang anak paling pintar!"

Namun bandingkan dengan kalimat ini:

"Kamu belajar dengan konsisten dan menjaga hafalanmu dengan sungguh-sungguh. Alhamdulillah, Allah paring nilai yang bagus untukmu."

Kedua kalimat sama-sama positif, tapi dampaknya berbeda. Kalimat pertama menanamkan keyakinan bahwa kepintaran adalah bawaan - inilah yang disebut fixed mindset. Sedangkan kalimat kedua menegaskan bahwa keberhasilan adalah buah dari usaha dan kesungguhan - ini yang disebut growth mindset.

Anak yang terbiasa diapresiasi akan tumbuh dengan semangat belajar dan keberanian untuk mencoba lagi. Ia tidak takut gagal, karena tahu bahwa nilai dirinya tidak ditentukan oleh hasil, tapi oleh kesungguhan hatinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun