Waktu masih bujangan, saya gak merasa ada yang aneh jika anak kecil menyanyikan lagu-lagu orang dewasa. Ngeliat anak umur 4 tahun menyanyikan lagu cinta, patah hati dan kerinduan pada kekasih yang jauh di negeri orang, buat saya itu malah lucu. Ketidakcocokan lirik lagu dan usia anak kecil itulah yang membuatnya jadi kocak banget. Saya sering melecehkan kekhawatiran orang yang resah karena anak-anak kecil menyanyikan lagu orang dewasa. Woiii, para ortu, parno aja lo, ah!
Ketika akhirnya punya anak, pikiran saya mulai berubah. Ada satu peristiwa yang membuat saya mulai bersetuju dengan kekhawatiran para orang tua di atas. Kenapa? Karena anak tetangga saya, yang baru berusia 6 tahun, sering menyanyikan lagu Jamrud yang berjudul "Surti dan Tejo." Dan yang dinyanyikan berulang-ulang hanya ujung lagunya saja. Mulanya saya sama sekali tetap gak terganggu tapi ketika anak saya yang baru 2 tahun ikut-ikut menirukan lagu itu, saya langsung panik. Karena lirik lagu itu, bunyinya, "Penuh dendam, dia bilang fuck you...Surti fuck you."
Waaaa...!!! Saya shock banget! Bayangin, anak umur 2 tahun menyebut "fuck you". Orang tua mana yang gak panik? Sejak peristiwa itu, saya bertekad untuk menjauhkan anak saya dari lagu-lagu orang dewasa dan mencari lagu yang pantas untuknya. Tapi niat saya tersebut tidak mudah dijalankan. Kenapa?
Waktu saya masih kecil, cukup banyak lagu untuk anak-anak dan dinyanyikan oleh penyanyi anak-anak, misalnya Chicha Koeswoyo, Adi Bing Slamet, Ira Maya Sopha dll. Tapi kids zaman now? Kesian banget, mereka gak punya lagu yang cocok sesuai usia makanya gak heran mereka jadinya mengonsumsi lagu dewasa sebagai kebutuhan musiknya. Saya lumayan galau ngeliat kondisi kelangkaan lagu anak-anak. Ke mana pencipta lagu anak-anak? Ke mana penyanyi anak-anak sekarang? Seharusnya pemusik yang sudah kaya harus mikirin kebutuhan itu.
Tapi di setiap kekacauan, Tuhan selalu mengirimkan seorang pahlawan. Minimnya lagu anak membuat seorang bernama Djito Kasilo tergerak untuk menawarkan solusi. Sebelumnya dia tidak dikenal sebagai tokoh pemusik dan bukan juga tokoh pecinta anak seperti Kak Seto atau Papa T. Bob. Dia adalah seorang insan periklanan yang peduli dan merasa terpanggil untuk memecahkan masalah kelangkaan lagu anak tersebut.
Bersama dengan teamnya, dia membuat website dan meng-upload banyak sekali lagu2 yang khusus diperuntukkan untuk anak ke dalamnya. Website itu dia beri nama marinyanyi.com Gerakan yang dia buat ini patut diacungi jempol karena semua lagu, dia ciptakan sendiri, musiknya dia mainkan sendiri bahkan cukup banyak juga lagu yang dia nyanyikan sendiri. Sampai saat ini sudah lebih dari 500 lagu yang dia ciptakan.
Pemikiran-pemikiran yang tak terbayangkan oleh orang biasa juga dilakukan oleh Djito. Misalnya dia mengadakan piknik bersama anak jalanan dan di tempat wisata itu dia mengajarkan lagu anak yang terdapat di websitenya kepada pengamen jalanan. Hebat banget, ya?