Mohon tunggu...
Budiman Hakim
Budiman Hakim Mohon Tunggu... Administrasi - Begitulah kira-kira

When haters attack you in social media, ignore them! ignorance is more hurt than response.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

AriReda dan Sapardi Djoko Damono

18 November 2017   01:13 Diperbarui: 19 November 2017   01:31 5832
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: muda.kompas.id

Kalian mungkin pernah mendengar lagu-lagu Simon-Garfunkle. Sejak kecil saya ngefans berat dengan mereka. Kenapa? Karena duet Simon-Garfunkle ini lagu-lagunya bagus dengan melodi mendayu-dayu memanjakan telinga yang mendengarnya.

Sementara suara mereka bening, halus dan perpaduan suaranya demikian menyatu. Begitu indahnya suara Simon-Garfunkle ini sehingga saya punya keyakinan bahwa pasti gak akan ada duo di negeri ini yang bisa menyanyikan lagu-lagu mereka.

Tapi ternyata keyakinan saya salah. Tiba-tiba di awal tahun 80-an, dari Kampus Fakultas Sastra, Universitas Indonesia, muncullah duet Ari Reda (Ari Malibu dan Reda Gaudiamo). Mereka hampir selalu tampil menyanyikan lagu-lagu Simon-Garfunkle. Dan hebatnya, mereka mampu menyanyikannya dengan sangat bagus sehingga saya langsung jatuh cinta pada mereka berdua.

Lalu Ari Reda mulai manggung di berbagai tempat dan dikenal sebagai duet yang menyanyikan lagu-lagu Simon-Grafunkle. Dan tiba-tiba duet Ari Reda menjadi terkenal.

Saya adalah saksi hidup yang mengikuti perjalanan duet Group Ari Reda ini. Saya menyaksikan perjuangan mereka dalam mencari bentuk dan identitasnya sendiri.

Mereka memahami bahwa tidak mungkin bisa maju kalo kita hanya mengandalkan lagu-lagu terkenal yang sudah ada. Apa artinya terkenal kalo cuma mendapatkan julukan Simon-Garunkle-nya Indonesia? Atau menjadi Band Queen-nya Indonesia atau mendapat gelar Rod Stewart-nya Indonesia? Mengawali karir dengan menyanyikan lagu-lagu orang lain sih OK tapi ke depannya tentu kita harus mempunyai identitas sendiri.

Photo taken from Reda's Instagram
Photo taken from Reda's Instagram
Dan Tuhan memang bekerja dengan cara yang tak perpikirkan. Seorang penyair kondang bernama Sapardi Djoko Damono, suatu hari memaparkan mimpinya untuk memasyarakatkan puisi ke seluruh lapisan masyarakat.

Menurut Sapardi, di Negara-negara barat, seorang murid sekolah menengah bisa mengingat minimal 10 puisi karya penyair negaranya. Sementara di negeri ini, orang hanya mengenal puisi 'AKU' dari Chairil Anwar. Itupun hapalnya juga cuma satu bait doang.

Murid-murid Sapardi Djoko Damono tentu saja menyambut baik keinginan Sapardi dan dengan senang hati bersedia membantu mewujudkan mimpi Sang Dosen Idola.

Setelah berdiskusi ke barat ke timur, disepakatilah untuk membuat proyek musikalisasi puisi. Karena cara yang paling mudah untuk memasyarakatkan puisi ke khalayak ramai adalah melalui lagu. Pembuat lagunya kebanyakan adalah mantan-mantan mahasiswa Sapardi termasuk Ari dan Reda sendiri

Nah.. di sinilah tiba-tiba Ari Reda memperoleh identitasnya. Banyak musikalisasi puisi yang dibawakan oleh Ari Reda. Sekarang ini, identitas Ari Reda telah terbangun.

Suka gak suka, image mereka telah terbentuk sebagai penyanyi musikalisasi puisi. Banyak sudah puisi-puisi Sapardi menjadi terkenal berkat keindahan suara duet ini, antara lain; Hujan Bulan Juni, Aku Ingin, Sajak Kecil Tentang Cinta, dan masih banyak lagi. Ini saya kasih contoh sebuah puisi indah dari Sapardi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun