Mohon tunggu...
Budiman Hakim
Budiman Hakim Mohon Tunggu... Administrasi - Begitulah kira-kira

When haters attack you in social media, ignore them! ignorance is more hurt than response.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bisnis Travel

29 April 2017   00:50 Diperbarui: 29 April 2017   01:16 709
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

“Terus mereka maksa harus ada solusinya padahal kan itu paket murah, jadi gue ga punya bargaining power ke orang hotelnya.”

“Cuma itu?” Menurut saya itu komplain yang sangat biasa dan gak terlalu sulit untuk diselesaikan..

“Banyak lagi, Bud. Pas di bus mereka komplain bisnya udah rongsok, supirnya ketuaan jadi nyetirnya kelambatan, joknya kurang empuk, Tour guidenya judes, terus ada biaya-biaya lagi yang mereka harus keluarkan.”

“Biaya apa misalnya?”

“Misalnya pas ke Disney Land, kan mereka harus beli tiket masuk eh mereka marah. Mereka mengira biaya yang mereka keluarkan udah all in.”

“Lo bilang nggak dari awal kalo biaya tour belum termasuk bayar ini bayar itu?”

“Nggak sih. Kan biar keliatan murah hehehehehe….”

“Ya iyalah mereka ngamuk. Gue juga kalo jadi mereka udah gue jedotin pala lo ke logo Disney Land. Hahahahahahaha….” Saya ngakak ngedenger omongannya.

“Iya, Bud Gue mau cari bisnis lain aja. Kapok gue berbisnis travel.”

Setelah peristiwa di kafe itu, Vicky gak kedengeran kabarnya. Sampe suatu hari dia ngajak ketemuan lagi dan kami kembali bertemu di Imbiss Stube di Citos. Kenapa kami selalu memilih Kafe ini untuk bertemu? Karena, setau saya, kafe ini satu-satunya kafe yang menjual draught beer. Udah gitu di sini boleh ngerokok dan wifinya lumayan kenceng. Sebagai gadget freak saya punya motto ‘Home is wherever wifi connected automatically.’ Hehehehe…

Pas ketemu di sana, saya surprise banget ngeliat Vicky. Penampilannya beda banget loh. Dia pake sorban, jenggotnya yang mirip kambing gunung dibiarkan memanjang, dia mengenakan baju gamis dengan celana ngatung. Tangan kanannya menyalami saya sementara di tangan kirinya tergenggam sebuah tasbih berwarna coklat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun