Mohon tunggu...
BUDIANA YUSUF
BUDIANA YUSUF Mohon Tunggu... wiraswasta -

Pecinta fotografi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jejak Pilu Sang Maestro

13 Oktober 2014   23:31 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:10 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sawh kekeringan di kampung Karang Asem, tempat kelahiran Mang Parman

8 Oktober 2014

Waktu menunjukkan pukul 11.00 ketika saya dan KOTASUBANG.com tiba di kampung Karang Asem, Sukamandijaya, Ciasem. Jalan berdebu, cuaca yang terik menemani sepanjang perjalanan saya. Hujan yang tak kunjung turun, membuat sawah-sawah di sana tak ditanami, kering kerontang sejauh mata memandang. Tanah sawahnya tampak retak-retak, tanda sudah lama tak diguyur air. Sisa-sisa batang jerami masih tertanam dan mengering diantara tanah yang retak-retak itu.

Namun di satu bagian pesawahan itu terdapat petak sawah yang masih berair. Hanya beberapa petak saja, sehingga juga dibiarkan terbengkalai oleh pemiliknya. Petak sawah yang berair itu dikerubuti ratusan bebek yang mencari makan diantara keringnya pesawahan.

Saya sedikit termangu, mungkin beginilah kira-kira suasana Mang Parman kecil ketika menggembalakan ternak, sambil bermain empet-empetan dari sisa batang padi di Karang Asem tempat kelahiran beliau.

Parman alias Maman Suparman alias Rasman alias Mang Peot, nama yang juga baru saya tahu dari internet beberapa tahun lalu. Beliau adalah seorang anak gembala yang kemudian karena kreatifitasnya bisa menciptakan sebuah master piece berupa alat musik yang kemudian dinamakan Toleat. (baca juga : Odo Wikanda, Sang “Penemu” Maetro Toleat)

Sekali lagi, beliau cuma seorang anak gembala, bukan sarjana musik dan bukan seniman pada awalnya, tapi kemudian bisa membuat karya besar. Itulah yang membuat beliau istimewa, dan karena itulah saya kemudian harus ke Karang Asem tempat kelahiran beliau untuk mencari keberadaan beliau yang kabarnya menghilang dari Subang sejak tahun 1997.

Sawh kekeringan di kampung Karang Asem, tempat kelahiran Mang Parman

Setelah sedikit tersasar akhirnya saya bertemu dengan Kartim seorang guru SD Kerta Nugraha, Karang Asem. Ternyata Kartim bersama kawan-kawannya pernah belajar Suling kepada Mang Parman meski cuma  2 bulan lamanya. Setelah itu menurut Kartim, Mang Parman pergi entah kemana.

Seingatnya dulu, mang Parman sering ditanggap warga yang sedang panen untuk maen Toleat atau Suling di sawah.

Di Karang Asem juga saya bertemu dengan Uslim. Dia adalah teman Mang Parman menggembalakan kerbau waktu kecil. Uslim bercerita, sambil menggembala kerbau mereka dulu suka bermain empet-empetan dan suling di sawah dan dari dulu bakat Mang Parman sudah terlihat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun