Terlihat pengunjung menikmati olahan hasil laut di bangunan panggung di atas laut. Lainnya, mengawasi anak-anaknya berenang di tepi laut dan bermain di pantai yang pasirnya kehitaman, tapi tampak halus.
Sebetulnya, seksi juga suasana seperti ini. Melihat aktivitas nelayan; ngadem di bangunan bambu di atas laut; kalau sempat, menikmati keindahan sunset. Â
Namun, onggokan sampah merusak pemandangan. Ditambah, runtuhan tembok batu penahan empasan ombak yang belum dibereskan. Di mata saya, Pantai Tanjung Kait tampak kumuh.
Pada bagian lain, agak lebih ke daratan, terlihat bangunan bekas kamar bilas dan wc. Lapisan dinding mengelepus dan berjamur, dengan sudut-sudut rompal. Tak terurus. Tidak dipakai lagi.
Sepertinya, Pantai Tanjung Kait pernah ramai dikunjungi. Pernah ada beberapa tempat bilas dan WC, yang kini terbengkalai.
Sekarang masih dikunjungi. Terdapat sekian kendaraan bermotor yang parkir. Namun, terlihat jumlahnya tidak memenuhi ruang luas itu. Terlihat sepi. Mungkin masih siang, belum ramai pengunjung.
Bergerak ke desa nelayan, kehidupan lebih meriah. Terjadi jual beli hasil tangkapan laut berupa kerang kampak (simping) dan kerang bambu, dengan latar belakang perahu-perahu nelayan bersandar