SEPEKAN mengelilingi Pulau Madura pada awal Setember lalu tidak hanya bercerita tentang hal menarik, seperti Masjid Syaikhona Kholil Bangkalan yang megah dan kulinernya yang menggoda.
Sebaliknya, saya melihat pemandangan merisaukan, baik secara langsung maupun dari balik jendela mobil.
Terlihat penurunan mutu lingkungan, yang apabila dibiarkan merajalela bisa jadi akan menyebabkan kerusakan ekosistem. Inilah sisi gelap dari Pulau Madura.
Rusaknya Rawa
Di Kabupaten Bangkalan pada hari pertama. Setelah sarapan dan seruput kopi, saya dan kerabat berjalan kaki menuju Pantai Martajasah. Jaraknya sekitar 1,4 kilometer.
Dulu di satu sisi jalan terdapat rawa-rawa dengan genangan air dan hutan bakau. Wilayah tersebut berawa sebab berada di pesisir. Rawa-rawa ini merupakan tempat hidup alami bagi beragam tumbuhan dan hewan.
Selain itu, ekosistem mangrove dapat mencegah erosi pada garis pantai dan menangkap karbon serta sedimen.
Secara ekologis dan sosial, lingkungan ini merupakan salah satu ekosistem paling bernilai di planet ini. Dibanding ekosistem darat, mangrove mampu menyerap 3-5 kali lebih banyak karbon (cifor-icraf.org).
Namun, kondisi sekarang berbeda. Saya melihat langsung dan menapaki rawa-rawa yang telah diuruk. Dialihfungsikan menjadi perumahan, tempat komersial, lahan parkir, bahkan kompleks pendidikan.
Pohon bakau tersisa sedikit. Pada "kaki" mereka berserakan sampah-sampah, yang berasal dari buangan kendaraan lewat hingga rumah tangga.