MENUMPANGÂ becak, arang membara pada panggangan meluncur deras ke teras hotel pada pagi itu.Â
Bersamanya, turut Embuk penjual sate dan segala perlengkapan. "Embuk," bahasa Madura, berarti "Ibu."
Kendaraan kayuh beroda tiga datang berasap-asap dengan cepat. Tergopoh-gopoh, Embuk Penjual menurunkan muatan dibantu suaminya dan tukang becak.
Bagaimana tidak terburu-buru, berkali-kali pemilik Rose Hotel Bangkalan menelponnya agar segera datang. Boleh jadi, pada hari sebelumnya ia sudah dipesan agar datang pagi.
Namun, pelayanan terhadap pelanggan di tempat jualannya membuatnya sibuk. Embuk Penjual Sate itu biasa berjualan di trotoar Pecinan Bangkalan.
Paman saya memesan bagi kerabat dari berbagai kota, yang menginap di hotelnya untuk menghadiri acara pada hari sebelumnya. Ia ingin menjamu tamunya dengan hidangan yang menggoda: sate Bangkalan.
Sebetulnya, terdapat beberapa jenis sate di Bangkalan. Dari bahannya, ada yang terbuat dari daging sapi Madura dan kambing muda. Mengikuti permintaan pasar, sekarang ada sate daging ayam negeri,.
Sedangkan menurut macam dan penamaan, ada setidaknya 3 jenis sate yang pernah saya coba dan rasakan.
Sate Lappa Mera
"Lappa" atau "palappa" berarti bumbu. "Mera" adalah warna merah. Potongan daging sapi Madura dimarinasi dengan bumbu tumis (cabai merah, bawang merah, bawang putih, kemiri, tomat, gula merah, merica, garam yang dihaluskan).
Kemudian potongan daging berbumbu dimasukkan ke tusukan dan dipanggang. Sate Lappa Mera atau sate bumbu merah disantap bersama nasi atau ketupat dan sayur lodeh labu siam.