Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Bukan Guru

Best in Citizen Journalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Choky Sitohang Hampir Runtuhkan Bendungan di Mata Saya

1 Oktober 2025   12:08 Diperbarui: 1 Oktober 2025   19:43 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memasuki pintu Sudio 3 stasiun televisi swasta (dokumen pribadi)

Namun, ketika Choky Sitohang dengan sungguh-sungguh menatap mata saya, lalu bertanya tentang apa yang paling disesali dan membuat marah, saya tak mampu bertahan. Muncul perasaan meluap-luap.

Saya kesulitan menahan gelombang sedih yang datang bergulung-gulung menghantam dada. Ia datang cepat dan tiba-tiba, hampir meruntuhkan bendungan di mata.

Untungnya, retak-retak rasa tidak menumpahkan air mata. Dengan menekan pedih, saya menjawab pertanyaan host. Terbata-bata.

Ingatan yang membuat saya menyesal sehingga stroke menyerang adalah ketidakteraturan hidup dan pola makan, pengabaian terhadap kesehatan diri, kurang olahraga, dan ketidaktahuan tentang gejala stroke.

Setelah itu hanya ada kemarahan kepada apa saja di luar diri saya, termasuk kepada Tuhan.

Beberapa waktu kemudian baru bangkit kesadaran sederhana. Tuhan telah menurunkan hukum-hukum. Di antaranya, makan berlebihan garam dan lemak serta kurang istirahat mengkibatkan serangan stroke.

Siapa yang melakukan perbuatan makan berlebihan dan kurang istirahat? Ya saya!

Artinya, stroke merupakan penyakit yang saya buat sendiri. Hasil perbuatan buruk kepada diri di masa lalu. 

Maka, untuk pemulihan saya harus mengusahakannya dengan tekad sendiri untuk berobat, melakukan latihan-latihan, bersosialisasi, hingga berpikir positif. Bagi saya, takada lagi ruang untuk menyalahkan faktor-faktor eksternal.

Dalam satu acara pengambilan gambar di sebuah studio televisi swasta itu, Choky Sitohang telah membuka sisi terdalam dari saya. 

Diskusi hangat di antara host, narasumber ahli, dan saya yang semula berlangsung seru sejenak menjadi hening, ketika saya menekan perasaan, terbata-bata ketika menyampaikan kenyataan buruk yang pernah dialami. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun