Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Marah-marah dan Memaki adalah Lupa tentang Makna Berpuasa

17 Mei 2021   09:47 Diperbarui: 17 Mei 2021   09:56 519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warga yang nekat melewati pos penyekatan dan marah ketika disuruh putar balik(@lambe_turah) [melalui kompas.com]

Media audio visual dan linimasa media sosial menayangkan orang-orang yang memaki, tidak mampu menahan emosi, bahkan di antaranya menyebut petugas sebagai hewan.

Padahal aparat petugas hanya menjalankan tugas saat penyekatan mudik atau menutup tempat wisata. Tujuan tugas tersebut tak lain dan tak bukan demi menjaga keselamatan bersama, yaitu sebagai upaya mengendalikan penularan pandemi.

Bulan Ramadan yang selalu dirindukan baru saja pergi. Di mana pada bulan penuh ampunan itu kita berkesempatan melatih diri menahan haus dan lapar, mengekang hawa nafsu, meredam amarah, dan mengendalikan emosi. Dengan berpuasa kita menyingkirkan emosi negatif.

Kemenangan berperang melawan produk-produk milik setan tersebut, akan mendapatkan hadiah berupa jiwa yang kembali ke fitrahnya sebagai manusia. Kembali pada hati suci. Maka, mereka yang sungguh-sungguh menjalankan ibadah puasa, dapat merasakan keindahan Idulfitri.

Dengan demikian, usainya bulan Ramadan yang ditandai dengan Idulfitri bukanlah perjalanan terakhir.

Ibarat melakukan pembersihan mebeler secara besar-besaran dengan mengerok kotoran hati secara tidak mudah. Setelah semuanya bersih, meja, kursi, credenza tersebut harus tetap dibersihkan. Misalnya dengan dilap setiap hari untuk memelihara kebersihannya.

Tidak didiamkan begitu saja, sehingga terbengkalai selama sebelas bulan menunggu bulan Ramadan berikutnya tiba. Tidak demikian, keburu kotoran mengerak dan mengeras. Keburu amarah berkerak-kerak dan emosi negatif mengeras di dalam hati.

Keburu pelajaran yang diperoleh selama berpuasa lenyap begitu saja, diganti oleh makian akibat tidak mampu mengendalikan emosi ketika berhadapan dengan petugas. Lupa dengan makna sejati dari bulan Ramadan dan Idulfitri.

Fenomena orang marah-marah adalah bagian dari kotoran hati yang sama dan sebangun dengan: iri hati, dengki, sombong, pendendam, benci, dan sebangsanya.

Fenomena itu telah disiarkan melalui televisi dan linimasa media sosial. Berkaca dari hal tersebut, mestinya kita bisa memelihara kebersihannya, kesucian, hati dengan "mengelapnya" setiap saat.

Bagaimana cara mengelap hati?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun