Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Kunci Mengatur Keuangan Saat Ramadan

18 April 2021   06:22 Diperbarui: 18 April 2021   06:24 963
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kunci dan uang adalah dokumen pribadi

Sebenarnya kunci utama dalam mengatur keuangan selama bulan penuh ampunan adalah menahan hawa nafsu berbelanja, seperti halnya menahan nafsu makan dan minum. 

Persoalannya berkaitan dengan godaan-godaan yang dapat menyeret kepada pemborosan sia-sia.

Merancang dan mengatur arsitektur keuangan pada bulan Ramadan sesungguhnya sama dan sebangun dengan mengonstruksi pengelolaannya pada bulan-bulan lain.

Bila masih jomlo, besaran pendapatan sebisa mungkin didedikasikan kepada pengeluaran pribadi, seperti:

  • Pemenuhan kebutuhan makan minum,
  • Pembelian hal-hal yang meningkatkan penampilan.
  • Keperluan untuk pacaran.
  • Penyampaian tanda bakti kepada orang tua.
  • Penyisihan untuk tabungan.

Sedangkan bagi yang sudah berkeluarga atau telah memiliki tanggungan, skala pembiayaan lebih luas:

  • Keperluan primer (sandang, pangan, dan papan).
  • Pengeluaran untuk pendidikan anak.
  • Pencadangan untuk kesehatan, rekreasi, dan biaya sosial.
  • Tanda bakti kepada orang tua dan bantuan biaya kepada saudara (jika ada).
  • Penyisihan untuk tabungan.

Setidaknya itulah rentang pengeluaran yang umum dihadapi, baik jomlo maupun mereka yang sudah berkeluarga, dengan variasi kuantitas berbeda-beda.

Bulan berkah memang istimewa. Bukan saja karena merupakan bulan dirindukan oleh umat Islam untuk melaksanakan kewajiban berpuasa, tapi merupakan hari-hari berlangsungnya kenaikan harga.

Sebelum Ramadan tiba, harga barang-barang kebutuhan pokok merangkak naik. Salah satu komoditas legendaris yang selalu naik adalah cabai. Bukan cabe-cabean. Tidak hanya membuat pening kepala kita, tetapi pemerintah juga kelabakan meredamnya.

Selain itu, barang kebutuhan belanja dapur yang mengalami eskalasi harga menjelang hari raya adalah: daging, kepala -eh- kelapa, dan petai. Kebutuhan menyongsong lebaran pun bertambah, seperti baju baru, selop baru, kopiah baru, sajadah baru, motor atau mobil baru, dan semua hal baru, kecuali istri baru.

Kenaikan harga barang dan kebutuhan baru itulah kemudian membebani keuangan yang mesti disiasati secara bijaksana.

Di bawah disampaikan beberapa tips yang sekiranya dapat diterapkan dalam mengatur keuangan saat Ramadan, sebagai berikut:

1. Mengendalikan Hawa Nafsu

Menjelang dan selama Ramadan, beberapa barang paling diburu pastilah mengalami kenaikan. Hal itu disebabkan "semangat" pembeli demi memanjakan kekhawatiran terhadap nafsu belanja. 

Bahkan selama perut kosong, keinginan untuk membeli beragam makanan pereda lapar dan haus naik berkali-kali lipat.

Padahal setelah buka, banyak makanan dan minuman terbengkalai. Demikian pula saat membeli kebutuhan untuk hari raya. Lapar mata membuat rakus.

2. Membuat Skala Prioritas

Seiring dengan itu, ada baiknya membuat skala prioritas, apalagi sumber daya yang dimiliki terbatas. Hindari berutang, agar tidak kelabakan mengembalikannya setelah Idul Fitri.

3. Mengutamakan Berbagi

Masih banyak orang tidak seberuntung kita, terutama mereka yang terdampak pandemi. Alangkah indahnya, bila ada kelebihan rezeki disalurkan kepada mereka yang membutuhkan. Salurannya pun tersedia, seperti: sedekah, berbagi menu buka puasa, dan seterusnya.

Jadi di antara 3 tips mengatur keuangan saat Ramadan di atas, mengendalikan dan menahan hawa nafsu merupakan kunci utama. Maka, terapkan terlebih dahulu ikhtiar menahan hawa nafsu sebelum upaya lainnya dilakukan.

Bukankah menahan hawa nafsu adalah jalan menuju keutamaan bulan Ramadan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun