Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Misteri Tanjakan Angker

14 Januari 2021   07:07 Diperbarui: 14 Januari 2021   07:21 832
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh veeterzy dari Pexels

Pondok berada di tepi tanjakan yang, konon, tersohor keangkerannya. Jalan dari atas demikian curam, sehingga tak sedikit pengendara kehilangan kendali atas kendaraannya. Beberapa kali terjadi benturan maut di depannya.

Tiga bulan lalu tersiar kabar, terjadi lagi musibah kecelakaan lalulintas di jalan licin menurun tajam berlapis aspal hot mix itu. 

Sebuah bis bermuatan penuh menghantam pagar jembatan, kemudian terjun langsung ke dasar sungai berbatu, hancur menjadi onggokan. 

Tidak satu pun penumpang yang selamat.

Katanya, setelah peristiwa itu, beredar santer kisah-kisah tentang arwah gentayangan di kalangan penduduk sekitar.

Apakah keangkeran itu berhubungan dengan wewangian dan suara cekikikan ini? Segera kutepis bisikan mistis tersebut.

Lebih elok jika aku membaringkan tubuh yang tegang sesudah dua malam begadang. Siapa tahu besok pagi badan lebih bugar dan pikiran segar kembali, demi melanjutkan tulisan.

Waktu berputar cepat, rasa-rasanya baru saja memejamkan mata, terdengar lagi suara cekikikan dan wangi semerbak. 

Jarum jam pendek dan panjang menunjuk angka dua belas. 

Penasaran. Aku bangun dari ranjang, melangkah menuju jendela. Dengan sangat berhati-hati, tangan menyibak korden berwarna cokelat susu, perlahan. Sedikit asal bisa mengintip. 

Hal yang paling kutakutkan, bila dari balik kaca tiba-tiba muncul bayangan bermata merah, bermuka pucat, berambut panjang, berbaju serba putih dengan punggung berlubang. Tiada tempat untuk melarikan kengerian di bilik sunyi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun