Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Langkah Praktis Mengikis Egosentrisme dalam Menulis

8 Januari 2021   05:55 Diperbarui: 8 Januari 2021   05:58 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh LibelSanRo dari pixabay.com

Oleh karena itu, tulis menulis di area pekerjaan cenderung metodis, berbahasa formal, teknis, kaku, pokoknya segala hal yang bersifat egosentris.

Tidak mengherankan, karya tulis yang saya tayangkan di Kompasiana sampai triwulan ketiga masih mencerminkan gaya bertutur self centered alias pemikiran yang berpusat kepada diri sendiri.

Isi karya tulis bersifat resmi, bertutur kaku, dan hanya menampilkan egosentrisme!

Barangkali pembaca mengernyitkan dahi untuk menerjemahkan artikel yang beku itu.

Dalam kesempatan berikutnya, saya mulai membaca karya tulis keren para Kompasianer dan mempelajari patokan menulis yang tersebut dalam FAQ Kompasiana.

Dengan itu, barulah saya mengerti, bahwa karya tulis di ruang publik harus bisa dipahami, kemudian dinikmati oleh khalayak pembaca. Bukan untuk kepentingan diri sendiri atau berupa artikel yang cukup memuaskan diri sendiri.

Sejak saat itu, diupayakan untuk membuat tulisan yang lebih lentur, populer, plastis, dan bermanfaat bagi sidang para pembaca.

Dalam proses transformasi di atas, saya belajar melalui beberapa langkah, yakni:

  1. Banyak membaca karya penulis lain dan rujukan agar memperoleh gambaran tentang bahasa yang fleksibel, elok, dan enak dibaca oleh banyak orang.
  2. Bertukar-pikiran dengan siapa pun yang mahfum tentang kepenulisan, termasuk kepada yang lebih muda, untuk menampung masukan dan kritik terhadap karya tulis saya.
  3. Membuat artikel dengan memperhatikan kenyamanan pembaca yang berlatarbelakang beragam dengan cara menyingkirkan kepentingan sendiri.
  4. Membagikan karya tulis yang berisi pengalaman dengan penuturan adaptif, meninggalkan bahasa teknis, agar dimengerti oleh lingkungan luas.
  5. Menyampaikan artikel yang mengandung pengetahuan bermanfaat bagi para pembaca.
  6. Menulis, menulis, dan terus menulis semampusnya (meminjam istilah dari Zaldy Chan) agar menghasilkan karya tulis yang baik menurut ukuran umum. Bukankah untuk menjadi sarjana itu harus dimulai dari kelas nol?
  7. Menantang diri sendiri melawan kemalasan dalam menulis. Nah, ini yang dirasakan paling berat. Hingga saat ini pun saya masih berjuang melawan kemalasan.

Barangkali masih banyak jalan yang mesti dilalui dalam proses hijrah dari "bukan penulis" menjadi penulis, namun sepengetahuan saya yang masih "green horn", itulah tahapan yang bisa ditempuh.

Jadi, dengan menjalani 7 langkah praktis di atas, saya mulai belajar mengikis egosentrisme dalam menulis sehingga mampu menghasilkan artikel yang dapat dinikmati publik.

Mumpung masih bisa memanfaatkan mimbar Kompasiana untuk berlatih menulis secara gratis.

Mari kita berlatih bareng!

Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun